Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP

BANGUNAN (RESPONSIBILITI)

PADA BANGUNAN DI DAERAH LERENG


ATAU LEMBAH

KELOMPOK 4
MUSTAFA KAMAL 140160041
FIRDA ABADI 140160027
RIDHO FERNAND 140160065
MIRJA PRATAMA 150160030
Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air,
energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan
yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan
juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan
kehidupan manusia.
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti
tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang
bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).

Bangunan adalah struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding dan atap
yang didirikan secara permanen di suatu tempat. Bangunan juga biasa
disebut dengan rumah dan gedung, yaitu segala sarana, prasarana atau
infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam membangun
peradabannya. Bangunan memiliki beragam bentuk, ukuran, dan fungsi, serta
telah mengalami penyesuaian sepanjang sejarah yang disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti bahan bangunan, kondisi cuaca, harga, kondisi tanah,
dan alasan estetika.
Studi Kasus
Rumah di Tepi Lereng

Lokasi: Rumah tinggal di Kompleks Pramestha Residence, Lembang Jawa Barat


Arsitektur: Yori Antar dan Adria Ricardo dari Han Awal & Partners
Lanskap: Karl Princic
Interior: W+
Konsultan Feng Shui: Dr. Mauro Rahardjo dan Lelyana Rahardjo
Desain & Lingkungan
Hunian ini merupakan rumah contoh di kompleks
Pramestha Residence (sebuah kompleks di jawa barat)
merupakan karya dari konsultan arsitek Han Awal & Partners
yang dirancang dengan tujuan melestarikan lingkungan dan
memaksimalkan pemandangan alam sekitar dari dalam
rumah.

Sang Arsitek berupaya mempertahankan kontur lereng


yang curam dengan kemiringan sekitar 40o menurun ke arah
belakang yang luasnya 1234 m2. Oleh karena itu, bangunan
utamanya dirancang tunggal tapi terpisah 9 m dari jalan
kompleks dan dihubungkan oleh “jembatan” yang sekaligus
berfungsi sebagai area servis.
Hunian ini dirancang dalam bentuk bangunan bertingkat
dengan empat lantai tetapi dengan lantai dasar yang tidak
melekat ke tanah, melainkan ditopang oleh konstruksi kolom-
kolom struktur utama. Desain seperti rumah panggung
modern ini bertujuan untuk menghindari perusakan lahan
akibat pembangunan hunian, sekaligus menghindari teknik cut
and fill lahan sehingga air hujan tetap mengalir atau meresap
di lereng.
Hunian seluas 570 m2 ini juga mengikuti aturan Koefisien
Dasar Bangunan (KDB) yang hanya 20% dari luas lahan. Area
sekeliling massa bangunan ditanami dengan pepohonan agar
sosok bangunan “tersamar” diantara penghijauan dan
meredam terik matahari ke ruang dalam hunian.
Atap
Atap rumah dirancang datar dan ditumbuhi oleh
tanaman sebagai upaya untuk “mengganti” lahan hijau
yang “terambil” oleh tapak bangunan. Bukaan lebar dibuat
di setiap ruangan agar memaksimalkan sirkulasi udara
segar dan masuknya cahaya alami juga bidang penyekat
(secondary skin) di area kamar mandi.
Interior
Untuk ruang dalamnya, arsitek merancang susunan
secara efisien, nyaman, ‘mengalir’ dan memberi pilihan
atau ‘pengalaman’ yang berbeda di tiap ruang. Di lantai
paling bawah ditata ruang rekreasi semi-outdoor dengan
sensasi berada di kolong bangunan dilengkapi dengan
kolam renang yang dibangun dengan konstruksi
menggantung (over hang).
Untuk penataan interiornya menciptakan suasana “hangat”
sekaligus mengimbangi kondisi luar hunian yang cenderung dingin.

Anda mungkin juga menyukai