FUNGI/JAMUR

TODAY’S LECTURE

•Introduction to Fungi
•Fungal Skin Diseases
•Diagnosis
•Treatment
 MAHASISWA DIHARAPKAN :

mampu menjelaskan tentang penyakit infeksi jamur meliputi;

a. Penyakit yang termasuk dalam mikrosis superfisialis dan
mikosis profunda serta cara infeksinya masing-masing
b. patologi/ klinik dan cara diagnosa (secara laboratoris) dari
mikosis superfisialis yang disebabkan jamur-jamur
golongan dermatophyta dan non dermatophyta
c. patologi/klinik dan cara diagnosa (secara laboratoris)
mikosis profunda (Actino mycosis, Nocardiosis,
Sporotrichosis, Histoplasmosis, Criptococcosis,
Candidiasis, dan Aspergillosis)
 KRITERIA PENILAIAN DAN
INDIKATOR
• Ketepatan dan kelengkapan menjelaskan
pengertian mikologi kedokteran dan
morfologi jamur berdasarkan sifat koloni,
hifa dan sporanya dan morfologi penyebab
mikosis di Indonesia, terutama yang ada
dalam rongga mulut (8 genus)
• Ketepatan dan kelengkapan Menjelaskan
tentang penyakit infeksi jamur
 CIRI UMUM FUNGI
• Eukariotik (memiliki inti sel)
• Umumnya multiseluler, ada juga yang uniseluler
• Reproduksi dengan pembentukkan spora
• Tubuh disusun oleh benang benang yang disebut
hifa. Hifa hifa bersatu membentuk miselium. Ada
pula yang miseliumnya berkembang membentuk
tubuh buah.
• Habitat di tempat yang lembab.
 Badan Buah

Sel
Hifa Penghasil
Spora

Miselium
Fungi mendapatkan nutrisi
melalui 3 cara :

1. Saprofit
2. Parasit
3. Simbiosis
 KLASIFIKASI
Diklasifikasikan berdasarkan cara spora dihasilkan.
Ada 4 kelompok Fungi, yaitu :

1. Zygomicotina
2. Ascomicotina
3. Basidiomicotina
4. Deuteromicotina
Contohnya : Jamur tempe / Rhizopus orizae.

Ciri Umum Zygomicotina.

• Heterotrof saprofit
• Tubuh disusun oleh hifa dan miselium.
• Hifa tidak bersekat.
• Spora dihasilkan oleh sporangium.
• Reproduksi menghasilkan spora dilakukan melalui 2 cara :
1. Aseksual : dilakukan saat kondisi lingkungan
mendukung.
2. Seksual : dilakukan bila kondisi lingkungan kurang
mendukung
Contohnya : Jamur oncom / Neurospora crassa.

Ciri Umum Ascomicotina.

• Heterotrof saprofit
• Ada yang uniseluler (mis : Saccharomyces) dan multiseluler.
• Tubuh disusun oleh hifa dan miselium, dan ada yang memiliki tubuh
buah.
• Hifa bersekat.
• Spora dihasilkan oleh konidiospora bila secara aseksual dan sel askus
bila spora dihasilkan secara seksual.
• Reproduksi menghasilkan spora dilakukan melalui 2 cara :
1. Aseksual : dilakukan saat kondisi lingkungan mendukung.
2. Seksual : dilakukan bila kondisi lingkungan kurang
mendukung
Anggota Jamur Ascomicotina.

(a Ascomicotina dengan tubuh buah

of Aleuria aurantia.

(b) Tubuh buah

Morchella esculenta, biasanya
tumbuh dekat dengan anggrek.

10 m

(d) Neurospora crassa atau

(c) Tuber melanosporum jamur oncom (SEM).
Contoh : Jamur Merang / Volvariella volvachea

Ciri Umum Basidiomicotina.

• Heterotrof saprofit
• Multiseluler.
• Tubuh disusun oleh hifa dan miselium dan tubuh buah.
• Hifa bersekat.
• Spora dihasilkan oleh sel basidium melalui reproduksi secara seksual.
• Reproduksi menghasilkan spora dilakukan melalui 2 cara :
1. Aseksual : dilakukan saat kondisi lingkungan mendukung.
2. Seksual : dilakukan bila kondisi lingkungan kurang
• mendukung
Contoh Anggota Jamur Basidiomicotina.

b. Dictyphora sp

a. Amanita muscaria), jamur

yang sangat beracun

d. Puffballs memancarkan
c. Jamur kayu, tumbuh pada kayu sporanya
Yang sudah mati
 Bawah tudung jamur
Basidiomicotina inilah spora Sel Basidium
dihasilkan oleh sel basidium

Spora
Yaitu kelompok jamur yang belum diketahui
cara reproduksi seksualnya.

• Semua jamur yang belum diketahui

cara reproduksi seksualnya
dimasukkan ke dalam kelompok ini.
 Simbiosis Fungi dengan Algae (Lichen)

• Fungi jenis tertentu dapat

bersimbiosis dengan algae
uniseluler membentuk lichen
(lumut kerak).
• Simbiosis ini bersifat
menguntungkan.
1. Bagi algae : mendapatkan
suplai
air dan mineral.
2. Bagi Fungi : mendapatkan
hasil fotosintesis berupa
nutrisi.
Simbiosis Fungi dengan Akar Tanaman (Mikoriza)
• Mikoriza merupakan simbiosis antara fungi dengan akar
tanaman.
• Simbiosis ini menguntungkan bagi keduanya.
1. Bagi tanaman : meningkatkan
penyerapan air dan mineral.
2. Bagi fungi : mendapatkan nutrisi
dari tanaman.
Medical Mycology
 Manusia dan Fungi
Manusia memberikan mikronutrient :
• pH – sangat bervariasi  fungi suka
kondisi asam
• Temperature – 37 °C banyak disukai fungi
• Nutritional immunity – Fe
Physical barriers – kulit terdiri dari polymer
yg tidak bisa didegradasi fungi
Classification of human fungal infections

Superficial:

dermatophytes,

non dermatophyt,

Candida species,
• Intermediate: candida

• Systemic/profunda:

pathogenic atau opportunistic

 Dermatophytosis
•Nama penyakit : TINEA
•Specialised pathogenic fungi

•Trichophyton, Microsporum,
Epidermophyton
•Worldwide
•terjadi degradasi keratin
•Tidak tumbuh pada suhu diatas 37 °C

(Brasch 2008)
trichophyton
microsporon
epidermophyton
 klinis
• Tinea capitis
• Tinea facialis
• Tina corporis
• Tinea cruris
• Tinea manum
• Tinea pedis
• Tinea unguium/onikomikosis
•Papul
•Plakat
•Eritema
•hiperppigment
•Tepi lebih aktif
•kronis
NON DERMATO PHYTOSIS
• Malazesia furfur
• Pityrosporon ovale
•KLINIS
–Makula hipopigmentasi atau
–Makula hiperppigmentasi
–skuama
Invasive Fungal Disease
 Invasive Fungal Infection

• sering pada pasien immunocompromised

• terutama Candida spp, Aspergillus spp.

•Emerging infectious fungi
• Fusarium spp.
•Scedosporium spp,
•Zygomycetes, e.g.
•Mucor spp
Invasive aspergillosis (IA) terjadi pada
• 10% pasien haematopoietic stem cell
transplantation (HSCT) and
• 25% autopsy of leukaemic patients
• mortality rates of 86% and 66% for
pulmonary and sinus IA
Candida spp
• Is usually a harmless commensal organism
• It causes both superficial and invasive infections where the
host is immunocompromised or epithelial barriers have been
damaged
• Candida albicans – primary cause of candidiasis
Aspects of virulence

•Dimorphism
•Phenotypic and mating type
switching
•Biofilms – higher resistance to
antifungals
Candida spp can cause disseminated infection
Aspergillus fumigatus (Neosartorya fumigata)

Ubiquitous soil microbe

Decay of organic matter in
compost heaps
Dispersed by spores, conidia.
Opportunistic pathogen of
mammals and birds
Most important cause of
Invasive Fungal Disease in
Immunocompromised
individuals
 Aspergillus fumigatus

In a tissue sample

conidia

germinati
on

hypha
e
mycelium
 Mycetoma

•Africa and South America

•Is a chronic destructive disease
affecting skin, underlying tissue and
sometimes adjacent bone
http://www.doctorfungus.org

•Caused by various fungi including

Madurella spp., Scedosporium spp.,
Leptosphaeria spp.
•Infection results from traumatic
implantation of spores into the
skin, e.g. thorns, splinters

• Legend: Multiple draining sinuses, swollen tissue, and

sclerotia are present.

Genus/Species: Madurella mycetomatis

Image Type: Clinical Presentation
 Histoplasmosis
•North America, Central and South
America
•dimorphic fungus, found as a
mould in the environment but as
budding yeast in tissue
http://www.doctorfungus.org

•Inhalation of spores is the primary

route of infection
•Prolonged exposure to aerosolised
spores is a major risk factor
•Fewer than 5% of individuals
exposed to the fungus develop
symptomatic disease
• Genus/Species: Histoplasma
capsulatum var. duboisii

• Image Type: Histopathology

 Blastomycosis
•Occurs in North and South America,
also Africa
•It is a mould in the environment but
forms large budding yeast in tissues
http://www.doctorfungus.org

•Infection through inhalation

•Normally in individuals with outdoor
occupations
•The skin is the most common site of
disseminated disease

• Genus/Species: Blastomyces
dermatitidis
• Image Type: Histopathology
 Diagnosis of Fungal Infection

•Microscopy –
•(KOH) genus
•Culture –
•(SABOROUD) spesies

(Hope et al. 2005)

• Serology – direct detection of
fungal antigens in serum samples.
• ELISA to detect galactomannan
(Platelia – BioRad) or detection of
ß-d-glucan, does not detect
Cryptococcus spp or zygomycetes
• Radiography – direct observation of
patients to spot characteristic signs of
infection, e.g. halo signs, cavities
• PCR – assays target fungal ribosomal
operon, nucleic acid extraction from
blood or BAL. Potentially very
sensitive but still no standardised tests
 Antifungals
Azole Fungicides: Inhibit ergosterol biosynthesis – affect
Itraconazole cell membranes
Voriconzaole
Posaconazole
Fluconazole

Echinocandins: •Inhibit 1,3-beta-glucan synthase,

Caspofungin affects cell wall
•Broad spectrum, low toxicity
Micafungin

Fluorinated Pyrimidines: •Inhibit nucleic acid synthesis

Flucytosine (5FTC)

Polyenes: •Forms Pores in membranes by

Amphotericin B interacting with ergosterol
•Toxic
Nystatin
Antifungal Agents
Reading
General Mycology Books
Introduction to Modern Mycology by J.W. Deacon
The Fungi by M.J. Carlile, S.C. Watkinson and G.W. Gooday
Review Articles
• Cooney, N. M. & Klein, B. S. (2008). Fungal adaptation
to the mammalian host: it is a new world, after all. Curr
Opin Microbiol 11, 511-516.
• Hope, W. W., Walsh, T. J. & Denning, D. W. (2005).
Laboratory diagnosis of invasive aspergillosis. Lancet
Infect Dis 5, 609-622.
• Segal, B. H. (2009). Aspergillosis. N Engl J Med 360,
1870-1884.