Anda di halaman 1dari 70

CASE REPORT

Disusun oleh:

dr. Inge Dackrisna Daud


dr. Tania Azhari

RSUD KOTA CILEGON


STATUS PASIEN
• IDENTITAS PASIEN
• Nama : An. A
• Umur : 17 Tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Alamat : Cibeber
• Pekerjaan : Pelajar
• Status : Belum menikah
ANAMNESIS
• Keluhan Utama :
• Nyeri pada buah zakar sejak 1 hari SMRS

• Riwayat Penyakit Sekarang :


• Pasien datang dengan keluhan nyeri pada buah zakar kiri sejak 1 hari
SMRS, nyeri dirasakan semakin lama semakin memberat. Keluhan disertai
dengan buah zakar yang terasa membengkak dan kemerahan. Benjolan
pada buah zakar tidak hilang timbul baik pada saat tidur, berdiri ataupun
mengedan. Pasien juga merasakan demam yang naik turun selama 1
minggu. Keluhan mual dan muntah disangkal oleh pasien. Riwayat trauma
dan penyakit menular seksual disangkal pasien. Buang air kecil normal,
tidak ada lender ataupun darah, tidak ada nyeri saat buang air kecil. Buang
air besar tidak ada keluhan.
• Riwayat Penyakit Dahulu :
• Sebelumnya, pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini. 1 minggu
yang lalu pasien menderita penyakit gondongan, setelah itu pasien mulai
mengalami keluhan seperti ini. Riwayat trauma, penyakit menular seksual
dan operasi disangkal.
• Riwayat Penyakit Keluarga :
• Tidak ada yang mengalami keluhan serupa pada keluarga.
• Riwayat Alergi :
• Riwayat alergi terhadap debu, obat, makanan, dan lain-lain disangkal.
• Riwayat Pengobatan :
• Saat menderita gondongan, pasien mengoleskan blao pada gondongan.
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum : Sakit Sedang • TANDA VITAL
• Kesadaran : Composmentis • Tekanan Darah : 110/70 mmHg
• GCS : E4V5M6 • Nadi : 86 x/menit
• Pernapasan : 20 x/menit
• STATUS GIZI • Suhu : 37,5
• BB : 49 kg
• TB : 160 cm
• IMT : 19,14 kg/m2
• Kesimpulan : normoweight
STATUS GENERALIS
• Kepala : Normocephal, • Paru
rambut hitam • Inspeksi : Pergerakan dinding
• Mata : Konjungtiva anemis dada simetris, retraksi (-)
(-/-), sklera ikterik (-/-) • Palpasi : Vocal fremitus sama
• Hidung : Normosia, deviasi di kedua lapang paru
septum (-), sekret (-), darah (-) • Perkusi : Sonor
• Telinga : Normotia, serumen • Batas paru-hepar di ICS IV di linea
(-), tinnitus (-) midclavicula dextra. Batas paru-
• Mulut : Mukosa bibir kering lambung di ICS 7 di linea axillaris
(-), lidah kotor (-), tonsil T1/T1 anterior
• Leher : Pembesaran KGB (-), • Auskultasi : Suara Nafas
JVP 5 -2 mm Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-),
Wheezing (-/-)
• Jantung • Abdomen
• Inspeksi : Ictus cordis tidak • Inspeksi : Supel, datar, spider
terlihat navi (-)
• Palpasi : Ictus cordis teraba • Auskultasi : Bising usus (+)
di ICS V di linea midclavicular sinistra normal
• Perkusi : Redup • Palpasi : Nyeri Tekan (-),
• Batas atas jantung di ICS II di linea Hepatomegali (-), Splenomegali (-)
parasternal dextra dan sinistra. Batas • Perkusi : Timpani (+), Shifting
kanan jantung di ICS IV di linea dullness (-)
parasternal sinistra. Batas kiri jantung • Ekstremitas
di ICS V di linea midclavicula sinistra • Atas : Akral hangat (+/+),
• Auskultasi : Bunyi jantung I/II RCT < 2 detik (+/+), edema (-/-)
regular, Murmur (-), Gallop (-) • Bawah : Akral hangat (+/+),
RCT < 2 detik (+/+), edema (-/-)
STATUS LOKALIS

a/r Scrotum Sinistra


• Nyeri tekan (+)
• Bentuk lonjong • Hiperemis (+)
• Ukuran 7x3cm • Teraba hangat
• Konsistensi Lunak • Phren sign (+)
• Permukaan Rata • Transluminasi (-)
• Gerakan mobile • Refleks kremaster (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RESUME
• Anak laki-laki, 17 tahun dengan keluhan nyeri pada buah zakar kiri sejak 1
hari SMRS, nyeri dirasakan semakin lama semakin memberat. Keluhan
disertai dengan buah zakar yang terasa membengkak dan kemerahan.
Benjolan pada buah zakar tidak hilang timbul baik pada saat tidur, berdiri
ataupun mengedan. Pasien juga merasakan demam yang naik turun
selama 1 minggu. Keluhan mual dan muntah disangkal oleh pasien.
Sebelumnya, pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini. 1 minggu
yang lalu pasien menderita penyakit gondongan, setelah itu pasien mulai
mengalami keluhan seperti ini.
• Riwayat trauma, penyakit menular seksual dan operasi disangkal. Riwayat
trauma dan penyakit menular seksual disangkal pasien. BAK normal, tidak
ada lendir ataupun darah, tidak ada nyeri saat buang air kecil. BAB tidak
ada keluhan.
• Status lokalis a/r Scrotum Sinistra ; Bentuk lonjong, ukuran 7x3cm,
konsistensi Lunak, permukaan Rata, gerakan mobile, nyeri tekan (+),
hiperemis (+), teraba hangat, phren sign (+), transluminasi (-), refleks
kremaster (+).
• Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan : Hb 15,2 g/dL, Ht 41,5%,
Leukosit 13.720, Trombosit 166.000.
• DIAGNOSA UTAMA
• Orchido-Epididimitis

• DIAGNOSA BANDING
• Orchido-Epididimitis
• Orchitis
• Epididimitis
• Torsio Testis
• Hernia Skrotalis sinistra
• Hidrokel
• Tumor testis sinistra
• USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
• USG testis
• USG Doppler

• PROGNOSIS
• Quo Ad Vitam : Dubia ad Bonam
• Quo Ad Functionam : Dubia ad Bonam
• Quo Ad Sanationam : Dubia ad Bonam
PENATALAKSANAAN
• Infus Ashering 30tpm
• Ceftriaxon 1X2gr
• Ketorolak 3x1amp
• Ranitidine 2x1amp
• Metilprednisolon 3x1amp
FOLLOW UP
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi dan Fisiologi Testis

• Testis merupakan organ


kelamin pria, terletak dalam
scrotum.
• Testis akan turun sekitar
umur janin 7 bulan menuju
scrotum melalui canalis
inguinalis dipengaruh
hormon testosterone dari
testis.
• Masing-masing testis
dikelilingi capsula fibrosa
yang kuattunica albuginea
• Selama masa pubertas, testis berkembang untuk
memulai spermatogenesis
• Testis berperan pada sistem reproduksi dan sistem
endokrin.
Fungsi testis:
• Spermatogenesis terjadi dalam tubulus
seminiferus, diatur FSH
• Sekresi testosterone oleh sel Leydig, diatur
oleh LH.
ORCHITIS
Definisi
• Orchitis => reaksi inflamasi akut dari testis
terhadap infeksi. Sebagian besar kasus
berhubungan dengan infeksi virus gondong
(mums).
Etiologi

• Virus: orchitis gondong (mumps) paling sering


Virus lain meliputi coxsackievirus,
Mycobacterium tuberculosis, Cryptococcus,
• Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia
trachomatis,
EPIDEMIOLOGI
 Insidens terjadinya orchitis pada laki-laki yang belum pubertas
14%, pada laki-laki yang sudah pubertas lebih tinggi 30%-38%.
Insidens tertinggi terjadinya orkitis pada parotitis epidemika
adalah pada usia 15-29 tahun.
 Sebagian besar kasus berhubungan dengan epididimitis
(epididymo-orchitis), dan mereka terjadi pada laki-laki yang
aktif secara seksual lebih tua dari 15 tahun atau pada pria
lebih tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak (BPH
 Di Amerika Serikat sekitar 20% dari pasien prepubertal
dengan gondong berkembang orkitis
FAKTOR RISIKO

 Faktor Resiko untuk orkitis yang tidak berhubungan dengan


penyakit menular adalah:
– Imunisasi Mums yang tidak adekuat
– Usia lanjut lebih dari 65 tahun
– Infeksi saluran kemih berulang
– Kelainan saluran kemih
 Faktor Resiko untuk orkitis yang tidak berhubungan dengan
penyakit menular adalah
– Berganti-ganti pasangan
– Riwayat penyakit menular sexual pada pasangan
– Riwayat gonore atau penyakit menular sexual lainnya
DIAGNOSIS
 Anamnesis :
• Orchitis ditandai dengan nyeri testis dan pembengkakan.
• Nyeri berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai nyeri yang
hebat.
• Biasanya terasa nyeri atau rasa terbakar sebelum dan sesudah
kencing
• Kelelahan / mialgia, Sakit kepala
• Kadang-kadang pasien sebelumnya mengeluh sakit gondongan
• Demam dan menggigil
• Mual
• Pemeriksaan Fisik
 Pembengkakan testis dan skrotum
 Kulit skrotum tampak meregang, kulit skrotum tampak
eritema,kulit skrotum tampak edema, dan lebih hangat.
 Konsistensi skrotum agak kenyal seperti karet
 Pembengkakan Kelenjar getah bening inguinal
 Pembesaran epididimis yang terkait dengan epididymo-
orchitis
DIAGNOSIS DIFFERENSIAL

• Epididimitis
• Hernia scrotalis
• Torsio testis
• Tumor testis
• Hydrocele
Pemeriksaan Penunjang
• Diagnosis orchitis lebih dapat ditegakkan dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
• Pemeriksaan darah sering tidak dapat membantu
menegakkan diagnosis orchitis.
• USG
• Dopller ultrasound, untuk mengetahui kondisi testis,
menentukan diagnosa dan mendeteksi adanya abses pada
skrotum
PENATALAKSANAAN
• Pengobatan suportif:
– Bed rest
– Tindakan lokal kompres dingin/kompres dengan PZ
– analgesik
– Antibiotik : ceftriaxone, doksisiklin, atau azitromisin
PENCEGAHAN
Immunisasi gondongan bisa mencegah terjadinya
orkitis akibat gondongan (Mums),
tidak melakukan perilaku seksual di luar nikah,
dan berganti-ganti pasangan.
KOMPLIKASI
• Sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa
derajat atrofi testis.
• Gangguan kesuburan dilaporkan 7-13%.
• Kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral.
• Hidrokel communican atau pyocele mungkin memerlukan drainase bedah
untuk mengurangi tekanan dari tunika.
• Abscess scrotalis
• Infark testis
• Rekurensi
• Epididymitis kronis
PROGNOSIS
• Prognosis pada penderita orchitis secara umum
adalah baik. Pada penyakit orchitis dengan
pemberian antibiotic yang tepat sebagian besar
kasus orchitis bakteri dapat sembuh tanpa
komplikasi.
EPIDIDIMITIS
• Epididimitis merupakan suatu proses inflamasi yang terjadi
pada epididimis. Epididimis merupakan suatu struktur
berbentuk kurva (koil) yang menempel di belakang testis dan
berfungsi sebagai tempat penyimpanan sperma yang matur.
ETIOLOGI
• Bermacam penyebab timbulnya epididimitis tergantung dari usia pasien, sehingga
penyebab dari timbulnya epididimitis dibedakan menjadi
• · Infeksi bakteri non spesifik
• · Penyakit Menular Seksual
• · Virus
• · Tuberkulosis
• · Penggunaan Amiodarone dosis tinggi
• · Prostatitis
• · Tindakan pembedahan seperti prostatektomi.
• · Kateterisasi dan instrumentasi
GEJALA KLINIS
• Gejala yang sering berasal dari sumber infeksi asli seperti duh uretra dan
nyeri atau itching pada uretra (akibat uretritis),
• nyeri panggul dan frekuensi miksi yang meningkat,
• rasa terbakar saat miksi (akibat infeksi pada vesika urinaria yang disebut
Cystitis),
• demam, nyeri pada daerah perineum, frekuensi miksi yang meningkat,
urgensi, dan rasa perih dan terbakar saat miksi (akibat infeksi pada prostat
yang disebut prostatitis),
• demam dan nyeri pada regio flank (akibat infeksi pada ginjal yang disebut
pielonefritis).
• Gejala lokal pada epididimitis berupa nyeri pada skrotum.
Nyeri mulai timbul dari bagian belakang salah satu testis
namun dengan cepat akan menyebar ke seluruh testis,
skrotum dan kadangkala ke daerah inguinal disertai
peningkatan suhu badan yang tinggi. Biasanya hanya
mengenai salah satu skrotum saja dan tidak disertai dengan
mual dan muntah.
PEMERIKSAAN FISIK
• Pada pemeriksaan ditemukan testis pada posisi yang normal, ukuran
kedua testis sama besar, dan tidak terdapat peninggian pada salah satu
testis dan epididimis membengkak di permukaan dorsal testis yang sangat
nyeri.
• Setelah beberapa hari, epididimis dan testis tidak dapat diraba terpisah
karena bengkak yang juga meliputi testis. Kulit skrotum teraba panas,
merah dan bengkak karena adanya udem dan infiltrat. Funikulus
spermatikus juga turut meradang menjadi bengkak dan nyeri.
• Hasil pemeriksaan refleks kremaster normal
• Phren sign bernilai positif
• Pembesaran kelanjar getah bening di regio inguinalis.
• Pada colok dubur mungkin didapatkan tanda prostatitis kronik yaitu
adanya pengeluaran sekret atau nanah setelah dilakukan masase prostat.
• Biasanya didapatkan eritema dan selulitis pada skrotum yang ringan
• Pada anak-anak, epididimitis dapat disertai dengan anomali kongenital
pada traktus urogenitalis seperti ureter ektopik, vas deferens ektopik, dll.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Pemeriksaan darah dimana ditemukan leukosit meningkat
dengan shift to the left (10.000-30.000/µl)
• Kultur urin dan pengecatan gram untuk kuman penyebab
infeksi
• Analisa urin untuk melihat apakah disertai pyuria atau tidak
• Tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoeae.
• Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada
penderita
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
• 1. Color Doppler Ultrasonography
• 2. Nuclear Scintigraphy
• 3. Vesicouretrogram (VCUG),
cystourethroscopy, dan USG abdomen
DIAGNOSA BANDING
• Orkitis
• Hernia inguinalis inkarserata
• Torsio testis
• Seminoma testis
• Trauma testis
PENATALAKSANAAN
• Penatalaksanaan epididimitis meliputi dua hal yaitu penatalaksanaan medis dan bedah,
berupa :
• Antibiotik
• Skrotum lebih ditinggikan dengan melakukan tirah baring total selama dua
sampai tiga hari untuk mencegah regangan berlebihan pada skrotum.
• Kompres es
• Pemberian analgesik dan NSAID

• Bedah :
• Scrotal exploration,
• Epididymectomy
• Epididymotomy
KOMPLIKASI
• Abses dan pyocele pada skrotum
• Infark pada testis
• Epididimitis kronis dan orchalgia
• Infertilitas sekunder sebagai akibat dari inflamasi maupun
obstruksi dari duktus epididimis
• Atrofi testis yang diikuti hipogonadotropik hipogonadism
• Fistula kutaneus
PROGNOSIS
• Epididimitis akan sembuh total bila menggunakan antibiotik
yang tepat dan adekuat serta melakukan hubungan seksual
yang aman dan mengobati partner seksualnya. Kekambuhan
epididimitis pada seorang pasien adalah hal yang biasa
terjadi.
TORSIO TESTIS
DEFINISI
• Keadaan dimana
funikulus spermatika
terpeluntir  oklusi &
strangulasi dari
vaskularisasi vena atau
arteri ke testis dan
epididimis.
• Merupakan
kegawatdaruratan
vaskuler.
INSIDENSI
• 1 diantara 4000 pria
• < 25 tahun (paling banyak 12 – 20 tahun)
• Testis kiri lebih sering
FAKTOR
ETIOLOGI PENCETUS
• Belum diketahui secara • Trauma
pasti • Kelainan kongenital
• Gangguan seksual /
aktifitas seksual
• Tumor testis
PATOFISIOLOGI
INTRAVAGINAL TORSIO

Tunika vaginalis
Mencegah insersi
Kelainan sistem mengelilingi
epididimis ke
penyangga testis seluruh
dinding skrotum
permukaan testis

Menyebabkan testis &


Dikenal dengan Testis mengalami epididimis dengan
mudahnya bergerak di
anomali bell torsio testis kantung tunika vaginalis &
clapper invaginalis menggantung pada
funikulus spermatikus
INTRAVAGINAL TORSIO
EKSTRAVAGINAL TORSIO

Lapisan parietal yang Testis, epididimis


Keadaan menempel pada dan tunika
muskulus dartos masih
undesensus testis belum banyak jaringan vaginalis mudah
penyangga sekali bergerak

Memungkinkan untuk
Testis mengalami terpluntir pada sumbu
torsio testis funikulus spermatikus
ekstravaginalis & rotasi bebas dalam
skrotum
EKSTARAVAGINAL TORSIO
DIAGNOSIS
• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Penunjang
ANAMNESIS
• Gejala akut skrotum : • Kadang-kadang :
 Nyeri hebat daerah  Demam ringan
skrotum (mendadak, • Jarang :
dapat menjalar ke  Rasa panas &
daerah inguinal atau terbakar saat
perut bawah) berkemih
 Skrotum bengkak • Gejala lain :
 Skrotum merah  Darah pada semen
• Mual dan Muntah
PEMERIKSAAN FISIK
• Srotum bengkak & hiperemis  dapat meluas
hingga skrotum sisi kontralateral
• Nyeri saat palpasi
• Testis terletak transversal atau horizontal
• Testis tampak lebih tinggi
• Nyeri tetap ada saat elevasi testis (Prehn sign
+)
• Refleks kremaster (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Dilakukan apabila diagnosis masih meragukan
 tidak menunjukkan bukti klinis yang nyata
• Pemeriksaan lab : urinalisis, darah lengkap 
 tanda inflamasi
• USG Doppler & Radionuclide Scanning 
aliran darah ke testis (-)
DIAGNOSIS BANDING
• Epididimitis, Orkitis, Hidrokel, Tumor
testis, Edama srotum idiopatik, Traumatic
rupture, Traumatic hemangioma
PENATALAKSANAAN
Tindakan pemulihan aliran darah ke
testis secepatnya.
1. Detorsi 2. Operasi
manual

Orkidopeksi
elektif Orkidopeksi Orkidektomi
DETORSI MANUAL
• Tidak menggantikan eksplorasi pembedahan.
• Detorsi manual berhasil  orkidopeksi elektif
alam waktu 48 jam.
• Angka keberhasilan : 30-70%.
• Keberhasilan bila dilakukan 4 jam setelah
onset : 97%.
• > 24 jam : 10% kemungkinan.
• Anastesi lokal (5ml lidocain / xylocaine 2%)

• Detorsi ke arah lateral  tidak berubah 


detorsi ke arah medial

• Dilakukan > 1 kali rotasi (torsio > 360o)

• Nyeri hilang : tanda detorsi berhasil


OPERASI
• Detorsi manual tidak berhasil
• Untuk reposisi testis & penilaian testis (masih
viable atau sudah nekrosis)
• Dalam 6 jam : cegah iskemia testis
• Dalam 12 jam : penurunan 20%
• 6 – 8 jam : atrofi testis  > 10 jam : nekrosis
Insisi skrotal medial untuk melihat testis secara
langsung dan guna menghindari trauma yang mungkin
ditimbulkan bila dilakukan insisi inguinal.

Tunika vaginalis dibuka hingga tampak


testis yang mengalami torsio.

Testis direposisi dan dievaluasi


viabilitasnya.

Jika testis masih viabel dilakukan fiksasi


orkidopeksi.

Jika testis tidak viabel maka dilakukan


orkidektomi.
ORKIDOPEKSI

Fiksasi testis

Dilakukan dengan mempergunakan benang yang tidak diserap pada 3


tempat untuk mencegah agar testis tidak terpluntir kembali.

Dilakukan pada tunika albuginea, muskulus dartos kemudian disusul


pada testis kontralateral (kecuali bila terdapat infeksi sekunder karena
iskemia nekrosis).
ORKIDEKTOMI

Pengangkatan testis

Mencegah timbul komplikasi infeksi serta


potensial autoimmune injury pada testis
kontralateral
KOMPLIKASI
• Salah satu kegawatdaruratan dalam bidang urologi
 > 6-8 jam keterlambatan : menurunkan angka
pertolongan terhadap testis 55-85%.
• Komplikasi : atrofi  hipoksia  edema  iskemia
 nekrosis.
• Komplikasi lain : infark testis, hilangnya testis, infeksi
deformitas, deformitas kosmetik.
• Kualitas semen   testis iskemia menstimulasi
produksi antitestis dan antibodi antisperma.
TESTIS NEKROSIS
PROGNOSIS
• Keberhasilan dalam penanganan torsio 
penyelamatan testis yang segera serta insiden
terjadinya atrofi testis  durasi dan derajat
dari torsio testis.
• Keterlambatan intervensi pembedahan akan
memperburuk prognosis serta meningkatkan
angka kejadian atrofi testis.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai