Anda di halaman 1dari 47

Temperature Sensor

By : Riszki Wahyu Adinata


Tiem B
1202075
Definisi umum

 Sensor adalah sesuatu yang digunakan


untuk mendeteksi adanya perubahan
lingkungan fisik atau kimia. Variabel
keluaran dari sensor yang diubah menjadi
besaran listrik disebut Transduser.

Gambar Thermocouple
Definisi khusus
 Sensor suhu adalah alat yang digunakan untuk
mengubah besaran panas menjadi
besaran listrik yang dapat dengan mudah dianalisis
besarnya. Ada beberapa metode yang digunakan
untuk membuat sensor ini, salah satunya dengan
cara menggunakan material yang
berubah hambatannya terhadap arus listrik sesuai
dengan suhunya.
Berdasarkan bahan pembuatnya
Berdasarkan bahan pembuatannya sensor
thermal (panas) dibagi menjadi 2 jenis
yaitu:

1. Menggunakan bahan logam


2. Menggunakan bahan semikonduktor
Prinsip dasar bahan logam
 Logam akan bertambah besar hambatannya
terhadap arus listrik jika panasnya bertambah. Hal
ini dapat dijelaskan dari sisi komponen penyusun
logam. Logam dapat dikatakan sebagai muatan
positif yang berada di dalam elektron yang
bergerak bebas. Jika suhu bertambah, elektron-
elektron tersebut akan bergetar dan getarannya
semakin besar seiring dengan naiknya suhu.
Dengan besarnya getaran tersebut, maka gerakan
elektron akan terhambat dan menyebabkan nilai
hambatan dari logam tersebut bertambah.
Prinsip dasar bahan semikonduktor

 Bahan semikonduktor mempunyai sifat terbalik


dari logam, semakin besar suhu, nilai hambatan
akan semakin turun. Hal ini dikarenakan pada
suhu yang semakin tinggi, elektron dari
semikonduktor akan berpindah ke tingkat yang
paling atas dan dapat bergerak dengan bebas.
Seiring dengan kenaikan suhu, semakin banyak
elektron dari semikonduktor tersebut yang
bergerak bebas, sehingga nilai hambatan tersebut
berkurang
TABEL KEKURANGAN DAN KELEBIHAN SENSOR THERMAL
Hubungan sensor dengan tranducer
Jenis – jenis sensor thermal

Thermocouple Thermistor

IC

Bimetal RTD
Bimetal
Bimetal adalah sensor suhu atau sensor temperatur yang sangat populer
digunakan karena kesederhanaan yang dimilikinya. Bimetal biasa dijumpai pada
peralatan listrik seperti setrika listrik dan lampu dimer atau lampu
penerangan daya besar. Bimetal adalah sensor suhu yang terbuat dari dua
buah lempengan logam yang berbeda koefisien muainya (α) yang direkatkan
menjadi satu.
Prinsip Kerja :
Bila suatu logam dipanaskan maka akan terjadi pemuaian, besarnya pemuaian
tergantung dari jenis logam dan tingginya temperatur kerja logam tersebut.
Bila dua lempeng logam saling direkatkan dan dipanaskan, maka logam yang
memiliki koefisien muai lebih tinggi akan memuai lebih panjang sedangkan
yang memiliki koefisien muai lebih rendah memuai lebih pendek. Oleh
karena perbedaan reaksi muai tersebut maka bimetal akan melengkung
kearah logam yang muainya lebih rendah. Dalam aplikasinya bimetal dapat
dibentuk menjadi saklar Normally Closed (NC) atau Normally Open (NO).
Gambar Bimetal
Thermometer
Thermocouple
Thermocouple adalah salah satu dari
beberapa jenis sensor temperatur yang
menggunakan metode secara elektrik yang
terdiri dari dua buah konduktor (logam)
yang menghasilkan tegangan sebanding
dengan perbedaan suhu antara kedua
konduktor.
Thermocouple ditemukan pada tahun 1921 oleh seorang ahli
fisika JermanThomas Seebeck (1770-1831)
Thomas Seebeck
menemukan bahwa ketika sebuah simpul logam dibuat dari dua (1770-1831)

logam berbeda dan dipanaskan akan menghasilkan arus listrik kecil


yang searah dengan arus panas. Prinsip ini kemudian dikenal sebagai
efek Seebeck.
Tipe – tipe thermocouple dibagi menjadi 2 spesifikasi
utama yaitu :

1. Thermocouple berdasarkan probenya

2. Thermocouple berdasarkan logam pembentuknya.


Berdasarkan probenya :

1. Exposed Junction (Probe) themocouple

• thermocouple yang menggunakan tipe probe ini memiliki


reponse yang paling cepat diantara tipe probe yang lain
• memiliki daya tahan yang cukup terbatas dikarenakan
terkorosi,
• probe ini tidak memiliki pelindung atau bisa dikatakan di
luar dari cover.
2. Insulated Junction (Probe) thermocouple

• Tipe probe yang paling banyak digunakan

• Memiliki response yang cukup lambat dikarenakan


probe dalam kondisi tertutup cover

• Memiliki lifetime yang cukup lama dikarenakan


sensor tertutupi oleh cover
3. Junction reference to electrical ground
(Probe) thermocouple

• Probe tipe ini adalah probe yang memiliki grounding


dengan cara menempelkan thermcouple dengan
cover dengan cara dilas.
• Memiliki response yang lebih cepat dari insulated
namun tidak lebih cepat dari tipe exposed.
• Memliki lifetime yang tidak kalah lama dengan tipe
insuleted karena sama – sama tercover.
Tipe thermocouple berdasarkan
bahan penyusunnya
Thermocouple tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy)

Termokopel untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia untuk rentang suhu −200
°C hingga +1200 °C. 2. Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy))Tipe E memiliki
output yang besar (68 µV/°C) membuatnya cocok digunakan pada temperatur
rendah. Properti lainnya tipe E adalah tipe non magnetik.

Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh)
Cocok mengukur suhu di atas 1800 °C. Tipe B memberi output yang sama
pada suhu 0 °C hingga 42 °C sehingga tidak dapat dipakai di bawah suhu 50
°C.
Tipe J (Iron / Constantan)
Rentangnya terbatas (−40 hingga +750 °C) membuatnya kurang populer
dibanding tipe K Tipe J memiliki sensitivitas sekitar ~52 µV/°C

Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy))


Stabil dan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok untuk
pengukuran suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu di atas 1200
°C. Sensitifitasnya sekitar 39 µV/°C pada 900 °C, sedikit di bawah tipe K. Tipe
N merupakan perbaikan tipe KTermokopel tipe B, R, dan S adalah termokopel
logam mulia yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Mereka adalah
termokopel yang paling stabil, tetapi karena sensitifitasnya rendah (sekitar 10
µV/°C) mereka biasanya hanya digunakan untuk mengukur temperatur tinggi
(>300 °C).
Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium)
Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C)
dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan
umum.

Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium)


Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C)
dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan
umum. Karena stabilitasnya yang tinggi Tipe S digunakan untuk standar
pengukuran titik leleh emas (1064.43 °C).]
Type T (Copper / Constantan)
Cocok untuk pengukuran antara −200 to 350 °C. Konduktor positif
terbuat dari tembaga, dan yang negatif terbuat dari constantan. Sering
dipakai sebagai alat pengukur alternatif sejak penelitian kawat tembaga.
Type T memiliki sensitifitas ~43 µV/°C
Karena termokopel ini mampu mendeteksi rentang suhu yang tinggi maka
termokopel ini biasa dipakai di dunia industri atau para peneliti.
Prinsip kerja :
Jika salah satu bagian pangkal lilitan dipanasi, maka pada
kedua ujung penghantar yang lain akan muncul beda
potensial (emf). Thermokopel ditemukan oleh Thomas
Johan Seebeck tahun 1820 dan dikenal dengan Efek
Seebeck.

Ujung panas
+ Beda potensial yang terjadi
pada kedua ujung logam
VR yang berbeda panas
jenisnya
Vs

- Vout  VS  VR
Ujung dingin
Grafik thermocouple berdasarkan bahan
RTD
RTD atau kependekan dari Resistance Temperature Detector adalah
alat instrumen yang berfungsi sebagai sensor panas.

Berfungsi untuk mengubah suhu menjadi resistansi/hambatan


listrik yang sebanding dengan perubahan suhu. Semakin tinggi
suhu, resistansinya semakin besar. RTD terbuat dari sebuah
kumparan kawat platinum pada papan pembentuk dari bahan
isolator. RTD dapat digunakan sebagai sensor suhu yang
mempunyai ketelitian 0,03 0C dibawah 5000C dan 0,1 0C
diatas 10000C.
Konstruksi RTD bahan platinum:

Resistance Thermal Detector merupakan


sensor pasif, karena sensor ini
membutuhkan energi dari luar. Elemen
yang umum digunakan pada tahanan
resistansi adalah kawat nikel, tembaga,
dan platina murni yang dipasang dalam
sebuah tabung guna untuk
memproteksi terhadap kerusakan
mekanis. Resistance Temperature
Detector (PT100) digunakan pada
kisaran suhu -200 0C sampai dengan
650 0C.
RTD terpasang pada permukaan logam:

Hubungan antara resistansi dan suhu


penghantar logam merupakan perbandingan
linear. Resistansi bertambah sebanding dengan
perubahan suhu padanya. Besar resistansinya
dapat ditentukan berdasarkan rumus :
Besar resistansi pada suhu tertentu dapat diketahui dengan rumus :
Keterangan :

R1 = resistansi pada suhu awal


R2 = resistansi pada suhu tertentu

Untuk menghasilkan tegangan keluaran dapat diperoleh dengan


mengalirkan arus konstan melalui RTD atau dengan memasangnya
pada salah satu lengan jembatan wheatstone.

Gambar rangkaian jembatan wheatstone dengan RTD:


Prinsip kerja

Prinsip kerja rangkaian: Bila RTD berada pada suhu kamar maka beda potensial
jembatan adalah 0 Volt. Keadaan ini disebut keadaan setimbang. Bila suhu RTD
berubah maka resistansinya juga berubah sehingga jembatan tidak dalam kondisi
setimbang. Hal ini menyebabkan adanya beda potensial antara titik A dan B.
Begitu juga yang berlaku pada keluaran penguat diferensial.
Grafik perbandingan resistansi dengan temperatur
untuk variasi RTD metal
Termistor
Termistor (Inggris: thermistor) adalah alat atau komponen atau
sensor elektronika yang dipakai untuk mengukur suhu. Prinsip dasar dari
termistor adalah perubahan nilai tahanan (atau hambatan atau werstan atau
resistance) jika suhu atau temperatur yang mengenai termistor ini berubah.
Termistor ini merupakan gabungan antara kata termo (suhu)
dan resistor (alat pengukur tahanan).

Termistor ditemukan oleh Samuel Ruben pada tahun 1930,.


Ada dua macam termistor secara umum: Posistor atau PTC (Positive
Temperature Coefficient), dan NTC (Negative Temperature Coefficient).
Nilai tahanan pada PTC akan naik jika perubahan suhunya naik, sementara sifat
NTC justru kebalikannya.
Prinsipnya adalah memberikan perubahan resistansi yang sebanding
dengan perubahan suhu. Perubahan resistansi yang besar terhadap
perubahan suhu yang relatif kecil menjadikan termistor banyak dipakai
sebagai sensor suhu yang memiliki ketelitian dan ketepatan yang
tinggi.Termistor yang dibentuk dari bahan oksida logam campuran
(sintering mixture), kromium, kobalt, tembaga, besi, atau nikel,
berpengaruh terhadap karakteristik termistor, sehingga pemilihan
bahan oksida tersebut harus dengan perbandingan tertentu. Dimana
termistor merupakan salah satu jenis sensor suhu yang mempunyai
koefisien temperatur yang tinggi.
Jenis –jenis thermistor :

NTC (Negative
PTC (Positive
Temperature
Temperature
Coefisient)
Coefisient)
thermistor

NTC (Negative Temperature Coefisient)

NTC merupakan termistor yang mempunyai koefisient negatif.


Termistor ini terbuat dari logam oksida yaitu dari serbuk yang halus
kemudian dikompress dan disinter pada temperatur yang tinggi.
Kebanyakan material penyusun termistor mengandung unsur – unsur
seperti O3,Cu2 O, Mn2 O3, NiO,CO2, Fe2 O3 TiO2, dan U2 O3.
Oksida-oksida tersebut sebetulnya mempunyai resistansi yang cukup
tinggi, akan tetapi bisa diubah menjadi semikonduktor dengan
menambahkan beberapa unsur lain.
thermistor

PTC (Positive Temperature Coefisient)

PTC merupakan termistor dengan koefisien yang positif. Termistor


PTC memiliki perbedaan dengan NTC antara lain:1. Koefisien
temperatur dari thermistor PTC bernilai positif hanya pada interfal
suhu tertentu, sehingga diluar interval tersebut akan bernilai nol atau
negatif. Nilai dan koefisien temperatur dari termistor PTC jauh lebih
besar dari pada termistor NTC.
Prinsip kerja pada rangkaian :
Pada rangkaian
IC (TEMPERATURE SENSOR)
Sensor suhu IC (IC temperature sensor) adalah sensor suhu yang prinsip kerjanya
didasarkan pada sifat atau perilaku semikonduktor PN junction silikon yang
sangat sensitif terhadap suhu/ temperature.

Ic sensor suhu salah satunya adalah lm 35. Lm35


memiliki dimensi seperti transistor ( memiliki 3
kaki). Lm35 ini memiliki 3 macam pin out yang
memiliki konfigurasi sebagai berikut:
Prinsip Kerja

Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan suhu
setiap suhu 1 ºC akan menunjukan tegangan sebesar 10 mV. Pada penempatannya
LM35 dapat ditempelkan dengan perekat atau dapat pula disemen pada permukaan
akan tetapi suhunya akan sedikit berkurang sekitar 0,01 ºC karena terserap pada
suhu permukaan tersebut. Dengan cara seperti ini diharapkan selisih antara suhu
udara dan suhu permukaan dapat dideteksi oleh sensor LM35 sama dengan suhu
disekitarnya, jika suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah
dari suhu permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan dan suhu udara
disekitarnya .
Konstruksi LM35
Karakteristik LM35
1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala
linier antara tegangan dan suhu 10 mVolt/ºC,
sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.
2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi
yaitu 0,5ºC pada suhu 25 ºC.
3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu
antara -55 ºC sampai +150 ºC.
4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.
5. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60
µA.
6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah
(low-heating) yaitu kurang dari 0,1 ºC pada
udara diam.
7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah
yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.

8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC.


Gambar pada rangkaian

Anda mungkin juga menyukai