Anda di halaman 1dari 25

SKENARIO 22

Seorang laki-laki usia 50 tahun datang ke instalasi


gawat darurat dengan keluhan mimisan.
ANAMNESIS
Sudah berapa lama perdarahanya ?
Apakah darah mengalir ke dalam tenggorok (posterior) atau keluar dari hidung depan
(anterior) bila pasien duduk tegak
Bagaimana frekuensinya?
Riwayat perdarahan sebelumnya?
Apakah sering mengalami perdarahan dari hidung ?
Riwayat gangguan perdarahan dalam keluarga?
Riwayat trauma hidung yang belum lama?
Riwayat hipertensi?
Riwayat diabetes mellitus?
Riwayat penyakit hati?
Riwayat penggunaan alcohol dan obat-obatan, misalnya; aspirin dan fenilbutazon atau
penggunaan anti koagulan?
ANAMNESIS
Dari scenario seorang laki-laki berusia
50 tah
• Keluhan utama adalah pasien 50 tahun datang
ke instalagi gawat darurat dengan keluhan
Identitas mimisan
Riwayat penyakit sekarang
adalah pasien 50 tahun
Keluhan Utama mengeluh mimisan sejak 3 jam
sebelum datang ke IGD.
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Penyakit Dahulu • Pasien memiliki riwayat
hipertensi
Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat keluarga dengan
penyakit serupa tidak ada.
HIDUNG BERDARAH

Hidung
berdarah

Faktor
pencetus

Kelainan Penyakit
Infeksi Kelainan Infeksi
Trauma pembuluh Tumor Kardiovask Kongenital
local Darah sistemik
darah ular
PEMERIKSAAN FISIK
TTV : TD 160/100 mmhg.
Rhinoskopi : tampak darah di kavum nasi kanan dan kiri.
Pemeriksaan tenggorok : tampak post nasal bleeding
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium

CT-Scan atau MRI penting mengenali


Pemeriksaan Radiologi neoplasma atau benda asing yang sulit
terlihat pada saat pemeriksaan fisik
VASKULARISASI HIDUNG

Bagian atas rongga


A. etmoidalis hidung
anterior
A. karotis A. Dinding lateral
interna oftalmikus hidung
A. etmoidalis
posterior
Septum anterior

Bagian bawah
rongga hidung
A. palatina
desenden Dinding lateral
A. maksilaris
interna hidung
A.
A. karotis sfenopalatina Septum anterior
eksterna
A. labialis
A. fasialis
superior
EPISTAKSIS
Epistaksis adalah perdarahan yang berasal dari lubang hidung, rongga hidung atau
nasofaring. Penyebab epistaksis sangat beragam sehingga kita harus
memperkuat anamnesis dan pemeriksaan fisik.
WD & DD
Epistaksis Posterior ec
Hipertensi Epistaksis Anterior ec
trauma
A. etmoidalis post
Dari plexus Kisselbach di
A. sfenopalatina septum ant
Lebih hebat A. etmoidalis ant.
Jarang berhenti Ringan
sendiri
Berulang dan dapat
Hipertensi, berhenti sendiri
arteriosklerosis,
penyakit vaskular
Epistkasis ec Tumor Epistaksis ec Kongenital
adanya tumor intranasal Kelainan kongenital yang
Gejala lain adanya rinorea, sering menyebabkan
sakit kepala, benjolan/ epistaksis ialah
nyeri/ baal pada daerah perdarahan telangiektasis
sekitar hidung, wajah, herediter
leher dan lainnya, penderita mengalami
gangguan penglihatan, gangguan dalam proses
dan nyeri pada daerah pembekuan darah,
sinus protein darah yang
disebut dengan faktor Von
Willebrand tidak bekerja
normal atau jumlanya
terlalu sedikit.
ETIOLOGI
Lokal Sistemik
Trauma Kelainan darah
Infeksi Penyakit
Neoplasma kardiovaskular
(hipetensi,
Kelainan kongenital
arteriosklerosis)
Lingkungan
Infeksi akut demam
Hormonal
EPIDEMIOLOGI

epistaksis pada populasi umum adalah sekitar 60%, dengan lebih sedikit
dari 10% mencari pertolongan medis.Dan sekitar 90% dari total kejadian
epistaksis ialah epistaksis tipe anterior dan 10% sisanya merupakan
epistaksis posterior.
Distribusi usia bervariasi, dengan puncak pada anak-anak (2-10 tahun) dan
orang yang lebih tua (50-80 tahun).
hereditary
hemorrhagic
telangiectasia
KELAINAN Infeksi
DARAH
kardiovaskuler sistemik Hormonal

ESTROGEN
Trombositopenia Hipertensi &PROGESTERON di

DBD PD

Koagulasi TD tinggi & PD Masuk ke membran


lama rapuh mukosa
Dapat disertai
epistaksis
Resiko
perdarahan PD pecah Mukosa edema
dan rapuh

Pendarahan Pendarahan

ETIOPATOGENESIS EPISTAKSIS SISTEMIK


PATOFISIOLOGI
Semua pendarahan hidung disebabkan lepasnya lapisan mukosa hidung yang
mengandung banyak pembuluh darah kecil. Lepasnya mukosa akan disertai luka
pada pembuluh darah yang mengakibatkan pendarahan.
KOMPLIKASI
Aspirasi darah ke saluran pernafasan bawah
Syok hipovolemik
Anemia
Penurunan tekanan darah
Rinosinusitis
Otitis media
Septikemia
PENATALAKSANAAN
 Perhatikan keadaan umum (TTV)
 Pembebasan jalan napas
 Tampon sementara (kapas+adrenalin 1/5000-1/10000+pantocain/lidocain
2%) selama 5-10 menit
 Setelah vasokonstriksi, dicari puncak pendarahan
PENANGANAN KAUTERISASI
Tampon posterior
PENCEGAHAN

•Berhati-hatilah saat mengorek hidung. Jangan terlalu


dalam.
•Jangan membuang ingus terlalu kencang.
•Berhenti merokok. Rokok dapat mengurangi kelembapan
hidung dan meningkatkan risiko iritasi hidung.
PROGNOSIS

90% kasus epistaksis anterior dapat berhenti sendiri.


Pada pasien hipertensi dengan/tanpa arteriosklerosis,
biasanya perdarahan hebat, sering kambuh dan
prognosisnya buruk.
KESIMPULAN

Epistaksis sebenarnya merupakan suatu gejala bukan suatu penyakit.Penyebab


epistaksis banyak, namun yang paling sering adalah manipulasi jari atau
trauma.Pada epistaksis perlu dibedakan apakah pendarahan anterior atau
posterior.Cara membedakannya adalah dengan meminta pasien untuk duduk
tegak, dan kemudian melihat aliran darah apakah melalui hidung (anterior) atau
tenggorokan (posterior).Maka berdasarkan keluhan utama, pemeriksaan fisik
dapat diduga bahwa pasien menderita epistaksis posterior et causa hipertensi.
Penanganannya harus dilakukan sesegera mungkin. Apabila semakin cepat dan
tepat penanganannya, maka akan semakin baik prognosisnya.

Anda mungkin juga menyukai