Anda di halaman 1dari 29

INFEKSI NOSOKOMIAL

DAN
PASIEN SAFETY
NAMA KELOMPOK

1. Siti Hardiyanti 1130016004


2. Annisatul Arum Pridasari 1130016028
3. Diana Safitri 1130016037
4. Denis Kristina Aprilia 1130016052
5. Alvin Ade Putra Prasetyo 1130016074
6. Lusi Dwi Rahayu 1130016085
7. Putri Indasari 1130016089
8. Diah Feby Farahnisyah 1130016090
9. Sody Riska Dinardilla 1130016094
10. Fildzah Nur Masithoh 1130016023
11. Faiz Hammam Assariy 1130016145
INFEKSI
NOSOKOMIAL
Definisi

Infeksi nosocomial adalah infeksi yang terjadi


dirumah sakit dan menyerang penderita-penderita
yang sedang dalam proses asuhan keperawatan.
Infeksi nosocomial terjadi karena adanya transmisi
mikroba patogenyang bersumber dari lingkungan
rumah sakit dan perangkatnya.
Faktor yang Mempengaruhi
Infeksi Nosokomial

Petugas
Penderita lain (perawat, dokter,
dll)

Penderita dalam Peralatan/ Material


Bangsal/ Lingkungan
Perawatan medis

Makanan atau
Pengunjung
Minuman
Upaya Penegahan
Penularan

– Kesadaran dan rasa tanggung jawab para petugas bahwa


dirinya dapat menjadi sumber penularan atau media
perantara dalam setiap prosedur dan tindakan medis,
sehingga dapat menimbulkan terjadinya infeksi nosocomial.
– Selalu ingat metode mengeliminasi mikroba pathogen
melalui tindakan aseptic, disinfeksi, dan sterilisasi.
– Di setiap unit pelayanan perawatan dan unit tindakan medis,
khususnya kamar operasi dan kamar bersalin harus terjaga
mutu sanitasinya.
PENGERTIAN PATIENT SAFETY

Keselamatan pasien merupakan suatu sistem di rumah sakit


atau pelayanan kesehatan umtuk membuat asuhan pasien lebih
aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Depkes,2008).
TUJUAN PATIENT SAFETY

1. Untuk menciptakan budaya keselamatan pasien di rumah sakit.


2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat.
3. Menurunkan KTD (kejadian tidak diharapkan) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan (Kuntoro,2010).
1. Sebagai pemberi pelayanan keperawatan.
2. Menerapkan komunikasi yang baik terhadap pasien dan keluarganya.
3. Peka,proaktif dan melakukan penyelesaian masalah terhadap kejadian
yang tidak diharapkan.
4. Mendokumeentasikan dengan benar semua asuhan keperawatan.
5. Menerapkan prinsip-prinsip etik dalam pemeberian layanan keperawatan.
6. Memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang asuhan
yang diberikan.
7. Menerapkan kerjasama tim kesehatan yang handal dalam pemberian
pelayanan kesehatan.
Sebagai contoh yaitu peran perawat dalam penggunaan
peralatan dan teknologi dalam meningkatkan patient
safety.

Fungsional : perawat harus mengidentifikasi penggunaan alat dan desain


dari alat. Perkembangan kecanggihan alat sangat cepat sehingga
diperlukan pelatihan untuk mengoperasikan alat secara tepat dan benar.

Keamanan : alat yang digunakan juga harus di desain penggunaannya


sehingga dapat meningkatkan keselamatan pasien.
UPAYA KESELAMATAN
PASIEN
UPAYA KESELAMATAN PASIEN
A. STANDAR PRAKTIK (ASUHAN
KEPERAWATAN)

Setiap perawat mempunyai tanggung jawab melakukan :


1. Assesment (pengkajian) : status kesehatan pasien saat ini dan masa lalu
serta potensi resiko (keselamatan pasien).
2. Diagnosa : menetapkan diagnosa/masalah keperawatan.
3. Planning : rencana asuhan keperawatan.
4. Implementation : pelaksanaan asuhan sesuai rencana.
5. Evaluation : evaluasi terhadap respon pasien dan outcome.
Upaya Keselamatan Pasien

B. Standars Of Care : Safety


Setiap perawat menerapkan prinsip sasaran keselamatan pasien
(international patient safety goals) :
1) Ketepatan identifikasi pasien
2) Peningkatan komunikasi efektif
3) Peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai
4) Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
5) Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
1. Ketepatan identifikasi pasien

Kesalahan karena keliru pasien sebenarnya terjadi


disemua aspek diagnosis dan pengobatan. Keadaan yang dapat
mengrahkan terjadinya error/kesalahan dalam
mengidentifikasi pasien adalah pasien yang dalam keadaan
terbius/tersedasi, mengalami dis-orientasi, atau tidak sadar
sepenuhnya; mungkin bertukar tempat tidur, kamar, lokasi
didalam rumah sakit atau akibat situasi lain.
Perawat harus mengidentifikasi seluruh
pasien yang dirawat di RS dengan benar :

a) Memastikan identitas pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau
pengobatan.
b) Memastikan kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
c) Proses identifikasi dilakukan untuk mengidentifikasi pasien pada saat :
1) Pemberian obat, darah atau produk darah.
2) Pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis ; atau tindakan.
3) Tindakan lain (pembedahan, non pembedahan, pemeriksaan klinis dan penunjang)
d) Identifikasi pasien mencakup 3 detail wajib yaitu Nama pasien, Tanggal lahir/umur,
Nomor rekam medis pasien.
2. Peningkatan Komunikasi Efektif

Komunikasi efektif, tepat waktu, akurat, lengkap


dan jelas dan dipahami oleh penerima pesan akan
mengurangi kesalahan dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Komunikasi dapat secara elektronik,
lisan atau tertulis.
Komunikasi yang paling mudah mengalami kesalahan
adalah perintah diberikan secara lisan dan melalui
telepon :
a. Komunikasi secara lisan dan atau melalui telepon dilakukan dengan
metode T B K:
1. Penerima perintah menulis perintah (T)
2. Penerima perintah membacakan kembali perintah yang ditulis dan
menanyakan kebenaran isi perintah (B)
3. Pemberi perintah memberikan konfirmasi kebenaran perintah yang telah
ditulis dan telah dibacakan kembali tersebut (K)
4. Pemberi perintah harus sudah memberikan konfirmasi langsung dengan cara
membubuhkan tanda tangan dalam waktu 24 jam sejak pemberian perintah.
b. Komunikasi pelaporan pelayanan
dilakukan dengan metode S B A R

1. S (SITUATION) : kondisi terkini yang terjadi pada


pasien
2. B (BACKGROUND) : informasi penting apa yang
berhubungan dengan kondisi pasien
3. A (ASSESMENT) : Hasil pengkajian / penilaian
kondisi pasien terkini
4. R (RECOMMENDATION) : Apa yang perlu dilakukan
untuk mengatasi masalah pasien saat ini.
3. Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai

a. Obat yang harus diwaspadai adalah obat yang sering menyebakan terjadi kesalahan / kesalahan serius
(sentinel event) serta obat yang beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse
outcome) yaitu elektrolit konsentrat + obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama obat
Rupa dan Ucapan Mirip/ NORUM, atau Look Alike Sound Alike / LASA).
b. Semua obat High Alert Medication harus memiliki identifikasi dan penandaan khusu dan dikelolah oleh
petugas yang kompoten terhadap obat-obat yang dimaksud (apoteker / tenaga kefarmasian).
c. Tempat penyimpanan obat-obat dalam kelompok ini khususnya elektrolit konsetrat di Instalasi Farmasi,
IRIN, IBS, IRJ, Kamar bersalin (khusunya magnesium sulfat). Dimana obat-obat dimaksud diberi tempat
tersendiri / khusus.
d. Verifikasi ulang sebelum obat diberikan kepada pasien harus dilakukan meliputi ketapatan pasien, obat,
dosis, waktu serta cara pemberian.
e. Syarat pemberian obat-obat yang perlu diwaspadai adalah mampu melakukan monitoring efek samping,
tersedia protocol pengelolahan efek samping dan tersedia antidotumnya.
4. Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi
A. Proses verifikasi
1. Merupakan proses untuk megidentifikasi hal-hal yang harus tersedia pada saat tindakan pembedahan, terdiri
dari :
a) dokumen-dokumen yang terkait dengan tindakan pembedahan :
1) Assesment pra operasi, diagnosis pra operasi, rencana operasi dan rencana anestesi
2) Informed consent yang sudah ditanda tangani oleh pasien atau keluarganya, dokter operator dan
dokter anestesi.
b) hasil pemeriksaan penunjang (radiologi, laboratorium,dll).
c) alat-alat atau bahan khusus yang perlu disiapkan pada saat tindakan seperti implan, tranfusi darah, dll.
2. Mencocokkan hal-hal tersebut diatas dengan pasien.
3.Proses verifikasi
4.Proses verifikasi dicatat dalam lembar verifikasi.
5.Proses verifikasi dilakukan sebelum pasien masuk kamar operasi.
b. Penandaan lokasi prosedur (marking)

Semua pasien yang akan di operasi dimana lokasi operasi


memiliki lateralisasi (sisi kanan dan sisi kiri), struktur ganda
(jari-jari tangan, kaki, lesi) atau tingkatan berlapis (tulang
belakang, tulang iga) harus dilakukan pemberian “surgical
site marketing”.
c. Time out

Rumah sakit melaksanakan time out dalam rangkaian prosedur


keselamatan pasien bedah terstandar yang diadaptasi dari
WHO-Surgical Safety Checklist berupa :
1. Sign in
2. Time out

Proses time out


Checklist
Tindakan time out
5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Infeksi umumnya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk


infeksi saluran kemih-terkait kateter, infeksi aliran darah (blood stream infection) dan
pneumonia (seringkali dihubungkan dengan ventilasi mekanis).
Pokok dari eliminasi infeksi adalah cuci tangan atau hand hygiene yang tepat.
a. Kebersihan tangan merupakan proses membersikan tangan dengan menggunakan
sabun dan air yang mengalir atau dengan menggunakan antiseptik yang berbasis
alkohol (hand rub).
b. Semua orang yang berada di rumah sakit wajib menjaga dan melaksanakan
kebersihan tangan.
c. Rumah sakit memfasilitasi sarana prasarana kebersihan tangan yang dibutuhkan.
6. Pengurangan resiko pasien jatuh

a. Perawat wajib melakukan pengkajian resiko jatuh untuk


setiap pasien yang dirawat, guna meminimalkan resiko
jatuh dengan metode “morse fall” untuk pasien dewasa
dan metode “humpty dumpty” untuk pasien anak.

b. Pengurangan resiko jatuh dilakukan dengan memberikan


identifikasi jatuh pada setiap pasien, memberikan
intervensi pada pasien yang beresiko serta memberikan
lingkungan yang aman.
Pewarnaan Gelang Pada Pasien
TUJUAN

Pemasangan gelang identitas adalah agar petugas


rumah sakit dapat mengidentifikasi pasien yang
dirawat inap di rumah sakit secara tepat pada saat
dilakukannya pelayanan maupun pengobatan
Peran Perawat pasien Jiwa

restrain

lingkungan fisik kimia


Peran perawat pasien jiwa
perawat mempunyai peran yang sangat penting saat dihadapkan oleh pasien
dengan amuk tenaga medis terutama staf keperawatan jiwa, salah satu caranya
adalah dengan cara restrain ekstremitas.

Restrain merupakan suatu bentuk tindakan


menggunakan tali untuk mengekang atau
membatasi gerakan ekstremitas individu
yang berperilaku diluar kendali yang Restrain biasanya digunakan untuk
bertujuan untuk mmebrikan keamanan melindungi pasien dan orang lain
fisik dan psikologis individu (Kandar dkk, saat pengobatan dan terapi verbal
2013). tidak mencukupi serta
mengendalikan pasien berpotensi
kekerasan.

Anda mungkin juga menyukai