Anda di halaman 1dari 43

Laporan Kasus

Anak
2

IDENTITAS PASIEN
• Nama : An. R
• Umur : 12 bulan
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Kutu, Jetis Wetan
• Suku : Jawa
• Agama : Islam
• Tanggal MRS : 8 Januari 2018
• Tanggal Pemeriksaan : 9 Januari 2018
• No RM : 393xxx
3

IDENTITAS ORANGTUA PASIEN


AYAH IBU
 Nama Ayah : Tn. F  Nama Ibu : Ny. I
 Umur : 33 tahun  Umur : 30 tahun
 Alamat : Kutu, Jetis  Alamat : Kutu, Jetis
Wetan Wetan
 Suku : Jawa  Suku : Jawa
 Agama : Islam  Agama : Islam
 Pendidikan : SMP  Pendidikan : SMP
 Pekerjaan : Petani  Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga
4

Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
Kejang
Riwayat Penyakit Sekarang
2 Hari Sebelum Masuk Rumah Sakit :
Pasien demam disertai batuk dan pilek. Batuk kadang
berdahak yang tidak bisa keluar. Pasien juga pilek
dengan ingus bening dan jernih. Tidur pasien menjadi
sulit, nafsu makan menurun, Muntah (-), Kejang (-), BAB
dan BAK (+) normal.
Hari Masuk Rumah Sakit :
Pasien kejang 1 jam sebelum dibawa ke rumah
sakit, kejang berlangsung sekitar 10 menit
sebanyak 1 kali, kejang kelonjotan, mata melotot
ke atas. Sebelumnya pasien tidak pernah
kejang. Saat kejang pasien demam, terdapat
batuk dan pilek cair. BAB dan BAK dalam batas
normal.
 Riwayat Penyakit Terdahulu
Disangkal
 Riwayat Penggunaan Obat
Disangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga
Disangkal
 Riwayat kehamilan
saat hamil ibu tidak ada kelainan
 Riwayat persalinan
lahir dengan normal
 Riwayat imunisasi
Menurut orang tua pasien sudah diimunisasi
lengkap
 Riwayat tumbuh kembang
menurut orang tua pasien tinggi badan dan
berat badan pasien meningkat sesuai anak
seusianya. Tidak pernah dibawah garis KMS.
8

Anamnesis Sistem
• Sistem serebrospinal : demam (+), kejang (+),
kesadaran baik
• Sistem jantung dan pembuluh darah : tidak berdebar-
debar
• Sistem pernapasan : batuk (+), pilek (+), sesak (-)
• Sistem pencernaan : BAB (+) ± 3x/hari normal, padat,
berwarna kuning, tidak ada lendir maupun darah
• Sistem saluran kemih : BAK (+) normal, jernih, tidak
ada darah atau bau menyengat, tidak pekat
• Sistem integumen : pucat (-), kuning (-), bintik-bintik
merah (-), turgor kulit kembali < 2 detik
9

PEMERIKSAAN FISIK
BB: 12 kg
PB: 76 cm
LK: 48 cm

Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : cukup
2. Kesadaran : kompos mentis
3. Tanda-Tanda Vital
• Frekuensi jantung : 112 x/menit, regular, kuat
angkat
• Frekuensi pernapasan : 60 x/menit, ireguler
• Suhu aksila : 38,8 0C
4. Waktu pengisian kapiler : < 2 detik
10

 Kulit : Turgor kulit kembali <2 detik, Tidak sianosis


 Kel. Limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening
 Otot : Tidak ada deformitas dan tanda-tanda
peradangan
 Tulang : Tidak ada deformitas dan tanda-tanda
peradangan
 Sendi : Tidak ada deformitas dan tanda-tanda
peradangan
11

Pemeriksaan khusus
 Kepala
• Bentuk : normocephal, ubun – ubun besar belum
menutup
• Rambut : lurus warna hitam, tidak mudah dicabut
• Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
• Telinga : sekret -/-, darah -/-
• Hidung : sekret +/+, darah -/-, pernapasan cuping
hidung (-)
• Mulut : sianosis (-), merintih (-)
• Bibir : sianosis (-), oedema (-), perdarahan (-)
tampak lebih kering dari biasanya
• Mukosa : pucat (-), hiperemia (-), perdarahan (-)
12

 Leher

 Bentuk : simetris
 Pembesaran KGB : tidak ada
 Kaku kuduk : tidak ada
 Tiroid : tidak membesar
 Deviasi Trakea : tidak ada
 Otot leher : dbn
13

 Dada
1. Jantung
• Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
• Palpasi : iktus kordis tidak teraba
• Perkusi : redup
Batas kanan atas : ICS II garis parasternal kanan
Batas kanan bawah :ICS IV garis parasternal kanan
Batas kiri atas : ICS II garis parasternal kiri
Batas kiri bawah : ICS V garis midaxilla anterior kiri
• Auskultasi : S1S2 tunggal, ekstrasistol (-),
gallop(-), murmur (-)
14

2. Paru-Paru

Kanan Kiri

Depan I: Simetris, Retraksi (-) I: Simetris, Retraksi (-)

P: Fremitus raba (+), dBN P: Fremitus raba (+), dBN

P: Sonor P: Sonor

A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)

Belakang I: Simetris, Retraksi (-) I: Simetris, Retraksi (-)

P: Fremitus raba (+), dBN P: Fremitus raba (+), dBN

P: Sonor P: Sonor

A: Ves (+), Rho (-), Whe (-) A: Ves (+), Rho (-), Whe (-)
15

 Perut
 Inspeksi : flat, simetris,
 Auskultasi : bising usus (+) normal
 Perkusi : timpani
 Palpasi : soepel, nyeri tekan (-),
hepar dan lien tidak teraba, turgor kulit
kembali < 2 detik, hepatomegali (-),
splenomegali (-)
 AlatKelamin dan Anus
 Alat kelamin : (+) laki-laki, tidak ada
kelainan
 Anus : (+) normal
16

 Anggota gerak
 Atas
Akral hangat : +/+
Oedem : -/-
Sianosis : -/-
Otot tidak tampak atrofi

 Bawah :
Akral hangat : +/+
Oedem : -/-
Sianosis : -/-
Otot tidak tampak atrofi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
17

Pemeriksaan penunjang tanggal 8 Januari 2018


18

RESUME

 Pasien laki-laki 12 bulan


 Demam sejak 2 hari sebelum MRS
 Kejang 1 kali, selama kurang lebih 10
menit
 Batuk : dahak putih, kental
 Pilek : ingus putih kental
 BAB dan BAK (+) normal
19

Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum : Cukup, Kompos mentis
 Tanda vital: suhu aksila :38,8
 Pemeriksaan kepala : dbn
 Pemeriksaan dada : dbn
 Status gizi normal

Pemeriksaan lab:
 Hematologi: dbn
20

DIAGNOSIS KERJA

• Kejang Demam Simple + ISPA


21

Medikamentosa

 Infus D5 1/2
 Inj. Cefotaxime 3x1/3 ampul
 Inj. Metamizole Na 200 mg bila T>= 38,5 C
 Inj. Diazepam 4 mg bila kejang
 P/O parasetamol syr 125 mg 3x3/4 cth
Follow Up
per
9/01/2018 10/01/2018
S KU: Demam, batuk, pilek KU: batuk, pilek
O KU: cukup KU:cukup
Kes: compos mentis Kes: compos mentis
N: 110 x/mnt N: 76x/mnt
RR: 20x/mnt
RR: 48 x/mnt
Tax: 37,3oC
Tax: 38 oC K/L:a/i/c/d:-/-/-/-, pch (-)
K/L:a/i/c/d:-/-/-/-, pch (-) Thorax: c/p: ronkhi berkurang, retraksi (-)
Thorax: c/p: rhonchi (-), retraksi (-) Abd: cembung, BU (+) N, soepel, timpani
Abd: cembung, BU (+) N, soepel, timpani Ext: AH di keempat akral, tak ada oedem
Ext: AH di keempat akral, tak ada oedem

A Kejang Demam Simple + ISPA Kejang Demam Simple + ISPA


P Infus D5 1/2 Infus D5 1/2
Inj. Cefotaxime 3x1/3 ampul Inj. Cefotaxime 3x1/3 ampul
Inj. Metamizole Na 200 mg bila T>= Inj. Metamizole Na 200 mg bila T>=
38,5 C 38,5 C
Inj. Diazepam 4 mg bila kejang Inj. Diazepam 4 mg bila kejang
P/O parasetamol syr 125 mg 3x3/4 cth P/O parasetamol syr 125 mg 3x3/4
cth
Edukasi
1. Menjelaskan kepada keluarga pasien jika pasien
demam segera diberikan obat penurun demam.
2. Langkah promotif/preventif
a. ASI tetap diberikan
b. Gizi seimbang untuk pasien
Kejang
Demam
Pendahuluan

 Bangkitan kejang yang terjadi pada


kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas
38°C) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium.
Penjelasan :
 Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6
bulan-5 tahun.
 Anak dengan riwayat kejang tanpa demam,
kemudian mengalami kejang disertai demam
tidak termasuk kejang demam.
 Kejang disertai demam pada bayi usia kurang
dari 1 bulan tidak termasuk kejang demam.
 Bila anak berusia kurang dari 6 bulan atau lebih
dari 5 tahun kejang didahului demam perlu
dipertimbangkan infeksi SSP atau epilepsi disertai
demam.
Patofisiologi

Terdapat interaksi 3 faktor sebagai penyebab


kejang demam, yaitu:
1. Imaturitas otak dan termoregulator
2. Demam menyebabkan kebutuhan oksigen
meningkat
3. Predisposisi genetic: > 7 lokus kromosom
(poligenik, autosomal dominan)
Mekanisme terjadinya kejang:

1. Peningkatan suhu pada otak 


mengubah fungsi neural (kanal ion) yang
sensistif terhadap suhu  meningkatkan
aktivitas neuron yang masif  kejang.
2. Demam menyebabkan terbentuknya
interleukin-1β di hipokampus. Interleukin-
1β itu sendiri dapat menyebabkan
peningkatan eksitasi neuron.

3. Hipertermia akan memicu


hiperventilasi dan alkalosis, yang setelah
itu akan memicu eksitasi neuron
Klasifikasi :
 Kejang Demam Sederhana :
 <15 menit umumnya berhenti sendiri
 Berbentuk tonik klonik tanpa gerakan fokal
 Kejang tidak berulang dalam 24 jam

 Kejang Demam Komplek :


 Kejang lama >15 menit
 Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang
umum didahului kejang parsial
 Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
 Pungsi lumbal
 EEG
 Pencitraan (CT Scan atau MRI)
PROGNOSIS
 Kemunginan mengalami kecacatan atau kelainan
neurologis

 Faktor risiko terjadinya epilepsi:


 Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum
kejang demam pertama
 Kejang demam kompleks
 Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung

 Kemungkinan berulangnya kejang demam:


 Riwayat kejang demam dalam keluarga
 Usia kurang dari 12 bulan
 Temperatur yang rendah saat kejang
 Cepatnya kejang setelah demam
Tata laksana saat kejang
Di rumah (prehospital):
Diazepam rektal 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan
berat badan kurang dari 12 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih dari 12 kg.

Hospital / IGD:
Diazepam IV: 0,2 - 0,5 mg/kg IV (maksimum 10 mg) dalam spuit,
kecepatan 2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit, dengan dosis maksimal 10
mg
Indikasi rawat inap

 Kejang demam kompleks


 Hiperpireksia
 Usia dibawah 6 bulan
 Kejang demam pertama kali
 Terdapat kelainan neurologis
Pemberian obat pada saat
demam

1. Antipiretik
Tidak ditemukan bukti bahwa penggunaan
antipiretik mengurangi risikoterjadinya kejang
demam. Meskipun demikian, dokter neurologi anak
di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat
diberikan.
Parasetamol: 10-15 mg/kg/kali diberikan tiap 4-6
jam.
Ibuprofen: 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.
2. Antikonvulsan

Pemberian obat antikonvulsan intermiten


Antikonvulsan intermiten adalah obat antikonvulsan
yang diberikan hanya pada saat demam.

Proflaksis intermiten juga diberikan pada kejang demam


dengan salah satu faktor risiko di bawah ini:
1. Kelainan neurologis berat, misalnya palsi serebral
2. Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
3. Usia <6 bulan
4. Bila kejang terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat
Celsius
5. Apabila pada episode kejang demam sebelumnya, suhu
tubuh meningkat dengan cepat.
Antikonvulsan intermiten:
Diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral atau
Diazepam rektal 0,5 mg/kg/kali (5 mg untuk berat
badan <12 kg dan 10 mg untuk berat badan >12 kg),
sebanyak 3 kali sehari.
Ket:
1.Dosis maksimum diazepam 7,5 mg/kali.
2.Diazepam intermiten diberikan selama 48 jam
pertama demam. Perlu diinformasikan pada
orangtua bahwa dosis tersebut cukup tinggi dan
dapat menyebabkan ataksia, iritabilitas, serta sedasi.
Pemberian obat antikonvulsan rumat
pengobatan rumat hanya diberikan
terhadap kasus selektif dan dalam jangka
pendek.

Indikasi pengobatan rumat:


1. Kejang fokal
2. Kejang lama >15 menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata
sebelum atau sesudah kejang, misalnya palsi
serebral, hidrosefalus, hemiparesis.
Pengobatan rumatan dipertimbangkan jika:
1. Kejang berulang 2 kali/lebih dalam 24 jam
2. Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari
12 bulan
3. Kejang demam ≥4 kali pertahun
Jenis antikonvulsan untuk pengobatan rumat
Pemberian obat fenobarbital atau asam
valproat setiap hari efektif dalam menurunkan risiko
berulangnya kejang

Obat pilihan saat ini adalah asam valproat.


15-40 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis.

fenobarbital 3-4 mg/kg/hari dalam 1-2 dosis.

Pengobatan diberikan selama 1 tahun,


penghentian pengobatan rumat untuk kejang demam
tidak membutuhkan tapering off, namun dilakukan pada
saat anak tidak sedang demam.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai