Anda di halaman 1dari 19

IDENTIFIKASI SENYAWA

GOLONGAN ALKALOID

Kelompok 6B
Nama Anggota
Feziah Eulalia Arubusman (135070507111022)
Nisa Rahma Deasury (155070507111010)
Fatchur Rohmi Latifatus Sholihah (155070507111012)
Aldea Putri C. Herli (155070507111014)
Alif Kurniawan (155070507111016)
Fadhyla Widya Puspitasari (155070507111020)
Mazaya Alma Ghaisani (155070507111022)
Tujuan :
Mahasiswa mampu mengidentifikasi senyawa
golongan alkaloid pada tanaman menggunakan
pereaksi warna dan KLT
Alkaloid merupakan suatu basa organik yang mengandung unsur Nitrogen (N) pada
umumnya berasal dari tanaman yang mempunyai efek fisiologis, kegunaan senyawa alkaloid
dalam bidang farmakologi adalah untuk memacu system syaraf, menaikkan tekanan darah, dan
melawan infeksi microbial (Pasaribu, 2009). Berdasarkan Harborne (1996) kisaran nilai Rf untuk
senyawa alkaloid adalah 0,07-0,62.

Alkaloid dapat dideteksi dengan beberapa pereaksi pengendap. Pereaksi Mayer


mengandung kalium iodida dan merkuri klorida, dengan pereaksi ini alkaloid akan memberikan
endapan berwarna putih. Pereaksi Dragendorff mengandung bismuth nitrat dan merkuri klorida
dalam asam nitrat berair. Senyawa positif mengandung alkaloid jika setelah penyemprotan
dengan pereaksi Dragendorff membentuk warna jingga (Sastrohamidjojo, 1996).

Salah satu tumbuhan metabolit sekunder yang sering digunakan sebagai bahan obat
adalah cabe jawa (Piper retrofractum) famili Piperaceae. Cabe jawa berasal dari Indonesia dan
tepatnya berada di pulau Jawa, dan telah lama dikenal oleh masyarakat sebagai bahan obat
tradisional yang potensial dalam menyembuhkan kejang perut, kolik, radang mulut, dan sakit
gigi. Selain itu digunakan juga untuk memperkuat fungsi organ tubuh dengan cara
memperlancar peredaran darah, (stimulan), memperlancar keluarnya keringat (diaforetik),
menghilangkan kembung (karminatif), dan obat gosok (Winarto, 2008).
KLASIFIKASI

Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper retrofractum Vahl

(Hariana, 2013)

Gambar 1. Cabe Jawa (Piper retofractum)


BAHAN
Ekstrak Piper refroractum, metanol, HCl
2 N, NaCl, NH4OH 28%, kloroform,
toluen, dan etil asetat

ALAT
Tabung vial, chamber, plat KLT lebar 2
cm, kertas lakmus, pipet volume 1 mL,
gelas ukur 10 mL, corong pisah, tabung
reaksi, mikrotube, pipet tetes, dan kertas
saring.
Prosedur Kerja
Dari perlakuan tersebut pada
saat penambahan NH3 sampel
berubah menjadi putih keruh
PREPARASI
dan pada saat di uji pH dengan
SAMPEL kertas lakmus, didapatkan
warna biru kehijauan dengan
perbandingan pada kertas
lakmus diperoleh pH larutan
yaitu 9.
DETEKSI ALKALOID
DENGAN PEREAKSI
WARNA I Diperoleh larutan uji pereaksi
warna :

- Wagner’s : ditambahkan
sebanyak 20 tetes terbentuk
2 fase berwarna putih bening.
- Mayer’s : ditambahkan
sebanyak 3 tetes terjadi
perubahan warna merah
endapan coklat pada sampel
- Dragendorf’s : ditambahkan
sebanyak 4 tetes terjadi
perubahan warna putih dan
timbul endapan cincin putih
DETEKSI ALKALOID
DENGAN PEREAKSI
WARNA II
Hasil uji pereaksi warna ( tiap
larutan pereaksi warna diteteskan
sebanyak 7 tetes )

- Wagner’s : terjadi perubahan


warna coklat dengan adanya
endapan berwarna coklat
Menunjukkan positif alkaloid
- Mayer’s : terjadi perubahan
warna kuning keruh
- Dragendorf : terjadi
perubahan warna kuning
IDENTIFIKASI SENYAWA PIPERIN PADA PIPER RETROFRACTUM

Diperoleh
1,7
- Rf larutan standar = = 0,213
8
- Rf sampel :
0,2
Rf1 = = 0,025
8
1,5
Rf2 = = 0,187
8
3,6
Rf3 = = 0,45
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
PREPARASI SAMPEL

Preparasi sampel dengan cara menimbang ekstrak Piper retrofractum sebanyak 40


mg dan dilarutkan dengan 4 ml methanol. Kemudian ditambah 5 ml HCl 2 N dan
dipanaskan. Penambahan HCl 2 N bertujuan untuk menarik alkaloid dari dalam
simplisia. Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk memecah ikatan antara alkaloid
dengan asam klorida sehingga diperoleh alkaloid yang bukan dalam bentuk garamnya.
Alkaloid bersifat basa, sehingga dengan penambahan asam seperti HCl akan terbentuk
garam. Setelah itu ditambah NaCl 0.3 gram saat larutan telah dingin lalu disaring. Filtrat
lalu ditambah HCl 5 ml. Lalu ditambahkan NH3 sampai larutan menjadi basa lalu

Gambar indikator pH diekstrak dengan 5 ml kloroform dan diambil fase kloroform. Larutan ekstrak lalu dibagi
menunjukkan larutan menjadi 4 bagian, dimana 3 untuk uji pereaksi warna dan 1 untuk uji KLT.
bersifat basa pH 9
UJI PEREAKSI WARNA

Gambar 1. ekstrak dan Gambar 2. ekstrak dan Gambar 3. ekstrak dan


ekstrak + pereaksi Mayer ekstrak + pereaksi Wagner’s ekstrak + pereaksi Dragendroff

Hasil
1. Uji pereaksi Mayer’s : penambahan 20 tetes pereaksi mayers → tidak terjadi perubahan
warna (bening), namun terdapat pemisahan larutan → (-) alkaloid
2. Uji pereaksi Wagner’s : penambahan 3 tetes peraksi wagner’s → warna merah dengan
endapan cokelat → (+) alkaloid
3. Uji pereaksi Dragendroff : penambahan 4 tetese pereaksi dragendroff → tidak ada
perubahan warna (bening)dengan cincin putih → (-) alkaloid
Pada uji pereaksi warna digunakan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendroff. Pada pereaksi mayer, didapatkan hasil ketika
ekstrak ditambah 20 tetes pereaksi mayer tidak ada perubahan warna yang terjadi (bening) tetapi ada pemisahan larutan.
Menurut literatur, untuk uji alkaloid pada pereaksi Mayer, diperkirakan nitrogen pada alkaloid akan bereaksi dengan
pereaksi Mayer, yaitu ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat (II) membentuk kompleks kalium-alkaloid yang
membentuk endapan putih (Tukiran dkk., 2015) . Dari hal tersebut maka dapat dipastikan bahwa sampel dalam tabung
reaksi negatif alkaloid.
Pada uji dengan pereaksi Wagner, didapatkan hasil ekstrak ditambah 3 tetes pereaksi Wagner menghasilkan
warna merah dengan endapan coklat. Berdasarkan literatur, pada uji alkaloid menggunakan pereaksi Wagner, dapat
dijelaskan bahwa ion logam K+ dari pereaksi Wagner membentuk ikatan kovalen koordinasi dengan alkaloid sehingga
membentuk kompleks kalium alkaloid yang mengendap warna coklat (Tukiran dkk., 2015). Dari hal tersebut dapat
dipastikan bahwa sampel dalam tabung reaksi positif mengandung alkaloid.
Pada uji dengan pereaksi Dragendroff, didapatkan hasil ekstrak ditambah 4 tetes pereaksi Dragendroff
didapatkan hasil tidak ada perubahan warna (bening) dengan cincin putih. Menurut literatur, alkaloid bereaksi dengan
pereaksi Dragendorff (kalium tetraiodobismutat) menghasilkan endapan jingga hingga merah kecokelatan. Pada reaksi ini
terjadi penggantian ligan dimana nitrogen yang mempunyai pasangan electron bebas pada alkaloid membentuk ikatan
kovalen koordinat dengan ion K+ dari kalium tetraiodobismutat menghasilkan kompleks kalium-alkaloid yang mengendap
(Marliana dkk., 2008). Dari hal tersebut dapat dipastikan bahwa sampel dalam tabung reaksi negatif mengandung
alkaloid.
UJI PLAT KLT

Diperoleh hasil :
1. Bercak noda berwarna hitam
2. Standar Piperine diperoleh nilai Rf sebesar 0,213 ditandai
dengan warna kebiruan
3. Ekstrak Piper retrofractum diperoleh nilai Rf 1 sebesar
0,025 ditandai dengan warna kehijauan , Rf2 sebesar 0,187
ditandai dengan warna kebiruan, dan Rf3 sebesar o,45
ditandai dengan warna kehijauan.

Keterangan :
2. Standar
3. Sampel

2 3
Berdasarkan prosedur identifikasi dengan KLT
yang telah dilakukan, didapatkan hasil berupa bercak
noda berwarna hitam pada plat KLT. Nilai Rf yang
dihasilkan berdasarkan pengukuran dan perhitungan
diperoleh pada ekstrak Piper retrofractum memiliki nilai
Rf sebesar 0,025 yang berwarna kehijauan pada Rf1,
0,187 yang berwarna kebiruan pada Rf2, dan 0,45 yang
berwarna kehijauan pada Rf3. Standar piperin sebagai
perbandingan untuk sampel didapatkan nilai Rf
sebesar 0,213 yang berwarna kebiruan
Apabila dibandingkan dengan literatur, nilai Rf
pada salah satu spot pada larutan ekstrak Piper
retrofractum tidak mendeati Rf pustaka dan larutan
standar andrografolid dapat dikatakan mendekati nilai
Rf pada pustaka, dimana nilai Rf piperin adalah 0,26
(Ismayadi , 2013).
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai