Anda di halaman 1dari 29

KAJIAN KONDISI AKSESIBILITAS PADA DESAIN BANGUNAN PUBLIK

PASCA REVITALISASI

Studi Kasus : Pasar Bulu Semarang

Titisari Shiva Arienmunky | 21020115130090


Latar Belakang

Pengemasan pasar tradisional menjadi modern sering dikenal sebagai revitalisasi.


Revitalisasi pasar tradisional kini pun mulai marak dilakukan. Hal ini berkaitan dengan
penyesuaian pasar tersebut pada perkembangan lingkungan sekitar yang semakin
modern, namun di Indonesia sering kali dijumpai revitalisasi pasar tradisional belum
memperhatikan bahkan secara tidak sadar menghilangkan sistem yang telah dimiliki oleh
pasar tersebut sebelumnya.
Kata Kunci

• Revitalisasi
• Aksesibilitas
• Revitalisasi
Menurut Danisworo (2002), revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu
kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital hidup akan tetapi mengalami
kemunduran dan degradasi. Proses revitalisasi sebuah kawasan mencakup perbaikan
aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial.

• Aksesibilitas
Dalam Hurst (1974) dikatakan bahwa aksesibilitas adalah ukuran dari kemudahan
(waktu, biaya, atau usaha) dalam melakukan perpindahan antara tempat-tempat atau
kawasan dalam sebuah sistem.
Studi Kasus

Pasar Bulu,
Semarang
Sumber : Google Maps Lokasi :
Jl. Mgr Sugiyopranoto, Barusari, Semarang Selatan, Kota Semarang,
Jawa Tengah, Kode Pos 50245
Mengapa Pasar Bulu?

Gambar : Foto Pasar Bulu Tahun 2015


Sumber : semarangkota.com
Gambar : Foto Pasar Bulu Tahun 2018
(Pasca Revitalisasi)
Apakah Fenomena yang Terjadi?

Pasar Bulu sebagai pasar tradisional yang mengalami revitalisasi, merupakan salah satu
pasar tradisional di Semarang yang pembangunannya bertujuan selain memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan mempermudah masyarakat dalam melaksanakan transaksi jual beli, juga
mengubah citra pasar tradisional yang dikenal tidak tertata dan kumuh menjadi teratur dan
bersih.

Belum lama terbangun, muncul kesenjangan pada perubahan fisik Pasar Bulu Semarang
pasca revitalisasi yang menjadi keluhan pengguna pasar,terutama para pedagang.
Diduga karena tidak aksesibelnya sirkulasi untuk mencapai ruang-ruang di dalam bangunan.
Teori Jangkauan (Step Depth)

Menurut (Hillier et al, 1987), Teori Jangkauan adalah,

Teori yang mengukur interaksi dalam konfigurasi ruang.


Dilakukan menggunakan beberapa dimensi yang diukur dengan konsep jarak
topologi (topological distance) yang disebut dengan kedalaman (depth).
Konsep jarak yang disebut kedalaman (depth) diukur dari langkah (step).
Teori Jangkauan (Step Depth)

Dalam (Hillier et al, 1987 dan Hillier et al, 1993),


metode perhitungan Integrity adalah;

Metode untuk menghasilkan nilai integrity yang merupakan interpretasi


nilai hipotesis atas kemudahan bagi seseorang untuk mencapai
sebuah ruang dari setiap ruang lainnya.

- Nilai integrity tinggi (kedalaman / depth yang rendah)


ruang tersebut dapat dengan mudah dicapai dari setiap ruang lainnya

- Nilai integrity rendah (kedalaman / depth yang tinggi)


ruang tersebut tidak dapat dicapai dengan mudah sebab harus melewati
beberapa ruang antara terlebih dahulu.
Analisis

Gambar : Denah Pasar Bulu Semarang Pasca Revitalisasi Typical Lantai 1 – Lantai 3.
Sumber : Arsip Dinas Pasar Kota Semarang dengan Modifikasi
Gambar : Entrance Utama Gambar : Pintu Masuk dan Keluar Gambar : Hall Lantai 1 Pasar Bulu Pasca Gambar : Transportasi Vertikal
Pengunjung menuju Bangunan Pasar Utama Pengunjung Pasar Bulu Revitalisasi Pengunjung Pasar Bulu Pasca
Bulu Pasca Revitalisasi Pasca Revitalisasi Revitalisasi
Analisis
Lantai 1
Pasca Revitalisasi

Zona Aksesibel

Zona
Kurang Aksesibel

Gambar : Zonasi pada Denah Pasar Bulu Semarang Pasca Revitalisasi Lantai 1
Berdasarkan letak entrance (pintu utama) pengunjung
Sumber : Arsip Dinas Pasar Kota Semarang dengan Modifikasi
Gambar : Kios Pedagang Lantai 1
Pasar Bulu Pasca Revitalisasi
Analisis
Lantai 2
Pasca Revitalisasi

Zona Aksesibel

Zona
Kurang Aksesibel

Gambar : Zonasi pada Denah Pasar Bulu Semarang Pasca Revitalisasi Lantai 2
Berdasarkan letak eskalator (transportasi vertikal) pengunjung
Sumber : Arsip Dinas Pasar Kota Semarang dengan Modifikasi
Gambar : Kios Pedagang Lantai 2
Pasar Bulu Pasca Revitalisasi
Analisis
Lantai 3
Pasca Revitalisasi

Zona Aksesibel

Zona
Kurang Aksesibel
Zona
Kios kosong

Gambar : Zonasi pada Denah Pasar Bulu Semarang Pasca Revitalisasi Lantai 3
Berdasarkan letak eskalator (transportasi vertikal) pengunjung
Sumber : Arsip Dinas Pasar Kota Semarang dengan Modifikasi
Gambar : Kios Pedagang Lantai 3
Pasar Bulu Pasca Revitalisasi
Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang menerapkan Teori Jangkauan,

didapatkan pembuktian bahwa munculnya zona aksesibel dan zona kurang


aksesibel pada blok kios pedagang Pasar Bulu pasca revitalisasi
disebabkan oleh jangkauan blok-blok kios tersebut terhadap akses utama
pengunjung, sesuai dengan hipotesis atau dugaan awal.
Rekomendasi

Penambahan akses utama pengunjung pada bagian barat bangunan


Pasar Bulu Semarang, untuk meratakan pola sirkulasi pengunjung di
dalam bangunan agar tidak muncul zonasi, yaitu zona aksesibel dan
zona kurang aksesibel pada blok kios pedagang.
Rekomendasi
Lantai 1

Akses
Eksisting Lt 1
Akses
Rekomendasi Lt 1

Jl. Mgr Sugiyopranoto


Rekomendasi
Lantai 1

Zona Aksesibel

Akses
Eksisting Lt 1
Akses
Rekomendasi Lt 1

Jl. Mgr Sugiyopranoto


Rekomendasi
Lantai 2

Akses
Eksisting Lt 2

Akses
Rekomendasi Lt 2

Jl. Mgr Sugiyopranoto


Rekomendasi
Lantai 2

Akses
Eksisting Lt 2

Akses
Rekomendasi Lt 2

Jl. Mgr Sugiyopranoto


Rekomendasi
Lantai 3

Akses
Eksisting Lt 3

Akses
Rekomendasi Lt 3

Jl. Mgr Sugiyopranoto


Rekomendasi
Lantai 3

Akses
Eksisting Lt 3

Akses
Rekomendasi Lt 3

Jl. Mgr Sugiyopranoto


DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 1994. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.
Adishakti Laretna T. 2002. Revitalisasi Bukan Sekedar Beautification. artikel di INFO
Urban and Regional Development Institute vol 13 Juni – Maret 2002.
Darwis.1984. Pola Hubungan Bangunan dengan Lingkungan. Soewito.
Danisworo, M. dan Martokusumo, W. (2002). “Revitalisasi Kawasan Kota : Sebuah
Catatan Dalam Pengembangan dan Pemanfaatan Kawasan Kota”, Info URDI Vol.13.
Hakim, Rustam. 1987. Unsur Perancangan Dalam Arsitektur Lansekap. Jakarta.
Hendri, Ma’ruf. 2006. Pemasaran Ritel. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hurst, Michael E. Eliot.1974.Transportation Geography. New York : McGraw Hill.


Sudarman, Ari. 1989. Teori Ekonomi Mikro. Edisi Ketiga. Jilid 1. BPFE. Yogyakarta
Tinarbuko Sumbo. 2009. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra.
Zoer’aini, Djamal Irwan. 1997. Tantangan Lingkungan dan Landscape Hutan Kota. CIDES,
Jakarta.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai