Anda di halaman 1dari 37

Kelainan Pada Tuba

Dian Ayuningsih
Anatomi tuba fallopi
Kelainan Tuba
a. Salpingitis
Salpingitis adalah infeksi atau peradangan pada saluran tuba. Hal
ini sering digunakan secara sinonim dengan penyakit radang
panggul (PID),

b. Salpingitis Isthmica Nodosa


SIN atau disebut juga divertikulosis tuba fallopii adalah
pembentukan jaringan parut noduler pada tuba fallopii terutama
bagian dua pertiga proksimal dengan ciri adanya divertikel kecil
yang ditemukan pada pemeriksaan patologi dan radiologi.
Salpingitis berarti peradangan pada salping (tuba). Isthmica
mengarah pada nama untuk area anatomi di dekat bagian atas dari
uterus (isthmus). Nodosa berarti bentuk noduler yang terlihat
secara makroskopis.
c. Hidrosalping
Hydrosalpinx adalah kondisi dimana terjadi sumbatan pada
saluran telur wanita (tuba fallopii) dan terisi cairan (hidro).
Melebarnya tuba akibat cairan ini bisa bervariasi dalam ukuran
tergantung jumlah cairan yang ada. Kondisi ini dapat bilateral atau
unilateral, dan tabung yang terkena dapat mencapai beberapa
sentimeter.

d. Tubo-ovarian abscess
Tubo-ovarian abscess atau disebut juga dengan abses tuba ovarium
(ATO) adalah akumulasi suatu keadaan penyakit inflamasi akut
pelvis di mana kondisi tersebut dikarakteristikan dengan adanya
massa pada dinding pelvis yang mengalami inflamasi.

e. Karsinoma
Primary Fallopian Tube Carcinoma
Epidemiologi
SIN
Salpingitis 5% perempuan muda
11% dari wanita usia dengan rerata usia 26
reproduktif. tahun.

ATO
15% kasus dan 33% kasus Karsinoma
PID yang akhirnya menjadi 0,1% sampai 1,8%
ATO
Etiologi
a. Salpingitis
Mycoplasma, staphylococcus, dan steptococus. Selain itu salpingitis
bisa juga disebabkan penyakit menular seksual seperti gonorrhea,
Chlamydia, infeksi puerperal dan postabortum.

b. Salpingitis Isthmica Nodosa


Etiologi SIN tidak diketahui secara pasti meskipun disebutkan kemungkinan
penyebab termasuk post inflamasi, kongenital

c. Hidrosalping
Tuba tuberkulosis merupakan penyebab umum pembentukan Hidrosalping.
d. ATO
Pseudomonas aeruginosa dan aktinomises.
Organisme yang jarang seperti Pasteurella multocida,
salmonella enteritidis, candida spp serta kriptokokus
neoforman juga ditemukan sebagai penyebab ATO pada
beberapa kasus

e. Karsinoma
segi kelainan genetic, yaitu mutasi c erb, p53, k-ras, dan
ada kaitannya dengan BRCA1 dart BRCA2.
Patofisiologi
Salpingitis
• Infeksi biasanya berasal di vagina  naik ke tabung falopi.
• infeksi dapat menyebar melalui pembuluh getah bening  infeksi pada
satu tabung fallopi menyebabkan infeksi yang lain
• Menjalar dari alat yang berdekatan spt dari apendiks yang meradang
• Haematogen terutama salpingitis tuberculosa
• terapi antibiotik, ovulasi, menstruasi atau penyakit menular seksual (PMS)
 perubahan dalam lingkungan mikro cervicovaginal  mengganggu
keseimbangan flora endogen  nonpatogenik biasanya menyebabkan
organisme untuk berkembang biak sangat cepat dan akan naik ke saluran
bagian atas  Faktor – faktor ini juga dapat memfasilitasi peningkatan
bakteri patogen, seperti neisseria gonorrhoeae atau chlamdia trachomatis
Hidrosalping
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba
abdominalis. Sebagian dari epitel mukosa tuba masih berfungsi
dan mengeluarkan cairan akibat retensi cairan tersebut dalam
tuba.
Tubo-ovarian abscess
• penyebaran bakteri dari vagina  uterus  tuba dan atau
parametrium  salpingitis dengan tanpa ooforitis
• keadaan ini bisa terjadi pada pasca abortus, pasca persalinan atau
setelah tindakan genekologik sebelumnya.
• Abses masih bisa terbatas mengenai tuba dan ovarium saja atau
mengenai struktur lain
• lumen tuba masih terbuka mengeluarkan eksudat yang purulent
dari fimbriae mengenai struktur sekitar pelvis  usus besar, buli-
buli atau adneksa yang lain, peritonitis
• Proses peradangan dapat mereda spontan atau sebagai respon
pengobatan  biasanya memberi perubahan anatomi disertai
perlekatan fibrin terhadap organ terdekatnya ; bila prosesnya
menghebat dapat terjadi pecahnya abses.
Kanker tuba fallopi
Keganasan tuba falopi biasanya dimulai dengan dysplasia atau
carcinoma insitu, lalu berkembang menjadi adenokarsinoma.
Peneliti juga menemukan bahwa nonuterine high-grade
carcinoma biasa kebanyakan terjadi pada tuba pars fimbria.
Gejala Klinis
Salpingitis
• Dalam kasus ringan, salpingitis mungkin tidak memiliki gejala
• Vagina abnormal, seperti warna atau bau yang tidak biasa
• Bercak antara periode
• Dismenorea
• Sakit saat ovulasi
• Tidak nyaman atau sakit saat hubungan seksual
• Demam
• Nyeri perut di kedua sisi
• Nyeri punggung bawah
• Sering buang air kecil
• Mual dan muntah
• Gejalanya biasanya muncul setelah periode menstruasi
Hidrosalping
Gejala dapat bervariasi. Beberapa pasien mengalami nyeri perut
sering berulang bawah atau nyeri panggul , sementara yang lain
mungkin asimtomatik. Sebagai fungsi tuba terhambat,
infertilitas adalah gejala yang umum. Beberapa orang mungkin
mengalami keputihan tidak normal karena infeksi panggul atau
peradangan.
Tubo-ovarian abscess
• Bervariasi, bisa tanpa keluhan
• sakit ringan sampai berat
• suhu badan naik [febris (60-80 % kasus)], menggigil
• bisa akut abdomen sampai syok septic.
• Nyeri panggul dan perut bawah disertai nyeri tekan,
• takikardi, mual dan muntah, bisa pula terjadi ileus.
! Adanya massa pada perut bawah dan adneksa lebih
memastikan suatu ATO.
Karsinogenik
perdarahan pervaginam (terutama pada usia pascamenopause)
disertai nyeri perut bagian bawah. Tanda yang paling sering
ditemukan adalah massa
tumor di pelvis.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan HSG
• Hysterosalpingography (HSG)merupakan alat evaluasi uterus
dan tuba fallopi secara radiografi dan digunakan sebagian
besar untuk menilai infertilitas.
• Kelainan tuba yang dapat dilihat dari HSG dapat berupa
kelainan kongental, akibat spasme, oklusi, dan infeksi.
A. Salpingitis

Gambaran HSG Salpingitis


Gambaran Salpingitis TB
Salpingitis Isthmica Nodosa

• HSG Salpingitis Isthmica Nodosa


Hidrosalping

USG Hidrosalping HSG Hidrosalping


Abses tubo-ovarian

USG Abses tubo-ovarian


Karsinogenik
PENATALAKSANAAN
Salpingitis
Perawatan penyakit salpingitis dilakukan dengan pemberian
antibiotic (sesering mungkin sampai beberapa minggu)
• Cefoxitin, 2 g intravena setiap 6 jam, atau cefotetan, 2 g setiap
12 jam, ditambah doksisiklin, 100 mg intravena atau oral
setiap 12 jam .
• Klindamisin, 900 mg intravena setiap 8 jam, ditambah
gentamisin intravena dalam dosis pemuatan 2 mg / kg diikuti
dengan 1,5 mg / kg setiap 8 jam.

Tindakan bedah
Histerektomi dan bilateral salpingo-ooforektomi mungkin
diperlukan untuk infeksi berat atau dalam kasus penyakit kronis
dengan nyeri panggul keras.
SIN
Terapi bedah dilakukan dengan laparatomi yang dilanjutkan
reseksi dan anastomosis tuba yang mengalami oklusi.

Terapi oklusi secara non-bedah dilakukan pada kasus oklusi tuba


bagian proksimal yaitu kateterisasi tuba fallopii transcervical
yang dipandu oleh fluoroskopi. Prosedur ini dapat dilakukan
pada pasien rawat jalan dengan memakan waktu sekitar 45
menit dengan sedasi ringan.
Hidrosalping
1. Terapi operatif
Hal ini memerlukan prosedur bedah yang disebut
neosalpingostomy, di mana laparoskopi adalah pembedahan
dimasukkan ke perut dan sebuah insisi dibuat untuk membuka
tuba falopi tersumbat.
ATO
ATO utuh tanpa gejala
• Antibotika dengan masih dipertimbangkan pemakaian
golongan : doksiklin 2x / 100 mg / hari selama 1 minggu atau
ampisilin 4 x 500 mg / hari, selama 1 minggu.
• Pengawasan lanjut, bila masa tak mengecil dalam 14 hari atau
mungkin membesar adalah indikasi untuk penanganan lebih
lanjut dengan kemungkinan untuk laparatomi
b. ATO utuh dengan gejala :
• Masuk rumah sakit, tirah baring posisi “semi fowler”,
observasi ketat tanda vital dan produksi urine, perksa lingkar
abdmen, jika perlu pasang infuse P2
• Antibiotika massif (bila mungkin gol beta lactar) minimal 48-72
jam
• Gol ampisilin 4 x 1-2 gram selama / hari, IV 5-7 hari dan
gentamisin 5 mg / kg BB / hari, IV/im terbagi dalam 2x1 hari
selama 5-7 hari dan metronida xole 1 gr reksup 2x / hari atau
kloramfinekol 50 mg / kb BB / hari, IV selama 5 hari
metronidzal atau sefaloosporin generasi III 2-3 x /1 gr / sehari
dan metronidazol 2 x1 gr selama 5-7 hari
• Jika perlu dilanjutkan laparatomi, SO unilateral, atau
pengangkatan seluruh organ genetalia interna
c. ATO yang pecah, merupakan kasus darurat : dilakukan
laporatomi, pasang drain kultur nanah
• Setelah dilakukan laparatomi, diberikan sefalosporin generasi
III dan metronidazol 2 x 1 gr selama 7 hari (1 minggu)
• Karsinoma
Pengangkatan total carsinosis adalah tinjauan operasi kanker tuba.
Histerektomi abdominal total dengan salpingoophorectomy
bilateral dan omentectomy
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai