Anda di halaman 1dari 32

+

ABSES LEHER DALAM

 Abses Peritonsil (Quinsy)

 Abses Retrofaringeal

 Abses Parafaring

 Abses Submandibula

 Ludwig’s Angina
+
Abses Peritonsillar (Quincy)

 Etiologi
 Komplikasi dari infeksi tonsilitis akut
 Obstruksi dari kelenjar weber

 Patofisiologi
 Abses peritonsil terjadi di Ruang Potensial
Peritonsil
 Komplikasi dari akut tonsilitis yang menyebar ke
daerah peritonsil dan Kelenjar Weber
+  Tahapan Perjalanan Penyakit :
 Tahap Awal : palatum mole bengkak dan
hiperemis , uvula terdorong kontralateral
 Tahap Supurasi
 M.pterigoid terinfeksi  trismus
 Kelenjar Weber ikut terinfeksi
o Selulitis
o Abses
 Abses pecah spontan
+  Gejala dan Tanda :
 Riwayat sakit tenggorokan dan demam selama 4-
5 hari
 Odinofagia (nyeri saat menelan )
 Otalgia (nyeri telinga) unilateral
 Muntah
 Foetor ex ore (mulut berbau )
 Hipersalivasi
 “hot potato voice”
 Trismus
 Pembengkakan kelenjar submandibula dengan
nyeri tekan
+  Diagnosis
 Penegakan diagnosis utama : pemeriksaan fisik
o Palatum mole yang tampak membengkak,
menonjol kedepan, dan teraba fluktuasi
o Uvula bengkak dan terdorong ke sisi
kontralateral
o Pembengkakan , hiperemis, dan dislokasi dari
tonsil
o Detritus
 Pungsi dari abses dan insisi
+  Tatalaksana
 Stadium awal : diberikan antibiotik (penisilin atau
klindamisin) , obat-obatan simptomatik , kumur dengan
cairan hangat dan kompres dingin pada leher
 Abses : Insisi dan drainase abses

 Tonsilektomi:
o tonsilektomi a’chaud : dilakukan bersamaan dengan
drainase
o tonsilektomi a’tiede : dilakukan 3-4 hari sesudah
drainase
o tonsilektomi a’froid : dilakukan 4-6 minggu setelah
drainase
o Idealnya dilakukan 2-3 minggu setelah drainase
+  Komplikasi
 Abses pecah spontan  perdarahan, aspirasi
paru, dan piemia (septikemia)
 Infeksi dari Ruang Potensial Peritonsillar menuju
Ruang Potensial Retrofaringeal  infeksi
mediastinum
 Penjalaran infeksi ke daerah intrakranial 
trombus sinus kavernosus, meningitis, dan abses
otak
+
Abses Retrofaringeal
 Etiologi
 infeksi bakteri aerob, anaerob, dan juga bakteri
gram negatif pada kelenjar limfa
 infeksi saluran nafas atas
 trauma dinding belakang faring oleh benda
asing
 tuberkulosis vertebra servikalis bagian atas
+  Patofisiologi
 Umumnya terjadi pada anak dibawah usia 5
tahun
 Fungsi kelenjar limfe di ruang retrofaring adalah
untuk menerima aliran limfa dari hidung, sinus
paranasal, nasofaring, faring, tuba eustachius,
dan telinga tengah.
 Organisme penyebab tersering : staphylococcus
aureus dan streptococcus beta-hemoliticus grup A
 Dapat menyebabkan kematian
+  Gejala dan Tanda
 Demam
 Sakit tenggorokan dan sulit menelan
 Kekakuan otot leher
 Sesak napas
 Stridor
 Perubahan suara
 Air liur yang menetes-netes
+  Diagnosis:
 Riwayat infeksi saluran nafas atas, trauma pada
faring, dan berdasarkan gejala
 Foto x-ray jaringan lunak leher lateral
 Pelebaran ruang retrofaring lebih dari 7mm
pada anak dan dewasa
 Pelebaran ruang retrotrakeal lebih dari 14mm
pada anak dan lebih dari 22mm pada dewasa
 Ct-scan dengan kontras
+  Tatalaksana
 Terapi medikamentosa :
o Antibiotik dosis tinggi parenteral (penicillin,
clindamycin)
o Bedakan dengan adenitis retrofaring
 Insisi dan pungsi abses
+  Komplikasi
 Penjalaran infeksi ke ruang parafaring dan ruang
vaskular visera
 Mediastinitis
 Asfiksi karena obstruksi jalan napas
 Pneumonia aspirasi
 Abses paru
 Abses epidural
 Trombosis vena jugularis
 Erosi dari arteri karotis
+
ABSES PARAFARING
 Etiologi
 Tonsilitis
 Sinusitis
 Faringitis
 Mastoiditis
 Infeksi gigi
 Infeksi dari vertebra servikal, ruang peritonsil.,
retrofaring, atau submandibula
 Jarum suntik terkontaminasi (Tonsilektomi)
 Patofisiologi
+  Parafaring terletak di dekat naso- dan oro-faring
antara tengkorak kepala dan tulang hyoid.
Lokasinya yang dekat dengan struktur lain
seperti sinus paranasal, ruang retrofaring,
mengakibatkan mudahnya kemungkinan terkena
infeksi dari struktur lain disekitarnya.
+
 Gejala dan Tanda
 Demam - Kaku leher
 Malaise - Trismus
 Odinofagia - Dehidrasi
 Disfagia - Limfadenopati
 Ptialisme - Indurasi
 Ipsilateral otalgia
 Pembengkakan dinding lateral faring dan
menonjol ke arah medial
+
 Diagnosis
 Riwayat penyakit
 Tanda dan gejala klinis
 CT scan

 Tatalaksana
 Pengamanan jalan nafas (Intubasi/ Trakeostomi)
 Koreksi dehidrasi
+
 Antibiotik
 Amoksisilin dengan Asam Klavulanat IV (150
mg/kg)
 Metronidazole IV (0.5 gm) setiap 6 jam  bakteri
anaerob

 Insisi
 Insisi eksternal
 Insisi intraoral
+
 Komplikasi
 Ruptur spontan dari abses
 Ruptur arteri karotid
 Trombosis vena jugular
 Aspirasi ke trakeobronkial
 Sindrom Lemierre
 Mediastinitis
 Meningitis
+
ABSES SUBMANDIBULA
 Etiologi
 Infeksi dari gigi, dasar mulut, faring, kelenjar
liur/kelenjar limfa submandibula, saluran nafas
atas
 Trauma saluran nafas atas atau organ pencernaan
atas
 Benda asing
 Intervensi alat-alat medis
+
 Patofisiologi
 Ruang submandibular terdiri dari ruang
sublingual dan submaksila. Ruang sublingual
dipisahkan dari ruang submaksila oleh otot
mylohyoid. Ruang sublingual superior terhadap
otot mylohyoid dan ruang submaksila inferior
terhadap otot mylohyoid.
 Dikarenakan kontinuitas dasar mulut dan ruang
submandibular yaitu daerah sekeliling batas
posterior otot mylohyoid dan dalamnya akar-
akar gigi molar dibawah mylohyoid, maka infeksi
supuratif pada mulut dan gigi dapat timbul di
ruang submandibularis.
+
+
 Gejala dan Tanda
 Demam
 Pembengkakan di bawah mandibula dan di
bawah lidah
 Nyeri leher
 Limfadenopati
+
 Diagnosis
 Ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
pemeriksaan fisik, riwayat penyakit.
 Tomografi komputer
 Rontgen leher posisi lateral
 CT scan kontras
+
 Tatalaksana
 Evakuasi abses
 Antibiotik terhadap kuman aerob dan anaerob

 Komplikasi
 Obstruksi jalan nafas
 Aspirasi
 Trombosis vena jugular
 Ruptur arteri karotid
+

 Disfonia
 Sindrom Horner
 Shock sepsis
 Emboli paru dan otak
 Necrotizing Cervical Fascilitis
 Osteomyelitis
+
LUDWIG’S ANGINA
 Etiologi
 Infeksi di area gigi molar 2 dan 3
 Grup A Streptokokus
+
 Patofisiologi
 Ludwig angina terjadi di ruang submandibula
dan biasanya terjadi bilateral. Infeksi di area gigi
molar 3 dapat menyebar dengan mudah ke area
lain dikarenakan posisi molar 3 yang strategis
yaitu di persimpangan beberapa ruang fascia.
 Jika dilihat secara horizontal, penyebaran infeksi
dapat menyebar secara lateral ke ruang buccal,
arah posterior ke ruang masticator, arah medial
ke ruang lateral faring, atau arah lingual ke ruang
sublingual (gambar a). Jika dilihat secara
koronal, rute penyebaran infeksi adalah kearah
ruang buccal, submandibula, dan sublingual
(gambar b).
+
 Gejala dan Tanda
 Demam
 Drooling
 Disfagia
 Trismus
 Lidah terasa nyeri
 Limfadenopati
 Pembengkakan di seluruh ruang submandibula,
teraba keras dengan kulit terasa kencang.
+
 Diagnosis
 Gejala dan tanda klinis
 Riwayat penyakit gigi atau cabut gigi

 Tatalaksana
 Antibiotika (Klindamisin atau Ampisilin)
 Insisi eksternal atau intraoral
 Pengobatan gigi
 Pengamanan jalan napas (Intubasi atau
Trakeostomi)
+
Radiologi
+
 Komplikasi
 Asfiksia
 Mediastinitis
 Sepsis

Anda mungkin juga menyukai