Anda di halaman 1dari 19

II.

ANALISIS DAN DISAIN


SISTEM PELAT LANTAI

4/24/2018 Konstruksi Beton II 1


2.1 Pendahuluan
Pelat lantai atau slab merupakan elemen bidang tipis
yang memikul beban transversal melalui aksi lentur
ke masing-masing tumpuan dari pelat.
Beberapa tipe pelat lantai yang banyak digunakan
pada konstruksi diantaranya :

1. Sistem Lantai Flat Slab


Sistem Flat Slab, merupakan pelat beton bertulang yang
langsung ditumpu oleh kolom-kolom tanpa adanya balok-
balok. Biasanya digunakan untuk intensitas beban yang
tidak terlalu besar dan bentang yang kecil. Pada daerah
kritis di sekitar kolom penumpu, biasanya diberi
penebalan (drop panel) untuk memperkuat pelat terhadap
gaya geser, pons dan lentur. Flat Slab tanpa diberi kepala
kolom (drop panel) disebut flat plate.

4/24/2018 Konstruksi Beton II 2


(a) Flat Plate Slab (b) Flat Slab dengan drop panel

Gambar 2.1. Sistem lantai Flat Slab

4/24/2018 Konstruksi Beton II 3


2. Sistem Lantai Grid (Waffle System)

Sistem lantai Grid (Waffle system)


mempunyai balok-balok yang saling
bersilangan dengan jarak yang
relatif rapat, dengan pelat atas yang
tipis.

3. Sistem Pelat dan Balok


Sistem pelat lantai ini terdiri dari
lantai (slab) menerus yang ditumpu
oleh balok-balok monolit, yang
umumnya ditempatkan pada jarak
3,0m hingga 6,0 m. Sistem ini banyak
dipakai, kokoh dan sering dipakai
untuk menunjang system pelat lantai
yang tidak beraturan.

4/24/2018 Konstruksi Beton II 4


4. Sistem Lajur Balok
Sistem ini serupa dengan sistem pelat dan balok, tetapi
menggunakan balok-balok dangkal yang lebih lebar. Sistem
ini banyak dipakai pada bangunan yang mementingkan
tinggi antar lantai.

4/24/2018 Konstruksi Beton II 5


Secara umum sistem pelat lantai dapat dibedakan atas :

a. Pelat Satu Arah (One way slab)


b. Pelat Dua Arah (Two way Slab)

Pelat satu arah dan pelat dua arah dapat dibedakan


dari nilai rasio perbandingan sisi panjang (ly) dan sisi
pendek (lx) dari pelat.

4/24/2018 Konstruksi Beton II 6


Pelat satu arah ; 1m
apabila :

ly/lx > 2,0


(a). Sistem pelat satu arah

Pelat dua arah ;


apabila :

1,0 ≤ ly/lx ≤ 2,0

(b). Sistem pelat dua arah

4/24/2018 Konstruksi Beton II 7


4/24/2018 Konstruksi Beton II 8
Analisis dan disain dari pelat satu arah, dilakukan dalam 1
arah (arah sisi pendek), sedangkan pelat dua arah dilakukan
dalam 2 arah (arah x dan arah y).

2.2. Pelat Satu Arah


Pelat satu arah dapat di-disain dengan
menggunakan disain untuk balok, dengan lebar 1
unit lebar (per m’ lebar) dalam arah sisi pendek.
Dalam arah sisi panjang dapat digunakan tulangan
susut dan temperatur atau tulangan pembagi.

Tebal minimum balok non-prategang atau pelat satu


arah bila lendutan tidak dihitung, dapat ditentukan dari
Table 2.1. berikut :

4/24/2018 Konstruksi Beton II 9


Tabel 2.1 Tebal minimum untuk pelat satu arah

4/24/2018 Konstruksi Beton II 10


4/24/2018 Konstruksi Beton II 11
2.2.1. Cara Analisis
Sebagai alternatif, metode pendekatan berikut ini dapat
digunakan untuk menentukan momen lentur dan gaya
geser dalam perencanaan balok menerus dan pelat satu
arah, yaitu pelat beton bertulang dimana tulangannya
hanya direncanakan untuk memikul gaya-gaya dalam satu
arah, selama:
1. Jumlah minimum bentang yang ada haruslah minimum dua.
2. Memiliki panjang-panjang bentang yang tidak terlalu
berbeda, dengan rasio panjang bentang terbesar terhadap
panjang bentang terpendek dari dua bentang yang
bersebelahan tidak lebih dari 1,2.
3. Beban yang bekerja merupakan beban terbagi rata.
4. Beban hidup per satuan panjang tidak melebihi tiga kali
beban mati per satuan panjang, dan
5. Komponen struktur adalah prismatis.

4/24/2018 Konstruksi Beton II 12


Momen yang bekerja pada setiap tumpuan dapat ditentukan
sebagai :

4/24/2018 Konstruksi Beton II 13


4/24/2018 Konstruksi Beton II 14
Gambar 2.2 . Terminologi balok/pelat satu arah di atas
banyak tumpuan

4/24/2018 Konstruksi Beton II 15


2.2.2. Tulangan Susut dan Suhu
Pada pelat struktural dimana tulangan lenturnya
terpasang dalam satu arah saja, harus
disediakan tulangan susut dan suhu yang
arahnya tegak lurus terhadap tulangan lentur
tersebut.
Tulangan ulir yang digunakan sebagai tulangan susut dan
suhu harus memenuhi ketentuan berikut :

Tulangan susut dan suhu harus paling sedikit memiliki


rasio luas tulangan terhadap luas bruto penampang beton
sebagai berikut, tetapi tidak kurang dari 0,0014.
Tulangan susut dan suhu harus dipasang dengan jarak
tidak lebih dari lima kali tebal pelat, atau 450 mm.

4/24/2018 Konstruksi Beton II 16


4/24/2018 Konstruksi Beton II 17
4/24/2018 Konstruksi Beton II 18
4/24/2018 Konstruksi Beton II 19

Anda mungkin juga menyukai