Anda di halaman 1dari 25

Dermatitis Seboroik

Pembimbing :
dr. EndangTri Wahyuni , Sp. KK, M. Kes

Disusun Oleh:
Muhammad Iqbal Hidayatullah
2013730070
definisi
 Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamatoir kulit yang
biasanya di mulai pada kulit kepala dan kemudian menjalar ke
muka,kuduk leher dan badan.
 Dermatitis seboroik di pakai untuk segolongan kulit yang
didasari oleh faktor konstusi dan tempat predileksi di
tempat2 seboroik
 Dermatitis seboroik menyerang 2% - 5% populasi.
Dermatitis seboroik dapat menyerang bayi pada tiga
bulan pertama kehidupan dan pada dewasa pada umur
30 hingga 60 tahun. Insiden memuncak pada umur
18–40 tahun. DS lebih sering terjadi pada pria daripada
wanita.
Etiologi
Penyebabnya belum diketahui pasti. Hanya
didapati aktivitas kelenjar sebasea berlebihan.
 Pengaruh hormon Dermatitis seboroik dijumpai
pada bayi dan pada usia pubertas.
 Jamur Pityrosporum ovale
 Faktor disangka sebagai penyebab penyakit ini
seperti ;
 Iklim
 Genetik (1.2) merupakan kelainan konstitusi
berupa stasus seboroik ( seborrhoeic state )
yang rupanya diturunkan, diperkirakan juga
dapat mempengaruhi onset dan derajat
penyakit.2,3.
 Lingkungan
 Hormon
 Neurologik
Pityrosporum ovale
PATOGENESIS

– Penyakit ini berhubungan dengan kulit yang


berminyak (seborrhea).
– Kelenjar sebasea tersebut aktif pada bayi baru
lahir, kemudian menjadi tidak aktif selama 9-12
tahun.
– Tempat terjadinya dermatitis seboroik cenderung
pada daerah wajah, telinga, kulit kepala dan
batang tubuh bagian atas yang sangat kaya akan
kelenjar sebasea.
– Pertumbuhan P.ovale yang berlebihan dapat
mengakibatkan reaksi inflamasi, melalui aktivasi
sel limfosit T dan sel Langerhans.
– Pada orang yang telah mempunyai factor
predisposisi, timbulnya D.S. dapat disebabkan
oleh faktor kelelahan, stress, emosional, infeksi,
atau defisiensi imun.
PREDILEKSI
• Pada daerah berambut karena banyak kelenjar
sebasea, ialah :
– Bayi
• Ada 3 bentuk, yaitu cradle cap, glabrous (daerah lipatan
dan tengkuk) dan generalisata (penyakit Leiner) yang
terbagi menjadi familial dan non-familial.3
– Orang dewasa
• Berdasarkan daerah lesinya DS terjadi pada kulit kepala
(pitiriasis sika dan inflamasi), wajah (blefaritis marginal,
konjungtivitis, pada daerah lipatan/ sulcus nasolabial,
area jenggot, dahi, alis), daerah fleksura (aksilla, infra
mamma, umbilicus, intergluteal, paha), badan
(petaloid, pitiriasiform) dan generalisata (eritroderma,
eritroderma eksoliatif), retroaurikula, telinga, dan
dibawah buah dada.
DISTRIBUSI
• Distribusinya biasanya Bilateral dan simetris
berupa bercak ataupun plakat dengan batas
yang tidak tegas, eritem ringan dan sedang,
skuama berminyak dan kekuningan. Ruamnya
berbeda-beda, sering ditemukan pada kulit
yang berminyak. Ruamnya berupa skuama
yang berminyak,berwarna kekuningan, dengan
batas yang tak jelas dan dasar berwarna
merah (eritem).
 Kelainan kulit terdiri atas eritema dan
skuama yang berminyak dan agak
kekuningan, batasnya agak kurang tegas.
 Dermatitis seboroik pada bayi
 Pada kepala disebut cradle crap, dengan
krusta tebal, pecah-pecah dan berminyak
tanpa ada dasar kemerahan dan
kurang/tidak gatal
 Pada lokasi lain seperti lipatan belakang
telinga, dan leher, lesi tampak kemerahan
atau merah kekuningan yang tertutup
dengan skuama yang berminyak, kurang /
tidak gatal.
 Leiner’s disease
Penyakit ini biasanya dimulai dari bagian sekitar
anus dan daerah ketiak, lalu terlihat kulit
terkelupas, area intertriginosa, leher, dan
ekstremitas. Awal mulanya ditemukan infalmasi
kemerahan yang menyebar, meliputi seluruh
tubuh. Pada faktanya, dalam proses yang terjadi
akan terjadi penipisan dari kulit. Kulit kepala
terlihat krusta tipis dan kulit yang hancur.
Terdapat pembesaran kelenjar.
 Dermatitis seboroik pada dewasa
 Pada dermatitis seboroik ringan, hanya didapati
skuama pada kulit kepala.
 Dermatitis seboroik berat dapat mengenai alis mata,
kening, pangkal hidung, sulkus nasolabialis,
belakang telinga, daerah prestenal, dan daerah di
antara skapula.
 Pada bentuk yang lebih berat lagi seluruh kepala
tertutup oleh krusta-krusta yang kotor, dan berbau
tidak sedap.
 Jika meluas dapat menjadi eritroderma, pada bayi
disebut penyakit Leiner.
 Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien
dermatitis seboroik adalah pemeriksaan histopatologi.

 Gambaran histopatologi tergantung dari stadium


penyakit. Pada bagian epidermis. Dijumpai
parakeratosis dan akantosis. Pada korium, dijumpai
pembuluh darah melebar dan sebukan perivaskuler.
Diagnosis Banding

 Psoriasis predileksi didaerah eksentor ( lutut, siku dan


punggung ) dan kulit kepala.
 Pitiriasis rosea  distribusi kelainan kulit simetris dan
terbatas pada tubuh dan bagian proksimal anggota
badan.skuamanya halus dan tidak berminyak.
 Tinea  tinea kapitis, dijumpai alopesia, kadang-
kadang dijumpai keroin.
 Dermatitis atopik bentuk infantil dapat menyerupai D.S.
muka
Diagnosis Banding

 Kandidosis menyerupai D.S. pada lipatan paha dan


perianal.
 Otomikosi dan otitis eksterna menyerupai D.S. yang
menyerang saluran telinga luar.
 SLE adalah penyakit yang basanya bersifat akut,
multisistemik dan menyerang jaringan konektif dan
vaskular.
 Kasus-kasus yang telah mempunyai faktor
konstitusi agar sukar disembuhkan, meskipun
penyakitnya dapat dikontrol.
 Topikal
 Digunakan sampo yang mengandung sulfur atau asam
salisil dan selenium sulfid 2 %, 2-3 kali seminggu
selama 5-10 menit. Atau dapat diberikan sampo yang
mengandung sulfur, asam salisil, zing pirition 1-2 %.
 Salep yang mengandung asam salisil 2 %, sulfur 4 %,
dan ter 2 %, ketokonazol.
 Pada bayi diberikan asam salisil 3-5% dalam minyak
mineral.
 Sistemik
 Dapat diberikan anti histamin ataupun sedatif.

 Terapi oral yang menggunakan dosis rendah dari


preparat hemopoetik yang mengandung potasium
bromida, sodium bromida, nikel sulfat dan sodium
klorida dapat memberikan perubahan yang berarti
dalam penyembuhan DS dan dandruff setelah
penggunaan setelah 10 minggu.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai