Teknik
Deviasi standart VAR Stress
testing
Distribusi normal, Deviasi Standart dan nilai
rata rata
Σ = deviasi standart
Bagan diatas menunjukkan kurva normal yang berbentuk seperti bel. Kurvanya berbentuk
simetris dimana sisi kananmerupakan ceriminan dari sisi kiri. Deviasi standart dipakai untuk
menghitung penyimpangan dari nilai rata – rata. Semakin besar deviasi standartnya maka
semakin besar penyimpangannya. Penyimpangan ini dipakai untuk indikator resiko. Semakin
besar penyimpangan maka semakin besar resikonya.
Perhitungan deviasi standart
Salah satu teknik pengukuran risiko adalah Value at Risk (VaR).
Value at Risk (VaR) merupakan metoda perhitungan market risk
untuk menentukan risiko kerugian maksimum yang dapat terjadi
pada suatu portfolio, baik single-instrument ataupun multi-
instruments, pada confidence level tertentu, selama holding period
tertentu, dan dalam kondisi market yang normal.
Menurut Philip Best (1998) Value at Risk atau VaR adalah suatu metoda pengukuran risiko secara
statistik yang memperkirakan kerugian maksimum yang mungkin terjadi atas suatu portfolio
pada tingkat kepercayaan (level of confidence) tertentu. Nilai VaR selalu disertai dengan
probabilitas yang menunjukkan seberapa mungkin kerugian yang terjadi akan lebih kecil dari
nilai VaR tersebut. VaR adalah suatu nilai kerugian moneter yang mungkin dialami dalam jangka
waktu yang telah ditentukan.
Metoda untuk perhitungan
VaR
Dimana :
Pz0,95 : tingkat kepercayaan sebesar 95%
σ : volatilitas return aset tunggal
√𝑡 : periode waktu
Historical Simulation Method
Dimana:
𝑉𝑎𝑅(1−𝛼) : potensi kerugian maksimal
𝜇(𝑅) : nilai rata-rata Return
𝑅𝛼 : rugi maksimum 𝛼 tertentu
Monte Carlo Simulation Method
Dimana :
VaR : Potensi kerugian maksimal
μ : Besarnya nilai rata-rata return
Z : Tingkat Kepercayaan
σ : Standar Deviasi
Jadi Variance-covariance approach memiliki keunggulan dari sisi
kemudahan komputasi dan implementasi, sedangkan Historical Simulation
Method, dan Monte Carlo Simulation Method memiliki keunggulan akurasi
namun memiliki kelemahan dari sisi komputasi karena memerlukan simulasi
risk factors yang cukup banyak khususnya monte carlo simulation. Metoda
historical simulation method memiliki keunggulan dibanding monte carlo
simulation karena komputasi yang relatif lebih mudah (intermediate) dan
tidak menghadapi problem model risk.
Contoh soal 1
Selama 6 bulan terakhir terjadi tiga kali karyawan perusahaan demo. Kerugian yang
diderita dari akibat demo tersebut adalah :
Peristiwa (i) Kerugian
1 Rp. 10.000.000
2 Rp. 15.000.000
3 Rp. 5.000.000
Jika karyawan demo lagi, berapa maksimal kerugian yang akan diderita perusahaan
dengan tingkat keyakinan 95% ?
Urutan pengerjaan
1. Resiko : Karyawan demo
2. Data historis
Peristiwa (i) Kerugian
1 Rp. 10.000.000
2 Rp. 15.000.000
3 Rp. 5.000.000
3. Rata-rata
= 10.000.000 + 15.000.000 + 5.000.000 = 10.000.000
4. Deviasi standart
(10−10)2 +(15−10)2 +(5−10)2
5. S= =5
3−1
RISK RETURN
PERHITUNGAN
Value At Risk
Dapat dilihat pada tabel 1.1 nilai risiko saham Gudang Garam selama
periode penelitian dengan tingkat keyakinan 95% adalah sebesar 0,0328027
atau diperkirakan tidak akan melebihi Rp16.401.371 apabila investor
berinvestasi sebesar Rp 500.000.000. Sedangkan HM Sampoerna memiliki
nilai risiko sebesar 0,0254078 atau diperkirakan tidak akan lebih dari
Rp12.888.118 atau dapat diartikan estimasi kerugian maksimum yang akan
diperoleh.
Analisis Perhitungan Simulasi Monte
Carlo
Pada metode ini, nilai return aset yang berdistribusi normal disimulasikan dengan
membangkitkan secara random nilai-nilai return acak dengan menggunakan parameter mean
dan standar deviasi dari masing-masing return aset.
Tabel 1.2 menunjukan rata-rata return dan standar deviasi yang diperoleh dari return
Gudang Garam dan HM Sampoerna dari 1 September 2014 sampai 1 September 2016, yang
nantinya nilai tersebut digunakan sebagai parameter untuk membangkitkan nilai return
secara acak. Selanjutnya, dengan menggunakan rata-rata return dan standar deviation of
return sebagai parameter simulasi, maka simulasi untuk membangkitkan nilai return secara
acak sebanyak 1000 kali dapat diperoleh dengan bantuan fungsi =norminv(rand(); mean;
standard_dev) pada Microsoft Excel. Dimana fungsi =rand() adalah angka acak yang lebih
besar dari 0 dan lebih kecil dari 1.
Setelah simulasi dilakukan sebanyak 1000 kali dan memperoleh data-data return dari hasil
simulasi tersebut, maka rata-rata return dapat diperoleh dengan bantuan fungsi
=AVERAGE(number1; [number2]; ...) dimana number1 adalah simulasi return ke-1,
number2 simulasi return ke-2 dan seterusnya hingga simulasi ke- 1000. Setelah nilai rata-
rata return didapatkan dan tingkat kepercayaan ditentukan 95% (1,645), VaR masingmasing
aset dihitung dengan menggunakan rumus:
𝑉𝑎𝑅 = μ − (Z × σ)
Dimana :
VaR : Potensi kerugian maksimal
μ : Besarnya nilai rata-rata return
Z : Tingkat Kepercayaan
σ : Standar Deviasi
Tabel 1.3 menunjukan perolehan nilai VaR dengan menggunakan simulasi Monte Carlo. Dapat dilihat pada tabel
bahwa nilai VaR Gudang Garam adalah 3,52% artinya jika investor menginvestasikan dana awal sebesar
Rp500.000.000 maka ini dapat diartikan ada keyakinan 95% bahwa kerugian yang akan dialami investor tidak
melebihi Rp17.612.977. Sedangkan untuk HM Sampoerna memiliki nilai VaR 3,14%, artinya ini dapat diartikan
ada keyakinan 95% bahwa kerugian yang akan dialami investor tidak melebihi Rp15.695.502 jika investor
menginvestasikan dana awal sebesar Rp500.000.000.
Pada tabel 1.4 dapat dilihat hasil perhitungan VaR dengan metode simulasi Historis dan Monte Carlo
dapat disimpulkan bahwa dari kedua perusahaan rokok yang diteliti periode 1 September 2014 sampai 1 September
2016 yang memiliki nilai risiko lebih besar adalah Gudang Garam dilihat dari nilai risiko pada kedua metode
pengukuran VaR.
Dari hasil perhitungan kedua metode, Simulasi Monte Carlo memberikan hasil yang lebih besar
dibandingkan Simulasi Historis, hal ini dikarekan metode simulasi Monte Carlo melakukan iterasi yang berulang
ulang dengan mengikutsertakan pembangkitan bilangan acak dan banyak mensintesiskan data sehingga sample
data menjadi lebih banyak yang membuat perhitungan semakin besar.
Dari hasil perhitungan kedua metode, Simulasi Monte Carlo memberikan hasil yang lebih besar
dibandingkan Simulasi Historis, hal ini dikarekan metode simulasi Monte Carlo melakukan iterasi yang berulang
ulang dengan mengikutsertakan pembangkitan bilangan acak dan banyak mensintesiskan data sehingga sample
data menjadi lebih banyak yang membuat perhitungan semakin besar.
Apa itu Volatility
■ Volatilitas adalah pengukuran statistik untuk fluktuasi harga selama periode
tertentu (Firmansyah, 2006).
■ Menunjukkan penurunan dan peningkatan harga dalam periode yang pendek dan
tidak mengukur tingkat harga, namun derajat variasinya dari satu periode ke
periode berikutnya. Mengingat volatilitas dapat direpresentasikan dengan
simpangan baku (standard deviation), publik juga mempersepsikan volatilitas
sebagai risiko. Semakin tinggi tingkat volatilitas, semakin tinggi pula tingkat
ketidakpastian dari imbal hasil (return) saham yang dapat diperoleh. Salah satu dari
sepuluh prinsip manajemen keuangan menyatakan bahwa investor tidak akan mau
mengambil risiko yang lebih tinggi kecuali apabila dapat memperoleh kompensasi
berupa return yang lebih tinggi (high risk, high return) (Keown et al., 2003).
Jenis Volatilitas saham
Historical Volatility
Untuk dapat mengetahui masa depan maka perlu mempelajari masa lalu. Hal ini dilakukan dengan
membuat suatu permodelan dengan teori pricing berdasarkan data masa lalu untuk dapat meramalkan
volatilitas pada masa yang akan datang. Terdapat bermacam-macam pilihan dalam menghitung historical
volatility, namun sebagian besar metode bergantung pada pemilihan dua paremeter, yaitu periode historis
dimana volatilitas akan dihitung, dan interval waktu antara perubahan harga. Periode historis dapat berupa
jadi empat belas hari, enam bulan, lima tahun, atau lainnya. Interval waktu dapat berupa harian, mingguan,
bulanan, atau lainnya. Future volatility dan historical volatility terkadang disebut sebagai realized volatility.
Forecast Volatility
Seperti halnya terdapat jasa yang berusaha meramalkan pergerakan arah masa depan harga suatu kontrak
demikian juga terdapat jasa yang berusaha meramalkan volatilitas masa depan suatu kontrak. Peramalan
bisa jadi untuk suatu periode, tetapi biasanya mencakup periode yang identik dengan sisa masa option dari
underlying contract.
Implied Volatility
Umumnya future, historical, dan forecast volatility berhubungan dengan underlying contract. Implied
volatility merupakan volatilitas yang harus kita masukkan ke dalam model teoritis pricing untuk
menghasilkan nilai teoritis yang identik dengan harga option di pasar.
Seasonal Volatility
Komoditas pertanian tertentu seperti jagung, kacang, kedelai, dan gandum sangat sensitif terhadap faktor-
faktor volatilitas yang muncul dari kondisi cuaca musim yang jelek. Oleh karena itu berdasarkan faktor-faktor
tersebut seseorang harus menetapkan volatilitas yang tinggi pada masa-masa tersebut.
Volatilitas yang tinggi menunjukan harga saham bergerak naik dan turun secara cepat.
Semakin tinggi volatilitas, maka potensi return akan semakin tinggi. Volatilitas yang
rendah menunjukkan kestabilan nilai return, akan tetapi umumnya returnnya tidak
terlalu tinggi. Secara matematis,volatilitas harga untuk setiap saham ditunjukkan
dengan rumus berikut (Parkinson,1980) :
Keterangan :
PV = Volatilitas harga saham
Ht = harga saham tertinggi pada periode t
Lt = harga saham terendah pada periode t
n = jumlah observasi