Anda di halaman 1dari 90

UPAYA-UPAYA KESEHATAN

DOSEN : MUKHADIONO, SST.,MH


Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan
berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit dan pe
mulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
Puskesmas mempunyai hubungan koordinatif, kooperatif dan
fungsional dengan sarana pelayanan kesehatan lain. Puskesmas
wajib berpartisipasi dalam penanggulangan bencana, wabah
penyakit, pelaporan penyakit menular dan penyakit lain yang
ditetapkan oleh tingkat nasional dan daerah serta dalam
melaksanakan program prioritas pemerintah
UPAYA-UPAYA KESEHATAN
MENURUT UNDANG-UNDANG NO.36
TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN
BAB I Dalam ketentuan umum
Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spIritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
2. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk
dana, tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat
kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi
yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan
yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.
3. Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan
yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
4. Sediaan . . . - 3 - 4. Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat,
obat tradisional, dan kosmetika.
5. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau
implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk
mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi
tubuh.
6. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
7. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan/atau masyarakat.
8. Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk
biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.
9. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang
berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
10. Teknologi kesehatan adalah segala bentuk alat dan/atau
metode yang ditujukan untuk membantu menegakkan diagnosa,
pencegahan, dan penanganan permasalahan kesehatan
manusia.

11. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau


serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintregasi
dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan
pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.
12. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih
mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.
13. Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan
pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.
14. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan
agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
15. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke
dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota
masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat
semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.
16. Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan
dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada
pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris
yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat.
17. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
Pemerintah Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
PERKEMBANGAN DAN PROGRAM PUSKESMAS

Batasan
1) Upaya Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan
No. 23 Tahun 1992 adalah setiap kegiatan untuk meningkatkan
dan memelihara kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan
atau masyarakat. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan
dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), pemulihan kesehatan(rehabilitatif) yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.
2) Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud,
dilaksanakan melalui kegiatan :
(1) kesehatan keluarga (2) perbaikan gizi (3) pengamanan
makanan dan minuman (4) kesehatan lingkungan (5) kesehatan
kerja (6) kesehatan jiwa (7) pemberantasan penyakit
(8)penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
(9) penyuluhan kesehatan masyarakat (10) pengamanan
sediaan farmasi dan alat kesehatan (11) pengamanan zat adiktif
(12) kesehatan sekolah (13) kesehatan olahraga (14) pengobatan
tradisional (15) kesehatan matra.
Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud
didukung oleh sumber daya kesehatan.
3) Menurut buku “Pedoman
Kerja Puskesmas” Jilid I yang diterbitkan oleh Depkes RI. (1990)
Upaya Kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas dalam bentuk
Usaha Pokok Puskesmas adalah (1) Kesejahteraan Ibu dan Anak
(2) Keluarga Berencana (3) Peningkatan Gizi (4) Kesehatan
Lingkungan (5)Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular (6) Pengobatan termasuk Pelayanan Darurat karena
Kecelakaan (7) Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (8) Kesehatan
Sekolah (9) Kesehatan Olahraga (10) Perawatan Kesehatan
Masyarakat (11) Kesehatan Kerja (12)
Kesehatan Gigi dan Mulut (13) Kesehatan Jiwa (14) Kesehatan
Mata (15) Laboratorium Sederhana (16) Pencatatan dan
Pelaporan dalam rangka Sistem Informasi Kesehatan
(17)Kesehatan Lanjut Usia (18) Pembinaan Pengobatan
Tradisional.
4) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987,
urusan dan atau sarana kesehatan yang secara nyata telah
dilaksanakan dan dimiliki oleh daerah sebagai urusan rumah
tangga sendiri dinyatakan telah diserahkan menjadi urusan
daerah. Kepala daerah diserahkan urusan upaya pelayanan
kesehatan dasar dan upaya pelayanan rujukan. Urusan yang
diserahkan sebagaimana dimaksud diselenggarakan melalui
kegiatan yang
meliputi: (1) Kesejahteraan Ibu dan Anak serta
Keluarga Berencana
(2) Perbaikan Gizi
(3) Hygiene dan Sanitasi
(4) Penyehatan Lingkungan Pemukiman
(5) Pencegahan Penyakit dan Pemberantasan Penyakit
(6)Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
(7)Pengobatan termasuk pelayanan kesehatan karena
kecelakaan
(8) Kesehatan sekolah
(9) Perawatan kesehatan masyarakat (10) Kesehatan gigi dan
mulut (11) Laboratorium sederhana (12) Pengamatan penyakit
(13) Pembinaan dan pengembangan peran serta masyarakat (14)
Pelayanan medik (15) Rehabilitasi medik (16) Perawatan (17)
Kesehatan rujukan (18) Pengadaan obat dan alat kesehatan.
Upaya Kesehatan menurut SKN 2004
Sub Sistem Upaya menurut SKN Tahun 2004

1) Pengertian
Subsistem upaya kesehatan adalah tatanan yang menghimpun
berbagai upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya
kesehatan perorangan (UKP) secara terpadu saling
mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya.
2) Tujuan
Tujuan
subsistem upaya kesehatan adalah terselenggaranya upaya
kesehatan yang tercapai (accessible), terjangkau (affordable),
dan bermutu (quality) untuk menjamin terselnggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.

3) Unsur-Unsur Utama
Subsistem
upaya kesehatan terdiri dari dua utama, upaya kesehatan
masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP).
a) UKM adalah
setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan di masyarakat. UKM mencakup
upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan,
pemberantasan penyakit menular, kesehatan jiwa, pengendalian
tidak menular, penyehatan lingkungan, dan penyediaan sanitasi
dasar, perbaikan gizi masyarakat, pengamanan sediaan
farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan bahan zat
adiktif dan bahan berbahaya serta penanggulangan bencana dan
bantuan kemanusiaan.
b) UKP adalah
setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.
UKP mencakup upaya promosi kesehatan, pencegahan penyakit,
pengobatan rawat jalan, pengobatan rawat inap, pembatasan
dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap perorangan.
Dalam UKP juga termasuk pengobatan tradisionaldan alternatif
serta pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika.
c) Kedua upaya
kesehatan tersebut bersinergi dan dilengkapi dengan berbagai
upaya kesehatan penunjuang. Upaya penunjang untuk UKM
antara lain adalah pelayanan laboratorium kesehatan masyarakat
dan pelayanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan
perbekalan kesehatan lainnya. Sedangkan upaya penunjang
untuk UKP antara lain adalah layanan laboratorium klinik,
apotek, optik, dan toko obat.
4) Prinsip
Penyelenggaraansubsistem upaya kesehatan mengacu pada prinsip-
prinsip sebagai berikut :
a) UKM terutama diselenggarakan oleh pemerintah dengan perak
aktif masyarakat dan swasta.
b) UKP diselenggarakan oleh masyarakat, swasta, dan pemerintah.
c) Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh swasta
harusmemperhatikan fungsi sosial.
d) Penyelenggaraan upaya kesehatan harus bersifat menyeluruh,
terpadu, berkelanjutan, terjangkau, berjenjang, profesional, dan
bermutu.
e) Penyelenggaraan upaya kesehatan, termasuk pengobatan
tradisional dan alternatif, harus tidak bertentangan dengan kaidah
ilmiah.
f) Penyelenggaraan upaya kesehatan harus sesuai dengan nilai
dan norma sosial budaya, moral, dan etika profesi.
5) Bentuk Pokok
a Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
(1) UKM Strata Pertama
UKM Strata Pertama adalah UKM tingkat dasar, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
dasar yang ditujukan kepada masyarakat.
Ujung tombak penyelenggara UKM adalah
Puskesmas yang didukung secara lintas sektor dan didirikan
sekurang-kurangnya satu di setiap kecamatan. Puskesmas
bertanggung jawab atas masalah kesehatan di
wilayah kerjanya.
Terdapat tiga fungsi utama Puskesmas, yaitu sebagai
(1) Pusat Penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
(2) pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan (3) pusat
pelayanan kesehatan tingkat dasar.

Sekurang-kurangnya ada enam jenis pelayanan tingkat dasar


yang harus dilakukan oleh Puskesmas, yakni (1) promosi
kesehatan (2) kesehatan ibu dan anak, dan keluarga berencana
(3) perbaikan gizi (4) kesehatan lingkungan (5) pemberantasan
penyakit menular (6) pengobatan dasar.
(2) UKM Strata
Kedua UKM strata kedua adalah UKM tingkat
lanjutan, yaitu yang mendayagunakan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik yang ditujukan kepada masyarakat.
Penanggung jawab UKM strata kedua adalah
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mempunyai dua
fungsi utama, yaitu fungsi manajerial dan fungsi teknis
kesehatan.
(3) UKM Strata Ketiga
UKM strata ketiga adalah UKM tingkat unggulan, yaitu
yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan
subspesialistik yang ditujukan kepada masyarakat.
Penanggung jawab UKM strata ketiga adalah
Dinas Kesehatan dan Departemen Kesehatan Provinsi
yang didukung oleh secara lintas sektor. Dinas
Kesehatan dan Departemen Kesehatan Provinsi
mempunyai dua fungsi utama, yaitu fungsi manajerial
dan fungsi teknis kesehatan.
b Usaha Kesehatan Perseorangan (UKP)
(1) UKP Strata
Pertama UKP Strata Pertama adalah UKP tingkat dasar, yaitu
yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan dasar yang ditujukan kepada perorangan.
Penyelenggara UKP strata pertama adalah pemerintah,
masyarakat, dan swasta yang diwujudkan melalui berbagai
bentuk pelayanan profesional, seperti praktek bidan, balai
pengobatan, praktek dokter,
praktek dokter gigi, poliklinik, balai pengobatan, praktek
dokter/klinik 24 jam, praktek bersama dan rumas bersalin.
(2) UKP Strata Kedua
UKP strata kedua adalah UKP tingkat lanjutan, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik yang ditujukan kepada perorangan.
Penyelenggara UKP strata kedua adalah pemerintah,
masyarakat, dan swasta yang diwujudkan dalam bentuk praktis
dokter spesialis, praktek dokter gigi spesialis, klinik spesialis,
balai pengobatan penyakit paru-paru (BP4), balai kesehatan
mata masyarakat (BKMM), balai kesehatan jiwa masyarakat
(BKJM), rumah sakit kelas C dan B non pendidikan
milik pemerintah, dan rumah sakit swasta.
(3) UKP Strata Ketiga
UKP strata ketiga adalah UKP tingkat unggulan, yaitu
yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan
teknologi kesehatan
subspesialistik yang ditujukan kepada masyarakat.
Penyelenggara UKP strata ketiga adalah
pemerintah, swasta, dan masyarakat yang diwujudkan
bentuk praktek dokter spesialis konsultan, praktek
dokter gigi spesialis konsultan, klinik spesialis
konsultan, rumah sakit kelas B pendidikan dan kelas A
milik pemerintah, serta rumah sakit khusus dan rumah
sakit swasta.
c Upaya Kesehatan menurut SKN 1982
Upaya kesehatan dilaksanakan dan dikembangkan
berdasarkan suatu bentuk atau pola upaya kesehatan
masyarakat, peran serta masyarakat dan rujukan upaya
kesehatan
1) Upaya Kesehatan Puskesmas
Upaya kesehatan melalui Puskesmas di Kecamatan merupakan
upaya menyeluruh dan terpadu, yang paling dekat dengan
masyarakat. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan,
penyembuhan, dan pemulihan. Di lapangan atau tingkat desa
upaya ini merupakan suatu jaringan yang saling berkaitan
dengan upaya masyarakat dalam berbagai bentuk dalam
koordinasi lembaga ketahanan masyarakat desa.
Dalam kaitan ini peranan Puskesmas adalah sebagai suatu unit
organisasi kesehatan secara menyeluruh dan terpadu di wilayah
kerjanya. Puskesmas harus dapat mengkoordinasikan atau mengatur
upaya swasta dan perorangan dalam bidang kesehatan.
a) Pelayanan upaya kesehatan
Pelayanan upaya kesehatan di Puskesmas dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan pokok, yaitu kesejahteraan ibu dan anak serta
keluarga berencana, peningkatan gizi, kesehatan lingkungan,
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, pengobatan
termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan, penyuluhan kesehatan
masyarakat,
kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, perawatan kesehatan
masyarakat, kesehatan gigi dan mulut, kesehatan jiwa, kesehatan
mata, laboratorium sederhana, pencatatan dan pelaporan dalam
rangka sistem informasi kesehatan.
Kegiatan pokok ini akan terus dikembangkan secara bertahap
sesuai dengan kebutuhannya.
Beberapa Puskesmas tertentu sesuai dengan perkembangan
akan dilengkapi dengan sarana rawat tinggal sementara dan unit
pertolongan pertama pada keadaan darurat/gawat.
b) Pembinaan upaya kesehatan
Pelaksanaan pelayanan upaya kesehatan di wilayahnya perlu
dibina atau dikelola oleh Puskesmas, termasuk pembinaan peran
serta masyarakat. Puskesmas melakukankoordinasi terhadap
semua upaya dan sarana pelayanan yang ada di wilayah
kerjanya sesuai dengan kewenangannya. Dari segi rujukan,
Puskesmas menerima rujukan dari masyarakat di sekitarnya yang
dapat memanfaatkannya secara langsung atau melalui
Puskesmas Pembantu.
c) Pengembangan upaya kesehatan
Di samping pelayanan dan pembinaan, dilaksanakan
pula pengembangan upaya kesehatan.
Tabel Perbandingan Kegiatan Upaya Kesehatan
RP3JPK UU No. 23 Th. PP No. 7 Th. 18 Usaha Pokok
1992 1987 Puskesmas

1. Peningkatan 10. Pengamanan 1. Kesejahteraan 1. Peningkatan


kesejahteraan ibu sediaan farmasi dan Ibu dan anak serta kesejahteraan ibu
dan anak (KIA) alat kesehatan keluarga berencana dan anak (KIA)
2. Peningkatan 11. Pengamanan zat 2. Perbaikan gizi 2. Peningkatan upaya
upaya keluarga adiktif 3. Hygiene dan keluarga berencana
berencana (KB) 12. Kesehatan sanitasi (KB)
3. Perbaikan gizi sekolah 4. Penyehatan 3. Upaya Perbaikan
4. Peningkatan 13. Kesehatan lingkungan gizi
kesehatan olah raga pemukiman 4. Kesehatan
lingkungan 14. Pengobatan 5. Pencegahan lingkungan
5. Pencegahan tradisional penyakit dan 5. Pencegahan dan
danpemberantasan 15. Kesehatan pemberantasan pemberantasan
penyakit khususnya mantra penyakit penyakit menular
melalui imunisasi 6. Penyuluhan 6. Pengobatan
dan pengamatan kesehatan termasuk pelayanan
penyakit masyarakat darurat karena
kecelakaan
6. Penyuluhan 7. Pengobatan 7. Penyuluhan
kesehatan termasuk kesehatan
masyarakat pelayanan masyarakat
7. Pengobatan, kesehatan karena 8.Kesehatan
termasuk kecelakaan sekolah
penanggulangan 8. Kesehatan 9. Kesehatan
kecelakaan sekolah olahraga
8. Perawatan 9. Perawatan 10. Perawatan
kesehatan kesehatan kesehatan
masyarakat masyarakat masyarakat
9. Peningkatan 10. Kesehatan gigi 11. Kesehatan
usaha kesehatan dan mulut kerja
sekolah 11. Laboratorium 12. Kesehatan gigi
10 Peningkatan sederhana dan mulut
kesehatan gigi dan
mulut
11. Peningkatan 12. Pengamatan 13. Kesehatan jiwa
kesehatan jiwa penyakit 14. Kesehatan
12. Pemeriksaan 13. Pembinaan dan mata
laboratorium pengembangan 15. Laboratorium
sederhana peran serta sederhana
13. Pencataan dan masyarakat 16. Pencatatan dan
pelaporan. 14. Pelayanan pelaporan dalam
14. Kesehatan medik rangka sistem
keluarga 15. Rehabilitasi informasi
15. Perbaikan gizi medik kesehatan
16. Pengamanan 16. Perawatan 17. Kesehatan
makanan dan 17. Kesehatan lanjut usia
minuman rujukan 18. Pembinaan
17. Kesehatan 18. Pengadaan pengobatan
lingkungan obat tradisional
18. Kesehatan dan alat
kerja kesehatan
19. Kesehatan jiwa
20. Pemberantasan
penyakit
21. Penyembuhan
penyakit dan
pemulihan
kesehatan
22. Penyuluhan
kesehatan
masyarakat
Tabel Subsistem dan Pokok Upaya Kesehatan dalam
SKN 2004 dan SKN 1982 serta Pelayanan Kesehatan
Dasar
SKN 2004 SKN 1982

Subsistem SKN: Upaya kesehatan yang diprioritraskan


1. Subsistem upaya kesehatan menurut SKN
2. Subsistem pembiayaan kesehatan (Bagian RPJPK):
3. Subsistem sumber daya manusia 1. Peran serta masyarakat dan kerjasama
kesehatan lintas sektoral
4. Subsistem obat dan perbekalan 2. Pendidikan masyarakat
kesehatan 3. Kesakitan dan kematian yang tinggi
5. Subsistem pemberdayaan masyarakat 4. Pelaksanaan upaya kesehatan
6. Subsistem manajemen kesehatan 5. Manajemen upaya kesehatan
6. Sumberdaya kesehatan, terutama
tenaga dan biaya kesehatan
7. Hal-hal yang dapat menyebabkan
cacat fisik dan gangguan jiwa
Fungsi Puskesmas: Pokok upaya kesehatan yang
Terdapat tiga fungsi utama Puskesmas, dilakasanakan :
yaitu sebagai: 1. Peningkatan upaya kesehatan
1. Sebagai pusat penggerak 2. Perbaikan gizi
pembangunan berwawasan kesehatan 3. Peningkatan kesehatan lingkungan
2. Pusat pemberdayaan masyarakat di 4. Pencegahan dan pemberantasan
bidang kesehatan penyakit
3. Pusat pelayanan kesehatan tingkat 5. Peningkatan kesehatan kerja
dasar 6. Pengendalian pengadaan, pengaturan
Jenis pelayanan kesehatan tingkat dasar: dan pengawasan obat, makanan dan
1. Promosi kesehatan sebagainya
2. Kesehatan ibu dan anak, serta keluarga 7. Peningkatan manajemen dan hukum
berencana 8. Pengembangan tenaga kesehatan
3. Perbaikan gizi 9. Penelitian dan pengembangan
4. Kesehatan lingkungan kesehatan
5. Pemberantasan penyakit menular
6. Pengobatan dasar
UPAYA DAN AZAS PENYELENGGARAAN PUSKESMAS
Menurut
SK Menteri Kesehatan No. 128/Menkes/SK/II/2004

a Upaya Untuk
Tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas
yakni terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat,
Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan
upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat,
yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional
merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya
ketahanan tersebut dikelompokkan menjadi dua, yakni:
1) Upaya Kesehatan Wajib
Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan komitmen nasional, regional dan global serta
mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat
kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib ini harus
diselenggarakan oleh setiap Puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia.
Upaya kesehatan wajib tersebut adalah :
a) Upaya promosi kesehatan
b) Upaya kesehatan lingkungan
c) Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d) Upaya perbaikan gizi masyarakat
e) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f) Upaya pengobatan
2) Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan Puskesmas adalah upaya yang
ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di
masyarakat serta disesuaikan dengan kemampuan Puskesmas. Upaya
kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok
Puskesmas yang telah ada yaitu:
a) Upaya kesehatan sekolah
b) Upaya kesehatan olahraga
c) Upaya perawatan kesehatan masyarakat
d) Upaya kesehatan kerja
e) Upaya kesehatan gigi dan mulut
f) Upaya kesehatan jiwa
g) Upaya ksehatan mata
h) Upaya ksehatan lanjut usia
i) Upaya ksehatan pengobatan tradisional
b Azas Penyelenggaraan
Penyelenggaraan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan harus menerapkan azas penyelenggaraan
Puskesmas secara terpadu. Azas penyelenggaraan Puskesmas
tersebut dikembangkan dari ketiga fungsi Puskesmas. Dasar
pemikirannya adalah pentingnya menerapkan prinsip dasar dari
setiap fungsi Puskesmas dalam menyelenggarakan setiap upaya
Puskesmas, baik upaya kesehatan wajib maupun
upaya kesehatan pengembangan.
Azas penyelenggaraan Puskesmas yang dimaksud adalah:
Azas Pertanggungjawaban Wilayah
Puskesmas bertanggung jawab meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang tinggal di wilayah kerjanya
2) Azas Pemberdayaan Masyarakat
Puskesmas wajib memberdayakan perorangan, keluarga dan
masyarakat, agar berperan aktif dalam penyelenggaraan
setiap upaya Puskesmas. Untuk ini, berbagai potensi
masyarakat perlu dihimpun melalui pembentukan Badan
Penyantun Puskesmas (BPP).
Beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Puskesmas
dalam rangka pemberdayaan masyarakat antara lain:
a) Upaya kesehatan ibu dan anak : Posyandu, Polindes,
Bina Keluarga Balita (BKB)
b) Upaya pengobatan : posyandu, Pos Obat Desa (POD)
c) Upaya perbaikan gizi : Posyandu, Panti
Pemulihan Gizi, Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi)
d) Upaya kesehatan sekolah: dokter kecil, penyertaan
guru dan orang tua/wali murid, Saka Bakti Husada (SBH), Pos
Kesehatan Pesantren (Poskestren)
e) Upaya kesehatan lingkungan: Kelompok Pemakai Air
(Pokmair), Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan (DPKL)
f) Upaya kesehatan lanjut usia: Posyandu Usila, Panti Werda
g) Upaya kesehatan kerja : Pos Upaya Kesehatan Kerja(Pos UKK)
h) Upaya kesehatan jiwa : Posyandu, Tim PelaksanaKesehatan
Jiwa Masyarakat
i) Upaya pembinaan pengobatan tradisional : Taman
Obat Keluarga (TOGA), Pembinaan Pengobat Tradisional (Batitra)
j) Upaya pembiayaan dan jaminan kesehatan (inovatif)
: dana sehat, Tabungan Ibu Bersalin, mobilisasi dana keagamaan.
3) Azas Keterpaduan
Untuk mengatasi keterbatasan sumberdaya serta diperolehnya hasil
yang optimal,penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas harus
diselenggarakan secara terpadu,jika mungkin sejak dari tahap
perencanaan. Ada dua keterpaduan yang diperhatikan, yakni:
a) Keterpaduan Lintas Program
Upaya memadukan penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan yang
menjadi tanggung jawab Puskesmas.
b) Keterpaduan Lintas Sektor
Upaya memadukan penyelenggaraan upaya Puskesmas dengan
berbagai program dari Kecamatan.
4) Azas Rujukan
Untuk membantu dan juga untuk meningkatkan efisiensi, maka
penyelenggaraan setiap upaya Puskesmas harus ditopang oleh azas
rujukan.
Rujukan
adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah
kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara
vertikal dalam arti dari satustrata sarana pelayanan kesehatan ke
strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun horizontal
dalam arti antar strata pelayanan kesehatan yang sama.
Sesuai dengan jenis upaya kesehatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas ada dua macam rujulan yang dikenal, yakni:
a) Rujukan Upaya Kesehatan Perorangan
Rujukan UKP dibedakan menjadi 3, yaitu :
(1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik,
pengobatan, tindakan medis dan lain-lain.
(2) Rujukan bahan pemeriksaan (spesimen) untuk
pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
(3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan
tenaga yang lebih kompeten untuk melakukan bimbingan tenaga
Puskesmas dan ataupun menyelenggarakan pelayanan medik di
Puskesmas.
b) Rujukan Upaya Kesehatan Masyarakat
Rujukan UKM dibedakan atas tiga macam, antara lain:
(1) Rujukan sarana dan logistik, antara lain
peminjaman alat fogging, peminjaman alat laboratorium kesehatan,
peminjaman alat audio visual, bantuan obat, vaksin, bahan-bahan
habis pakai dan bahan makanan.
(2) Rujukan tenaga, antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyidikan kejadian luar biasa, bantuan penyelesaian masalah hukum
kesehatan, penanggulangan gangguan kesehatan karena bencana
alam.
(3) Rujukan operasional adalah menyerahkan sepenuhnya
kewenangan dan tanggung jawab penyelesaian masalah kesehatan
masyarakat kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
3. UPAYA KESEHATAN WAJIB

A. UPAYA PROMOSI KESEHATAN


B. UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN
C. UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK SERTA KELUARGA
BERENCANA
Isu-isu penting S etiap tiga menit, di manapun di Indonesia, satu
anak balita meninggal dunia. Selain itu, setiap jam, satu
perempuan meninggal dunia ketika melahirkan atau karena
sebab-sebab yang berhubungan dengan kehamilan. Peningkatan
kesehatan ibu di Indonesia, yang merupakan Tujuan
Pembangunan Milenium (MDG) kelima, berjalan lambat dalam
beberapa tahun terakhir. Rasio kematian ibu, yang diperkirakan
sekitar 228 per 100.000 kelahiran hidup, tetap tinggi di atas 200
selama dekade terakhir, meskipun telah dilakukan upaya-upaya
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu. Hal ini
bertentangan dengan negara-negara miskin di sekitar Indonesia
yang menunjukkan peningkatan lebih besar pada MDG kelima
Indonesia telah melakukan upaya yang jauh lebih baik dalam
menurunkan angka kematian pada bayi dan balita, yang
merupakan MDG keempat. Tahun 1990-an menunjukkan
perkembangan tetap dalam menurunkan angka kematian
balita, bersama-sama dengan komponenkomponennya, angka
kematian bayi dan angka kematian bayi baru lahir. Akan tetapi,
dalam beberapa tahun terakhir, penurunan angka kematian
bayi baru lahir (neonatal) tampaknya terhenti. Jika tren ini
berlanjut, Indonesia mungkin tidak dapat mencapai target
MDG keempat (penurunan angka kematian anak) pada tahun
2015, meskipun nampaknya Indonesia berada dalam arah
yang tepat pada tahun-tahun sebelumnya.
Pola-pola kematian anak Sebagian besar kematian anak di
Indonesia saat ini terjadi pada masa baru lahir (neonatal),
bulan pertama kehidupan. Kemungkinan anak meninggal pada
usia yang berbeda adalah 19 per seribu selama masa
neonatal, 15 per seribu dari usia 2 hingga 11 bulan dan 10 per
seribu dari usia satu sampai lima tahun. Seperti di negara-
negara berkembang lainnya yang mencapai status pendapatan
menengah, kematian anak di Indonesia karena infeksi dan
penyakit anak-anak lainnya telah mengalami penurunan,
seiring dengan peningkatan pendidikan ibu, kebersihan rumah
tangga dan lingkungan, pendapatan dan akses ke pelayanan
kesehatan. Kematian bayi baru lahir kini merupakan
hambatan utama dalam menurunkan kematian anak lebih
lanjut.
. Survei Demografi dan Kesehatan 2007 (SDKI 2007)
menunjukkan bahwa baik angka kematian balita
maupun angka kematian bayi baru lahir telah
meningkat pada kurve tertinggi, tetapi alasannya tidak
jelas. Meskipun rumah tangga perdesaan masih
memiliki angka kematian balita sepertiga lebih tinggi
daripada angka kematian balita pada rumah tangga
perkotaan, tetapi sebuah studi menunjukkan bahwa
angka kematian di perdesaan mengalami penurunan
lebih cepat daripada angka kematian di perkotaan, dan
bahwa kematian di perkotaan bahkan telah
Menjadi cepat, sehingga menyebabkan kepadatan penduduk
yang berlebihan, kondisi sanitasi yang buruk pada penduduk
miskin perkotaan, yang diperburuk oleh perubahan dalam
masyarakat yang telah menyebabkan hilangnya jaring pengaman
sosial tradisional. Kualitas pelayanan yang kurang optimal di
daerah-daerah miskin perkotaan juga merupakan faktor
penyebab. dan anak-anak yang terkena dampak dari kondisi ini,
yang mengakibatkan perlunya pertimbangan dalam menentukan
target upaya-upaya yang dilakukan. Anak-anak dari ibu yang
kurang berpendidikan umumnya memiliki angka kematian yang
lebih tinggi daripada mereka yang lahir dari ibu yang lebih
berpendidikan .
Selama kurun waktu 1998-2007, angka kematian bayi pada anak-
anak dari ibu yang tidak berpendidikan adalah 73 per 1.000
kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi pada anak-anak
dari ibu yang berpendidikan menengah atau lebih tinggi adalah
24 per 1.000 kelahiran hidup. Perbedaan ini disebabkan oleh
perilaku dan pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik di
antara perempuan-perempuan yang berpendidikan. Indonesia
mengalami peningkatan feminisasi epidemi HIV/AIDS
Proporsi perempuan di antara kasus-kasus HIV baru
telah meningkat dari 34 persen pada tahun 2008
menjadi 44 persen pada tahun 2011. Akibatnya,
Kementerian Kesehatan telah memproyeksikan
peningkatan infeksi HIV pada anak-anak. Kesenjangan
pelayanan kesehatan P elayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir yang berkualitas dapat mencegah
tingginya angka kematian. Di Indonesia, angka
kematian bayi baru lahir pada anak-anak yang ibunya
mendapatkan pelayanan antenatal dan pertolongan
persalinan oleh profesional medis adalah seperlima
dari angka kematian pada anak-anak yang ibunya
tidak mendapatkan pelayanan ini.
memberikan gambaran umum tentang cakupan beberapa
pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir di Indonesia.
Indonesia menunjukkan angka peningkatan proporsi persalinan
yang dibantu oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dari 41 persen
pada tahun 1992 menjadi 82 persen pada tahun 2010. Indikator
tersebut hanya mencakup dokter dan bidan atau bidan desa. Di
tujuh provinsi kawasan timur, satu dari setiap tiga persalinan
berlangsung tanpa mendapatkan pertolongan dari tenaga
kesehatan apapun, hanya ditolong oleh dukun bayi atau anggota
keluarga. Proporsi persalinan di fasilitas kesehatan masih rendah,
yaitu sebesar 55 persen. Lebih dari setengah perempuan di 20
provinsi tidak mampu atau tidak mau menggunakan jenis
fasilitas kesehatan apapun, sebagai penggantinya mereka
melahirkan di rumah mereka sendiri.
Rasio kematian ibu, yang diperkirakan sekitar 228 per 100.000
kelahiran hidup, tetap tinggidi atas 200 selama dekade terakhir,
meskipun telah dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan ibu. Negara-negara miskin di wilayah
tersebut menunjukkan peningkatan yang lebih besar dalam hal .
Indonesia telah melakukan upaya-upaya jauh lebih baik dalam
menurunkan kematian bayi dan balita, MDG keempat. Tahun
1990-an menunjukkan perkembangan tetap dalam menurunkan
angka kematian balita, bersama-sama dengan
komponenkomponennya, angka kematian bayi dan angka
kematian bayi baru lahir. Akan tetapi, dalam beberapa tahun
terakhir, penurunan kematian bayi baru lahir tampaknya telah
terhenti.
Jika tren ini berlanjut, Indonesia tidak mungkin mencapai target
MDG untuk penurunan kematian anak pada tahun 2015,
meskipun nampaknya berada dalamarah yang tepat pada
tahuntahun sebelumnya. Pola kematian anak Sebagian besar
kematian anak di Indonesia saat ini terjadi selama masa
neonatal, bulan pertama kehidupan. Kemungkinan anak
meninggal pada usia yang berbeda adalah 19 per seribu selama
masa neonatal, 15 per seribu dari usia 2 hingga 11 bulan dan 10
per seribu dari usia satu sampai lima tahun. Seperti di negara-
negara berkembang lainnya yang mencapai status pendapatan
menengah, kematian anak di Indonesia karena infeksi dan
penyakit anak-anak lainnya telah mengalami penurunan, seiring
dengan peningkatan pendidikan ibu, higiene rumah tangga dan
lingkungan, pendapatan dan akses ke pelayanan kngalami
peningkatan pada masa neonatal.
Kesenjangan pelayanan kesehatan P elayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir yang berkualitas dapat mencegah tingginya angka
kematian. Di Indonesia, angka kematian bayi baru lahir pada
anak-anak yang ibunya mendapatkan pelayanan antenatal dan
pertolongan persalinan oleh profesional medis adalah seperlima
dari angka kematian pada anak-anak yang ibunya tidak
mendapatkan pelayanan ini. Gambar 4 memberikan gambaran
umum tentang cakupan beberapa pelayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir di Indonesia.
Indonesia menunjukkan angka peningkatan proporsi persalinan
yang dibantu oleh tenaga kesehatan yang terlatih, dari 41 persen
pada tahun 1992 menjadi 82 persen pada tahun 2010. Indikator
tersebut hanya mencakup dokter dan bidan atau bidan desa. Di
tujuh provinsi kawasan timur, satu dari setiap tiga persalinan
berlangsung tanpa mendapatkan pertolongan dari tenaga
kesehatan apapun, hanya ditolong oleh dukun bayi atau anggota
keluarga.
Proporsi persalinan di fasilitas kesehatan masih rendah, yaitu
sebesar 55 persen. Lebih dari setengah perempuan di 20 provinsi
tidak mampu atau tidak mau menggunakan jenis fasilitas
kesehatan apapun, sebagai penggantinya mereka melahirkan di
rumah mereka sendiri. Perempuan yang melahirkan di fasilitas
kesehatan memungkin untuk memperoleh akses ke pelayanan
obstetrik darurat dan perawatan bayi baru lahir, meskipun
pelayanan ini tidak selalu tersedia di semua fasilitas kesehatan.
Sekitar 61 persen perempuan usia 10-59 tahun melakukan
empat kunjungan pelayanan antenatal yang disyaratkan selama
kehamilan terakhir mereka. Kebanyakan perempuan hamil (72
persen) di Indonesia melakukan kunjungan pertama, tetapi putus
sebelum empat kunjungan yang direkomendasikan oleh
Kementerian Kesehatan. Kurang lebih 16 persen perempuan (25
persen dari perdesaan dan 8 persen perempuan perkotaan) tidak
pernah mendapatkan pelayanan antenatal selama kehamilan
terakhir mereka.
Kualitas pelayanan yang diterima selama kunjungan antenatal
tidak memadai. Kementerian Kesehatan Indonesia
merekomendasikan komponen-komponen pelayanan
antenatal yang berkualitas sebagai berikut: (i) pengukuran
tinggi dan berat badan, (ii) pengukuran tekanan darah, (iii)
tablet zat besi, (iv) imunisasi tetanus toksoid, (v) pemeriksaan
perut, dan selain (vi) pengetesan sampel darah dan urin dan
(vii) informasi tentang tanda-tanda komplikasi kehamilan.
Sekitar 86 dan 45 persen perempuan hamil masing-masing
telah diambil sampel darah mereka dan diberitahu tentang
tanda-tanda komplikasi kehamilan. Akan tetapi, hanya 20
persen perempuan hamil mendapatkanl lima intervensi
pertama secara lengkap, menurut Riskesdas 2010. Bahkan di
Yogyakarta, provinsi dengan cakupan tertinggi, proporsi ini
hanya 58 persen. Sulawesi Tengah memiliki cakupan terendah
sebesar 7 persen
Sekitar 38 persen perempuan usia reproduktif
menyatakan telah mendapatkan dua atau lebih
suntikan tetanus toxoid (TT2 +) selama kehamilan.
Kementerian Kesehatan merekomendasikan agar
perempuan mendapatkan suntikan tetanus toksoid
selama dua kehamilan pertama, dengan suntikan
penguat sekali selama setiap kehamilan berikutnya
untuk memberikan perlindungan penuh. Cakupan TT2 +
terendah terdapat di Sumatera Utara (20 persen) dan
tertinggi di Bali (67 persen).
Kira-kira 31 persen ibu nifas mendapatkan pelayanan
antenatal “tepat waktu.” Ini berarti pelayanan dalam
waktu 6 sampai 48 jam setelah melahirkan, seperti
yang ditentukan oleh Kementerian Kesehatan.
Pelayanan pasca persalinan yang baik sangat penting,
karena sebagian besar kematian ibu dan bayi baru lahir
terjadi pada dua hari pertama dan pelayanan pasca
persalinan diperlukan untuk menangani komplikasi
setelah persalinan. Kepulauan Riau, Nusa Tenggara
Timur dan Papua menunjukkan kinerja terburuk dalam
hal ini, cakupan pelayanan pasca persalinan tepat
waktu hanya 18 persen di Kepulauan Riau. Sekitar 26
persen dari semua ibu nifas pernah mendapatkan
pelayanan pascapersalinan
Di antara pelayanan kesehatan yang tersedia bagi ibu, persalinan
di fasilitas kesehatan menunjukkan kesenjangan terbesar
(Gambar 4 dan 5). Proporsi persalinan di fasilitas kesehatan di
daerah-daerah perkotaan sebesar 113 persen lebih tinggi
daripada proporsi di daerah-daerah perdesaan. Proporsi
perempuan dari kuintil kekayaan tertinggi yang melahirkan di
fasilitas kesehatan sebesar 111 persen lebih tinggi daripada
proporsi dari kuintil termiskin.
Terkait dengan pelayanan-pelayanan lain, kesenjangan
kesejahteraan lebih besar daripada kesenjangan
perkotaan-perdesaan. Kesenjangan kota-desa sebesar 9
sampai 38 persen untuk pelayanan yang berkaitan
dengan pelayanan antenatal, TT2 + dan pelayanan
pascapersalinan, tetapi perbedaan antara kuintil
kekayaan berkisar antara 34-68 persen. Cakupan
pelayanan pascapersalinan tepat waktu yang relatif
rendah kemungkinan besar disebabkan oleh kurangnya
prioritas di antara perempuan untuk pelayanan ini,
bukan oleh kesulitan akses atau ketersediaan.
2). PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM KIA
Pengelolaan program KIA pada prinsipnya bertujuan memantapkan
dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA, secara efektif
dan efisien. Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada
kegiatan pokok yaitu:
Peningkatan pelayanan antenatal disemua fasilitas pelayanan dengan
mutu yang baik serta jangkauan setinggi-tingginya.
Peningkatan pertolongan
persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan pertolongan oleh
tenaga profesional secara berangsur.Peningkatan deteksi dini risiko
tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan maupun di masyarakat
oleh kaderdan dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya
secara terus menerus.
Peningkatan pelayanan neonatal
(bayi berumur kurang dari 1 bulan) dengan mutu yang baik dan
jangkauan yang
setinggi-tingginya.
D. BERBAGAI UPAYA KESEHATAN
IBU DAN ANAK
1. ANC (Antenatal Care),
2. PNC (Post Natal Care),
3. Pertolongan Persalinan,
4. Rujukan Ibu Hamil Risiko Tinggi,
5. Pelayanan Neonatus,
6 Kemitraan Dukun Bersalin,
7. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS),
8. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR),
9. Imunisasi Calon Pengantin (TT Catin),
PERTEMUAN IV
A. PROMOSI KESEHATAN
Promosi kesehatan berasal dari kata dalam bahasa
inggris yaitu health promotion.
Sesungguhnya, penerjemahan kata health promotion
atau tepatnya promotion of health kedalam
bahasa Indonesia pertama kali dilakukan ketika para
ahli kesehatan masyarakat di Indonesia
menerjemahkan lima tingkatan pencegahan (five levels
of prepention) dari H.R.Leavell dan E. G.
Clark dalam buku preventive medicine for the doctor in
his community. Menurut leavell dan
clark (1965), dari sudut pandang kesehatan masyarakat, terdapat
5 tingkat pencegahan terhadap penyakit, yaitu : 1.promotion of
healt 2.specifik protection 3.early diagnosis and prompt
treatment 4.limitation of disability dan 5.rehablitation.
Tingkat pencegahan yang pertama,yaitu promotion of healt oleh
para ahli kesehatan masyarakat di Indonesia di terjemahkan
menjadi peningkatan kesehatan,bukan promosi
kesehatan.mengapa demikian? Tidak lain karena makna yang
terkandung dAlam istilah promotion of healt disini adalah
meningkatkan kesehatan seseorang,yaitu melalui asupan gizi
seimbang,olahraga teratur,dan lain sebagainya agar orang
tersebut tetap sehat,tidak terserang penyakit
Namun demikian,bukan berarti bahwa peningkatan kesehatan
tidak ada hubungannya dengan promosi kesehatan. Leavell dan
Clark dalam penjelasannya tengtan promotion of health
menyatakan bahwa selain melalui peningktan gizi
dll,peningkatan kesehatan juga dapat di
lakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan (health
education)kepada individu dan masyarakat.
Organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu
bentuk definisi mengenai
promosi kesehatan :
“ Health promotion is the process of enabling people to
increase control over, and improve, their health. To
reach a state of complete physical, mental, and social,
well-being, an
individual or group must be able to identify and realize
aspirations, to satisfy needs, and to change or cope
with the environment “. (Ottawa Charter,1986).
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan diatas bahwa
Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan
kesehatannya.
Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik fisik, mental,
dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal
serta mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial
budaya dan sebagainya). Dalam konferensi ini ,health
promotion di maknai sebagai perluasan
dari healt education atau pendidikan kesehatan
B. PENCEGAHAN PENYAKIT (USAHA PREVENTIF)
Dalam garis besarnya usaha-usaha kesehatan, dapat
dibagi dalam 3 golongan, yaitu :
1. Usaha pencegahan (usaha preventif)
2. Usaha pengobatan (usaha kuratif)
3. Usaha rehabilitasi
Dari ketiga jenis usaha ini, usaha pencegahan penyakit
mendapat tempat yang utama,
karena dengan usaha pencegahan akan diperoleh hasil
yang lebih baik, serta memerlukan biaya yang lebih
murah dibandingkan dengan usaha pengobatan
maupun rehabilitasi. Dapat kita mengerti bahwa
mencegah agar kaki tidak patah akan memberikan hasil
yang lebih baik serta memerlukan biaya yang lebih
murah dibandingkan dengan mengobati kaki yang
sudah patah ataupun merehabilitasi kaki patah dengan
kaki buatan
C. TINGKAT-TINGKAT USAHA PENCEGAHAN
Leavell dan Clark dalam bukunya “ Preventive Medicine for the
Doctor in his Community” , membagi usaha pencegahan
penyakit dalam 5 tingkatan yang dapat dilakukan
pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit.
Usaha-usaha pencegahan itu adalah :
Masa sebelum sakit
1. Mempertinggi nilai kesehatan (health promotion)
2. Memberikan perlindungan khusus terhadap suatu penyakit (
spesific protection)
Pada masa sakit
3. mengenal dan mengetahui jenis penyakit
pada tingakt awal, serta mengadakan
pengobatan yang tepat dan segera (early
diagnosis and prompt treatment)
4. Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk
menghilangkan gangguan kemampuan bekerja
yang diakibatkan suatu penyakit (disibility
limitation)
5. Rehabilitasi (rehabilitation)
1. MEMPERTINGGI NILAI KESEHATAN (HEALTH PROMOTION)
Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan
kesehatan pada umumnya.
Beberapa usaha diantaranya
a. Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun
kuantitasnya.
b . Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, seperti :
penyediaan air rumah tangga yang baik,
perbaikan cara pembuangan sampah, kotoran dan air limbah dan
sebagainya.
c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat
d. Usaha kesehatan jiwa agar tercapai perkembangan
kepribadian yang baik
2. MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP
SUATU PENYAKIT
(SPECIFIC PROTECTION)
Usaha ini merupakan tindakan pencegahan terhadap
penyakit-penyakit tertentu.
Beberapa usaha diantaranya adalah :
1. Vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit
tertentu
2. Isolasi penderita mpenyakit menular
3. Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat-
tempat umum maupun di tempat kerja
3. MENGENAL DAN MENGETAHUI JENIS PENYAKIT PADA
TINGKAT AWAL SERTA MENGADAKAN PENGOBATAN
YANG TEPAT DAN SEGERA (early diagnosis
and prompt treatment)
Tujuan utama dari usaha ini adalah :
a. Pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepatnya
dari seytiap jenis penyakit sehingga tercapai
penyembuhan yang sempurna dan segera
b. Pencegahan menular kepada orang lain, bila
penyakitnya menular
c. Mencegah terjadinya kecacatan yang diakibatkan
suatu penyakit
Beberapa usaha diantaranya :
a. Mencari penderita di dalam masyarakat dengan jalan
pemeriksaan misalnya pemeriksaan darah,
rontgen, paru-paru dsb, serta memberikan pengobatan
b. Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan
penderita penyakit menular (contact
person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat
diberikan segera pengobatan dan
tindakan-tindakan yang lain misalnya isolasi, desinfeksi, dsb
Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar mereka dapat
mengenal gejala penyakit pada tingkat awal dan segera mencari
pengobatan. Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau
tidaknya usaha pengobatan, tidak hanya tergantung pada
baiknya jenis obat serta keahlian tenaga
kesehatannya, melainkan juga tergantung pada kapan
pengobatan itu diberikan. Pengobatan yang
terlambat akan menyebabkan usaha penyembuhan menjadi
lebih sulit, bahkan mungkin tidak
dapat sembuh lagi misalnya pengobatan kanker (neoplasma)
yang terlambat. Kemungkinan kecacatan terjadi lebih besar
penderitaan si sakit menjadi lebih lama, biaya untuk pengobatan
dan perawatan menjadi lebih besar
4. PEMBATASAN KECACATAN DAN BERUSAHA UNTUK
MENGHILANGKAN
GANGGUAN KEMAMPUAN BEKERJA YANG DIAKIBATKAN SUATU
PENYAKIT (disibility limitation)
Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha poin c, yaitu dengan
pengobatan dan perawatan
yang sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat.
Bila sudah terjadi kecacatan,
maka dicegah agar kecacatan tersebut tidak bertamabah berat
(dibatasi), fungsi dari alat tubuh
yang menjadi cacat ini dipertahankan semaksimal mungkin
5. REHABILITASI (REHABILITATION)
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas
penderita ke dalam masyarakat,
sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota
masyarakat yang berguna untuk dirinya dan
masyarakat, semaksimalnya sesuai dengan
kemampuannya. Rehabilitasi ini terdiri atas :
a. Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik
semaksimalnya. Misalnya, seorang yang karena
kecelakaan, patah kakinya, perlu mendapatkan
rehabilitasi dari kaki yang patah yaitu
dengan mempergunakan kaki buatan yang fungsinya
sama dengan kaki yang sesungguhnya
b. Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyusuaikan diri dalam
hubungan perorangan dan social
secara memuaskan .seringkali bersamaan dengan terjadinya
cacat badania muncul pula kelainan-kelaianan atau gangguan
mental.untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan
bimbingan
kejiwaan sebelum kembali kedalam masyarakat.
c. Rehabilitasi social vokasional
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan
dalam masyarakat dengan
kapasitas kerja yang semaksimalnya sesuai dengan kemampuan
dan ketidak mampuannya
d. Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk
mengembalikan rasa keindahan, walaupun
kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri
tidak dapat dikembalikan misalnya: misalnya
penggunaan mata palsu.
Usaha pengembalian bekas penderita ini kedalam
masyarakat, memerlukan bantuan dan pengertian dari
segenap anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan
memahami keandaan
mereka (fisik mental dan kemampuannya) sehingga
memudahkan mereka dalam proses penyesuian dirinya
dalam masyarakat dalam keadan yang sekarang ini
Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat adalah
sesuai dengan falsafah pancasila
yang berdasarkan unsure kemanusian dan keadailan
social. Mereka yang direhabilitasi ini
memerlukan bantuan dari setiap warga masyarakat,
bukan hanya berdasarkan belas kasian
semata-mata, melainkan juga berdasarkan hak asasinya
sebagai manusia
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai