Anda di halaman 1dari 39

KUSTA tipe MULTIBASILER

Oleh :
Siti Ulfi Riani
21604101033

Pembimbing :
dr. I Gede Arna A.Sp.KK

Laboratorium Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin


RSUD Blambangan Banyuwangi
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang
Identitas Pasien

 Nama : Tn. H
 Umur : 34 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Dusun Aseman RT/RW 1/3
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Agama : Islam
 Status Perkawinan : Menikah
 Suku : Jawa
 Tanggal masuk : 20 Februari 2017
 No RM : 159955
ANAMNESA
 Keluhan Utama : Bercak kemerahan pada wajah, dada, perut,
punggung, tangan dan kaki pasien

 Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Blambangan dengan
keluhan bercak berwarna kemerahan pada wajah, dada, perut,
punggung, tangan dan kaki pasien. Keluhan dirasakan sejak kurang lebih
sejak 20 hari yang lalu. Bercak terasa tebal di kulit pasien, tidak terasa
gatal maupun nyeri. Awalnya bercak muncul di badan, tangan dan kaki
saja, kemudian menyebar hingga ke wajah. Pasien merasa gejala muncul
setelah pasien makan dikuburan. Keluhan tersebut disertai oleh kulit yang
terasa tebal, panas badan yang hilang timbul dan pegal-pegal pada
badan. Pasien juga mengaku mengkonsumsi jamu bersih darah 1 minggu
yang lalu.
 Riwayat Penyakit Dahulu :
o Riwayat sakit serupa (disangkal)
o Riwayat asma (disangkal)
o Riwayat trauma (disangkal)
 Riwayat Penyakit Keluarga :
o Riwayat sakit serupa (disangkal)
o Riwayat asma (disangkal)
 Riwayat Kebiasaan :
o Lingkungan rumah pasien sanitasi kurang baik
o Tidak suka makan sayur
 Riwayat Pengobatan :
o Belum pernah diobati sebelumnya
o Pasien mengkonsumsi obat bersih darah, namun keluhan
tidak berkurang
 Riwayat Alergi :
o Tidak ada alergi makanan atau obat-obatan
Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Umum : Baik


 Kesadaran : Compos mentis, GCS : 456

 Tanda Vital
 Tensi : Tidak didapatkan data
 Nadi : Tidak didapatkan data
 Pernafasan (RR) : Tidak didapatkan data
 Suhu : Tidak didapatkan data
Status Dermatologist :
 Lokasi : Wajah, dada, perut, punggung, tangan dan kaki
pasien
 Effloresensi : Makula eritematosa berbatas tegas tepi tidak
meninggi, plak eritematosa, infiltrat, papul, nodul tidak terhitung
Pemeriksaan saraf tepi :
NERVUS KANAN KIRI

Pembesaran Konsistensi Nyeri Pembesaran Konsistensi Nyeri

N.fasialis Tidak Dilakukan Pemeriksaan

N.aurikularis + Kenyal - - Kenyal -


magnus

N.radialis Tidak Dilakukan Pemeriksaan

N.ulnaris Tidak Dilakukan Pemeriksaan

N.medianus Tidak Dilakukan Pemeriksaan

N.poplitea Tidak Dilakukan Pemeriksaan


lateralis

N.tibialis Tidak Dilakukan Pemeriksaan


posterior
 Tes Sensibilitas: Rangsang raba dan nyeri pada bagian pipi,
sebagian tangan kanan dan kiri, serta sebagian pada kaki pasien
tidak terasa.

 Kekuatan motorik: normotonus, atrofi (-)


Differential Diagnosis
 Tinea korporis yang disebabkan oleh Epidermophyton floccosum
atau Trichophyton rubrum memiliki tanda objektif berupa
makula/patch eritema dengan bagian tepi yang lebih aktif (central
healing). Gejala subjektif pada tinea korporis ialah keluhan gatal.
Tinea korporis lebih sering bermanifestasi pada daerah wajah,
anggota gerak atas dan bawah, dada dan punggung. Apabila
dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa kerokan kulit dengan
KOH 10% dijumpai hifa panjang bersepta dan spora di luar hifa.
 Psoriasis yang penyebabnya masih tidak diketahui juga memiliki lesi
kulit yang mirip dengan kusta, yaitu berupa plak eritematosa yang
sirkumskripta dan tersebar merata, ditutupi oleh skuama tebal,
berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih mengkilat seperti mika.
Jika skuama digores menunjukkan tanda tetesan lilin. Pada psoriasis
terdapat 2 fenomena, yaitu Koebner dan Auspitz. Predileksi
penyakit ini biasanya pada perbatasan daerah scalp dan wajah,
ekstremitas bagian ekstensor terutama siku dan lutut, serta daerah
lumbosakral.
 Pitiriasis Rosea dimulai dengan sebuah lesi inisial berbentuk eritema
dan skuama halus, umumnya di badan, solitar, berbentuk oval dan
anular, dengan diameter kira-kira 3 cm. Selanjutnya lesi akan
memberikan gambaran yang khas dengan susunan yang sejajar
dengan costa hingga menyerupai pohon cemara terbalik. Tempat
predileksi di badan, lengan atas bagian proksimal, dan paha atas
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Leukosit 5,6 x 103 / µL 3,8 – 10,6


Lym 12,2 % 20 – 40
Mix 15,0 % 0,8 – 10,8
Neu 72,8 % 73,7 – 89,7

Eritrosit 5,86 x 106 / µL 4,4 – 5,9


MCV 77,0 fL 80 – 100
MCH 25,6 pg 26 – 34
MCHC 33,3 g/dL 32 – 36
Hemoglobin 15,0 g/dL 13,2 – 18

Hematocrit / PCV 45,1 % 40 – 52

Trombosit 325 x 103 / µL 150 – 440

Telinga Kanan Positif


Telinga kiri Negative
Wajah Negative
Lengan ka/ki Positif
Resume
 Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSUD Blambangan dengan
keluhan bercak berwarna kemerahan pada pada wajah, dada,
perut, punggung, tangan dan kaki pasien. Keluhan dirasakan sejak
kurang lebih sejak 20 hari yang lalu. Bercak terasa tebal di kulit
pasien, tidak terasa gatal maupun nyeri. Awalnya bercak muncul di
badan, tangan dan kaki saja, kemudian menyebar hingga ke wajah.
Pasien merasa gejala muncul setelah pasien makan dikuburan.
Keluhan tersebut disertai oleh kulit yang terasa tebal, panas badan
yang hilang timbul dan pegal-pegal pada badan. Pasien juga
mengaku mengkonsumsi jamu bersih darah 1 minggu yang lalu.
 Pada pemeriksaan fisik ditemukan makula eritematosa berbatas
tegas tepi tidak meninggi, plak eritematosa, infiltrat, papul, nodul
tidak terhitung jumlahnya pada seluruh bagian tubuh pasien.
Sementara itu, dari hasil tes sensibiltas pasien didapatkan anesthesi
pada bagian pipi, sebagian tangan kanan dan kiri, serta sebagian
pada kaki pasien. Untuk tes kekuatan motorik pasien hasilnya
adalah normotonus
Diagnosis

 Kusta tipe Multibasiler

Cacat Pada Tangan dan Kaki

Tingkat 0 Tidak ada gangguan sensibilitas, tidak ada kerusakan atau deformitas yang
terlihat.

Tingkat 1 Ada gangguan sensibilitas, tanpa kerusakan atau deformitas yang terlihat.

Tingkat 2 Terdapat kerusakan atau deformitas


Penatalaksanaan

Non Medika mentosa


 Tangan dan kaki yang anastetik dapat direndam
setiap hari selama 10-15 menit. Selanjutnya, untuk
menjaga nutrisi dan kelembapan dapat diberikan
pelembab topical.
 Istirahatkan regio yang terlihat kemerahan atau
melepuh. Hindari tekanan yang berlebihan pada
regio lesi, misalnya dengan elevasi tungkai saat
istirahat.
Medikamentosa:
Rifampisin 600 mg/bulan
Lamprene 300 mg/bulan
Ditambah
Lamprene 50 mg/hari
DDS 100 mg/hari
Selama pengobatan dilakukan pemeriksaan secara klinis setiap bulan
dan secara bakterioskopis minimal setiap 3 bulan.

Pengobatan diberikan teratur selama 12 bln &


diselesaikan maksimal 18 bln. Setelah selesai minum 12
dosis  RFT
Masa pengamatan setelah RFT dilakukan secara pasif
untuk tipe MB selama 5 tahun. Jika bakterisokopis tetap
negatif dan klinis tidak ada keaktifan baru, maka
dinyatakan bebas dari pengamatan atau disebut RFC
(Release From Control)
Follow Up

Follow up
Tanggal S O A P
20 Februari Keluhan bercak Lokasi : pada wajah, Ddx : 1. Rujuk ke
2017 kemerahan pada dada, perut, punggung, 1. Kusta puskesmas u/
seluruh tubuh, tangan dan kaki multibasilar mendapat MDT
gatal (-), nyeri (-) Effloresensi : Makula 2. Tinea Rifampisin
eritematosa berbatas Korporis 600mg/bln
tegas tepi tidak 3. Psoriasis Dapson
meninggi, plak 4. Pitiriasis 100mg/hari
eritematosa, infiltrat, Rosea Lamprene
papul, nodul tidak Dx : Kusta 300mg/bln +
terhitung multibasilar 50mg/hari
Definisi

  Penyakit infeksi kronis yang disebabkan


oleh kuman Mycobacterium leprae yang
menyerang saraf tepi (primer), kulit &
jaringan tubuh lainya, kecuali susunan saraf
pusat.
Epidemiologi :

 Cara penularan masih belum diketahui pasti, hanya


berdasarkan anggapan klasik yaitu melalui kontak
langsung antarkulit yg lama dan erat, kemudian secara
inhalasi (sebab M.leprae msh dpt hidup bbrp hari dlm
droplet)
 Masa tunasnya bervariasi antara 40 hari - 40 tahun (rata-
rata 3-5 tahun)
 Faktor lain yg dpt berperan yaitu keadaan sosial ekonomi,
lingkungan, kerentanan, dan perubahan imunitas.
 Dapat menyerang semua umur (frekuensi tertinggi antara
25-35 tahun)
Etiologi :
 Mycobacterium leprae atau basil Hansen
 Ditemukan th 1873 oleh G.H.A Hansen, Norwegia
 Basil tahan asam, batang, p. 1-8 μ & l. 0,2-0,5 μ Berkelompok
(globus) atau tersebar satu-satu, sifat parasit obligat intraseluler
(jaringan dengan suhu dingin)
 Tidak dapat dibiakan dalam media buatan
Patofisiologi Morbus Hansen

Kuman dapat bertahan terhadap aksi fagositosis oleh karena:


• mempunyai dinding sel yang sangat kuat
• resisten terhadap aksi lisosim
GANGGUAN FUNGSI SYARAF TEPI

SENSORIK MOTORIK OTONOM

ANESTHESI / KELEMAHAN
MATI RASA GG KEL MINYAK,
OTOT KERINGAT,CIRC
DARAH
TANGAN KAKI CORNEA JARI, TANGAN,
REFLEK
MATIRASA MATA KAKI LEMAH /
KEDIP (-)
MATIRASA LUMPUH
KULIT KERING /
PECAH-PECAH
LAGOPTH TANGAN/KAKI
LUKA INFEKSI ALMUS KITING,
BENGKOK
LUKA/ULCUS
INFEKSI
BUTA
MUTILASI /
ABSORBSI MUTILASI /
INFEKSI
ABSORBSI
BUTA
LETAK SYARAF TEPI YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KUSTA

N. Facialis
N. Auricularis magnus

N. Medianus
N. Radialis

N. Ulnaris

N. Peroneus Communis

N. Tibialis Posterior
Gejala klinis
1. Kelainan saraf tepi
kerusakan bisa bersifat sensorik, motorik dan autonomik.
• sensorik  anastesi pada lesi
• motorik  kelemahan otot (ekstremitas, muka, otot
mata)
• Autonomik  persarafan kelenjar keringat sehingga
lesi terserang tampak lebih kering
• Gejala lain : pembesaran saraf tepi yang dekat
permukaan kulitn.ulnaris, n.aurikularis magnus,
n.peroneus komunis, n.tibialis posterior
Gejala klinis
2. Kelainan kulit dan organ lain
hipopigmentasi, atau eritematus dengan gangguan estesi
yang jelas. Gejala lanjut al:
» Facies leonina
» Penebalan cuping telinga
» Madarosis
» Glove & stocking anaestesia
PEMERIKSAAN BAKTERIOLOGIS
Pewarnaan Zielhl Nielsen, dengan sediaan diambil dari
kedua cuping telinga dan lesi yang ada di kulit.

PEMERIKSAAN SEROLOGIS
1. Lepromin test
2. MLPA (Mycobacterium Lepra Particle Agglutination)
3. PCR (Polimerase Chain Reaction)
DIAGNOSIS KLINIS
Tanda utama PB MB
Lesi kulit » 1-5 » > 5 lesi
» Hipopigmentasi / » Distribusi >
eritema simetris
» distribusi tidak jelas » Hilangnya
» Hilangnya sensasi sensasi kurang
yang jelas jelas
Kerusakan saraf Satu cabang saraf Banyak cabang
saraf
Sediaan apusan BTA - BTA +
Pemeriksaan saraf tepi :
NERVUS KANAN KIRI

Pembesaran Konsistensi Nyeri Pembesaran Konsistensi Nyeri

N.fasialis

N.aurikularis
magnus

N.radialis

N.ulnaris

N.medianus

N.poplitea
lateralis

N.tibialis
posterior
Menurut WHO (1981), kusta dibagi menjadi
2 yaitu :

1. Pausibasiler : tipe TT, tipe I, dan tipe BT


2. Multibasiler : tipe LL, tipe BL, tipe BB
CARDINAL SIGN

PENEBALAN
KELAINAN BTA POSITIF
SARAF + g3n fx
KULIT YG
saraf
MATI RASA

KUSTA

Diagnosis: SATU ATAU LEBIH TANDA


UTAMA ( CARDINAL SIGN )
Penatalaksanaan
1. Pausibasiler
Rifampisin 600 mg/bulan, diminum dpn petugas
DDS 100 mg/hari
pengobatan diberikan teratur selama 6 bln & diselesaikan maksimal 9 bln. Setelah selesai
minum 6 dosis  RFT

2. Multibasiler
Rifampisin 600 mg/bulan
Lamprene 300 mg/bulan
Ditambah
Lamprene 50 mg/hari
DDS 100 mg/hari
pengobatan diberikan teratur selama 12 bln & diselesaikan maksimal 18 bln. Setelah selesai minum 12
dosis  RFT
Mekanisme Kerja Obat
 Rifampicin  bakteriosid (membunuh kuman) 
menghambat DNA- dependent RNA polymerase pada sel
bakteri dengan berikatan pada subunit beta.
 DDS (diamino difenil sulfon)  bakteriostatik
(menghalangi atau menghambat pertumbuhan bakteri) 
antagonis kompetitif dari para-aminobezoic acid (PABA)
dan mencegah penggunaan PABA untuk sintesis folat
oleh bakteri.
 Lamprene  bakteriostatik dan dapat menekan reaksi
kusta  bekerja dengan menghambat siklus sel dan
transpor dari NA/K ATPase
Mekanisme Kerja Obat
 Rifampicin  bakteriosid (membunuh kuman) 
menghambat DNA- dependent RNA polymerase pada sel
bakteri dengan berikatan pada subunit beta.
 DDS (diamino difenil sulfon)  bakteriostatik
(menghalangi atau menghambat pertumbuhan bakteri) 
antagonis kompetitif dari para-aminobezoic acid (PABA)
dan mencegah penggunaan PABA untuk sintesis folat
oleh bakteri.
 Lamprene  bakteriostatik dan dapat menekan reaksi
kusta  bekerja dengan menghambat siklus sel dan
transpor dari NA/K ATPase
PENCEGAHAN CACAT (POD)
Komponen POD :
1. Penemuan dini
2. Penyuluhan awal pengobatan
3. Pengobatan MDT sampai RFT
4. Deteksi dan penanganan reaksi secara cepat dan tepat (pengisian
form POD 1 x / bln )
5. Perawatan diri
6. Alat bantu
7. Rehabilitasi medik
Komplikasi
 Trauma dan infeksi kronik sekunder dapat menyebabkan hilangnya
jari jemari ataupun ekstremitas bagian distal.
 Kebutaan
 Reaksi Kusta
REAKSI KUSTA

Reversal ENL
Reaksi kusta adalah episode akut pada
perjalanan penyakit Kusta, sebagai akibat dari
perubahan sistem kekebalan tubuh.
Dapat timbul sebelum, selama dan sesudah
pengobatan.
Ditandai dengan peradangan akut pada kulit,
saraf , organ lain dan bisa disertai gangguan
keadaan umum.
Prognosis
 Setelah program terapi obat biasanya prognosis baik, yang paling
sulit adalah manajemen dari gejala neurologis, kontraktur dan
perubahan pada tangan dan kaki. Ini membutuhkan kerjasama
dengan tenaga ahli seperti neurologis, ortopedik, ahli bedah,
oftalmologis, dan rehabilitasi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai