Anda di halaman 1dari 37

PATOFISIOLOGI FIRSTLINE

PENGERTIAN
THERAPY

PENGGOLONGAN
ETIOLOGI
OBAT
Hipertensi merupakan
suatu keadaan
meningkatnya tekanan
darah arteri secara
persisten.

(ISO Farmakoterapi, 2008).


Klasifikasi hipertensi
Klasifikasi TD
SBP (mm Hg) DBP (mm Hg)
(JNC-7, 2014).
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi Stadium 2 ≥160 ≥100

(JNC-7, 2014)
ETIOLOGI
1) Hipertensi primer yaitu penyakit hipertensi tersebut
diakibatkan oleh patofisiologis yang tidak diketahui.
2) Hipertensi sekunder yaitu penyakit hipertensi yang
memiliki penyebab spesifik. (Dipiro. 2015)
yaitu:
atan :
1. obat-obatan anti inflamasi
obat hormon

2. kondisi medis yang gagal ginjal


bersamaan
jantung
FAKTOR RESIKO

Umur
genetik (faktor resiko yang tidak
dapat diubah/dikontrol)
kebiasaan merokok
konsumsi garam
minuman beralkohol
 obesitas
stres (Perkeni, 2014)
PATOFISIOLOGI
PUSAT VASOMOTOR

SISTEM SARAF SIMPATIS KELENJAR ADRENAL

AKTIVITAS VASOKONSTRIKSI

RENIN

ANGIOSTENSIN I & 2

SEKRESI ALDOSTERON

(Tjay dan Raharja, 2011)


Akibat yang ditimbulkan oleh hipertensi

1. Aneurism : pelebaran pembuluh darah yang terlokalisasi


akibat melemahnya dinding pembuluh darah
2. Aterosklerosis : kondisi dimana material lemak menumpuk
pada dinding pembuluh darah arteri. Material lemak ini
semakin tebal dan semkin keras (membentuk deposit
kalsium), dan akhirnya dapat menyumbat arteri.
3. Stroke : Jika pembuluh darah otak sudah pecah, akan
mengganggu suplai oksigen dan nutrisi pada otak, sel otak
akan mengalami penurunan fungsi kekurangan energi
sehingga bisa mengakibatkan kematian sel saraf otak.
4. Gagal ginjal : Jika aliran darah ke ginjal terganggu (karena
penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah), maka akan
terjadi kerusakan pada ginjal sehingga fungsi ginjal pun
terganggu. Kerusakan pada bagian ginjal tertentu akan dapat
merangsang produksi hormon renin yang akan memicu
terjadinya peningkatan tekanan darah. Selain itu, jika ginjal
rusak, pengeluaran air dan garam dari darah juga terganggu.
Isi pembuluh darah jadi meningkat, dan tekanan darah pun
naik. Jika keadaan ini dibiarkan tanpa ada perbaikan dapat
terjadi kerusakan ginjal.
5. Gagal jantung : Akibat dari penyempitan dinding pembuluh
darah, jantung akan bekerja lebih keras untuk memompa
darah ke seluruh tubuh yang akan menyebabkan dinding bilik
kiri akan menebal dan menimbulkan abnormalitas jantung.
PENGGOLONGAN OBAT

1. DIURETIK
A. Thiazida diuretik
B. Loop diuretik
C. Potasium diuretik
A. Thiazida diuretik
• Mekanisme kerja :
Natrium didalam Ginjal dikurangi penyerapannya

Sodium dan Tubulus


didalam dihambat Tekanan Darah ↓
Klorida Distal

• Misal, Hidroklorotiazida (HCT) untuk


hipertensi ringan

(JAMA, 2014)
B. Loop diuretik
• Mekanisme kerja :
Sodium,
Potasium, dan didalam Lengkung Henle dihambat Tekanan Darah ↓
Klorida

• Misal, Furosemid untuk hipertensi


darurat, karena mekanisme kerjanya lebih
cepat.

(JAMA, 2014)
C. Potasium diuretik
• Mekanisme kerja :
Saluran didalam Tubulus
dihambat Tekanan Darah ↓
Natrium Epitel Distal

• Misal, Spironolakton digunakan untuk


anak-anak mencegah kurangnya kalium
didalam urin.

(JAMA, 2014)
2. INHIBITOR ANGIOTENSIN CONVERTING ENZYME
(ACE)

• Mekanisme kerja :
Angiotensin I menjadi Angiotensin II

DIBLOKIR

• Misal, Captopril digunakan untuk penderita


hipertensi tanpa komplikasi.

(JAMA, 2014)
3. PENGHAMBAT RESEPTOR ANGIOTENSIN II
(ARB)

• Mekanisme kerja :
Reseptor
Angiotensin II ikatan Angiotensin I

DIBLOKIR

• Misal, Valsartan digunakan untuk penderitan


hipertendi dengan komplikasi.

(JAMA, 2014)
4. β - BLOKER

Konotropik negatif Denyut jantung

Curah jantung

Inotropik negatif Kekuatan kontraksi otot


jantung

Inhibisi renin Vasodilatasi Tekanan darah

(ISO Farmakoterapi, 2008)


Lanjutan...
Selektif β-bloker Non-selektif β-bloker
Mekanisme: Mekanisme:
mengikat baik β1 memiliki aktivitas
daripada β2 pada dosis intrinsik
rendah simpatomimetik
relaksasi jantung
Vasodilatasi
tekanan darah tekanan darah

Contoh : Contoh :
atenolol, betaksolol, pindolol, penbutolol,
bisoprolol dan karteolol, asebutolol
metoprolol (ISO Farmakoterapi, 2008)
5. CALSIUM CHANNEL BLOCKER (CCB)

Saluran kalsium Masuknya kalsium ke Relaksasi otot polos


tegangan tinggi dalam sel vaskuler
dihambat

Tekanan darah Vasodilatasi

Kekuatan kontraksi otot


Inotropik negatif Curah jantung
jantung melemah

Tekanan darah
Contoh: verapamil, diltiazem, amlodipin, nifedipin

(ISO Farmakoterapi, 2008)


6. PENGHAMBAT RESEPTOR α1
Inhibisi katekolamin pada sel otot polos
Menghambat reseptor α1
vaskuler perifer

Tekanan darah Vasodilatasi

Contoh: prasozin, terasozin dan doksazosin

(ISO Farmakoterapi, 2008)


7. AGONIS α2 - PUSAT

- Mengurangi aliran simpatetik dari pusat


Menstimulasi reseptor vasomotor
α2 adrenergik di otak - Meningkatkan tonus vagal

Denyut jantung turun

Contoh: klonidin, guanabenz, guanfasin, metildopa

(ISO Farmakoterapi, 2008)


8. RESERPIN

Mengosongkan norepinefrin dan memblok


transpor norepinefrin ke granul penyimpanan

Resistensi perifer dan tekanan darah turun

(ISO Farmakoterapi, 2008)


9. VASODILATOR ARTERI LANGSUNG

Relaksasi otot polos arteriol Aktivitasi refleks baroreseptor

↑ aliran simpatetik dari pusat vasomotor


Vasodilatasi , ↑ denyut jantung, ↑ curah jantung dan
pelepasan renin

• Contoh: hidralazin dan minoksidil

(ISO Farmakoterapi, 2008)


10. INHIBITOR SIMPATETIK POSTGANGLION

Mengosongkan norepinefrin dari


terminal saraf simpatetik
postganglion
Mengurangi curah jantung dan
resistensi vaskuler perifer
Inhibisi pelepasan norepinefrin

• Contoh: guanadrel dan guanethidin

(ISO Farmakoterapi, 2008)


(Dipiro, 2015)
(Dipiro, 2015)
CATATAN

• A-1 : Pilihan pertama ; sudah dibuktikan secara klinis


pada pasien dan tidak mengalami KI dengan pasien
• A-2 : Pilihan kedua ; dibuktikan secara klinis hanya
pada beberapa pasien saja dan tidak mengalami KI
dengan pasien
• B-1 : Pilihan Ketiga ; sudah dibuktikan secara klinis
pada pasien dan tidak mengalami KI dengan pasien
• B-2 : Pilihan keempat ; dibuktikan secara klinis hanya
pada beberapa pasien saja dan tidak mengalami KI
dengan pasien
Ginjal Renin Angiotensinogen

Angioten ACE (Angiotensyn


sin I Converting Enzym)

Inhibitor ACE

Angioten Reseptor
sin II AT1

ARB

Vasokontriksi
dan sekresi
aldosteron

Tekanan darah Beta Bloker,


meningkat diuretik.
• Pengobatan hipertensi tidak langsung menggunakan
pengobatan secara farmakologi, tetapi secara non
farmakologi terlebih dahulu mungkin dikarenakan
stres, banyak aktivitas, banyak konsumsi garam pada
saat itu. Pengobatan secara farmakologi diberikan
jika pasien mengalami tekanan darah diatas normal
secara “PERSISTEN”.
• Pasien hipertensi tahap 1, pengobatan secara tunggal
jika tidak bisa maka dikombinasi.
• Pasien hipertensi tahap 2, pengobatan diberikan
langsung kombinasi.
indikasi gagal jantung

• Pasien dengan indikasi lain gagal jantung


diberikan diuretik kuat tujuannya untuk
mempermudah pasien dalam bernafas dikarena
jantung pasien mengalami pembengkakan.
• Ace inhibitor or ARB untuk menurunkan tekanan
darah, jika terjadi gagal jantung sistolik maka
ditambah dengan beta bloker, jika efeknya masih
kurang maka dapat ditambah dengan antagonis
aldosteron.
Indikasi paska serangan jantung

• Pasien dengan indikasi lain paska serangan jantung


diberikan beta bloker untuk menurunkan stimulasi
jantung dan mengurangi serangan jantung ulang.
• Ace inhibitor untuk meningkatkan fungsi jantung
agar mengurangi bertambahnya penyakit
kardiovaskular lainnya.
indikasi penyakit koroner

• Pasien dengan indikasi lain penyakit koroner,


beta bloker cocok diberikan pada pasien
terkena penyakit angina stabil atau tidak
stabil.
• ACE inhibitor atau ARB dapat menurunkan
tekanan darah.
• CCB juga dapat menurunkan tekanan darah
tetapi dapat mengurangi kebutuhan oksigen
miokardial.
Indikasi Diabetes melitus

• Pasien dengan indikasi lain Diabetes melitus,


pemberian ACE inhibitor or ARB dapat
mengurangi terjadi penyakit kardiovaskular lain.
• CCB digunakan untuk mengontrol tekanan darah.
• Jika ACE inhibitor atau ARB tidak berefek dengan
baik maka digunakan diuretik tiazida.
• Beta bloker diberikan jika pasien pernah
mengalami serangan jantung atau angina.
indikasi ginjal kronik

• Pasien dengan indikasi lain ginjal kronik, ACE


inhibitor or ARB dapat menurunkan tekanan
darah serta menjaga fungsi ginjal, kombinasi
menghasilkan efek yang lebih baik
indikasi pencegahan stroke berulang

• Pasien dengan indikasi lain pencegahan stroke


berulang, penggunaan diuretik tiazid tunggal
atau kombinasi dengan ACE inhibitor dapat
mengurangi terjadinya stroke berulang.
Daftar Pustaka
Elin Yulianah, dkk. 2008. “ ISO FARMAKOTERAPI”. ISFI Penerbitan : Jakarta

JAMA. Special Communication 2014 Evidence. Based Guideline For the


Management of High Blood Pressure in Adults Report from the Panel
Members Appointed to the Eight Joint National Committee (JNC8). JAMA,
2014, 311(5).507-520

Situmorang, P. 2014. “Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian


Hipertensi Pada Penderita Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara
Medan”.

Dipiro J.t., Wells, B.G., Dipiro C.V., Schwing hammer, T.L., (2015).
Pharmacotherapy Handbook. Ninth Edition. McGraw-Hill Education, USA

Anda mungkin juga menyukai