Anda di halaman 1dari 64

Saat ini, biaya pengobatan di sarana pelayanan

kesehatan khususnya rumah sakit semakin mahal. Salah satu


penyebab mahalnya biaya pengobatan adalah penggunaan
obat yang tidak rasional. Dalam konteks pengobatan, rasional
berarti tepat diagnosa, tepat indikasi, tepat dosis, tepat waktu
pemberian dan juga tepat harga obatnya.
Ketidak rasionalan dalam pengobatan dapat
disebabkan antara lain karena kesalahan pemilihan obat.
Banyak jenis obat di pasaran membuat proses memilih sangat
sulit, karena untuk profesional kesehatan pengetahuan
tentang sifat-sifat semua obat ini sangat sulit dipahami.
Unsur ketepatan memilih obat dalam kelas
terapi memerlukan penguasaan farmakologi,
farmakokinetik, farmakodinamik, farmakoekonomi
sedangkan mengobati secara rasional memerlukan
standar profesi yang tinggi dalam bidang terapetik
maupun diagnostik.
Keragaman obat yang tersedia mengharuskan
dikembangkan suatu program penggunaan obat
yang rasional di rumah sakit, guna memastikan
bahwa penderita menerima perawatan yang terbaik.
Rumah sakit harus mempunyai sistem formularium
yang meliputi kegiatan evaluasi, penilaian dan
pemilihan obat.
Penggunaan formularium mempunyai manfaat
sebagai berikut :
1. Memudahkan pemilihan obat yang rasional.
2. Meminimalkan jenis obat.
3. Mengurangi biaya pengobatan.
4. Mengoptimalkan pelayanan kepada pasien.
5. Memudahkan perencanaan dan penyediaan.
6. Meningkatkan efisiensi dana obat di rumah
sakit.
Sistem formularium agar berhasil harus
mendapat dukungan dari pimpinan rumah sakit, Tim
medik, staf medik fungsional (SMF) beserta
anggotanya, dan berfungsinya TFT (Tim Farmasi
Terapi).
1. Tujuan TFT. Tujuan utama dari Tim Farmasi dan Terapi
ialah :
a) Memberi nasehat.
Tim tersebut memberikan usulan penggunaan atau
membantu di dalam merumuskan kebijakan, metoda
untuk evaluasi, pemilihan dan pemakaian obat-obatan
di rumah sakit.

b) Di bidang pendidikan.
Tim tersebut memberikan usulan atau membantu di
dalam merumuskan program yang dibuat guna
memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan profesional
(dokter, perawat, apoteker dan tenaga kesehatan
lainnya) akan pengetahuan yang terbaru dan lengkap
berkenaan dengan obat-obatan dan penggunaannya.
2. Fungsi Tim Farmasi dan Terapi.
Fungsi utama dari TFT adalah sebagai
penasehat dan di bidang pendidikan.

a) Sebagai penasehat, TFT memberikan


rekomendasi kepada pimpinan rumah
sakit mengenai rumusan kebijakan dan
prosedur untuk evaluasi, pemilihan dan
penggunaan obat di rumah sakit.

b) Di bidang pendidikan, TFT merumuskan


program yang berkaitan dengan edukasi
tentang obat dan penggunaannya kepada
tenaga kesehatan di rumah sakit.
3. Tata Kerja.

a) TFT melakukan rapat rutin, agenda rapat


harus disiapkan jauh hari sebelumnya agar
memungkinkan anggota untuk mempelajari
masalah-masalah yang akan dibahas dalam
rapat.

b) Anggota yang berhalangan hadir dapat


menunjuk wakilnya.

c) Notulen rapat harus selalu didokumentasikan


dengan baik oleh sekretaris TFT.

d) Usulan-usulan TFT harus disampaikan kepada


pimpinan rumah sakit dan Tim Medik
4. Ruang lingkup kegiatan TFT.
a) Menyusun formularium yang menjadi dasar
dalam penggunaan obat di rumah sakit dan
melakukan revisi formularium secara berkala.
b) Bersama-sama staf medis menyusun standar
terapi dan protokol penggunaan obat.
c) Melaksanakan evaluasi penulisan resep dan
penggunaan obat generik bersama-sama
dengan instalasi farmasi.
d) Menyusun dan melaksanakan program
evaluasi penggunaan obat dan
menyebarluaskan hasil evaluasi kepada
seluruh staf medis dan pimpinan rumah sakit.
e) Memberikan rekomendasi kepada pimpinan
rumah sakit dalam pemilihan penggunaan
obat.
f) Memberikan rekomendasi tentang kebijakan
dan prosedur pengelolaan obat di rumah sakit.
g) Mengkoordinasikan pelaporan dan
pemantauan efek samping obat.
h) Menyusun program edukasi yang berkeitan
dengan penggunaan obat untuk tenaga
profesional kesehatan di rumah sakit.
i) Mensosialisasikan semua kebijakan yang
melibatkan TFT kepada profesional kesehatan
di rumah sakit.
Keberadaan TFT yang efektif dan efisien akan
memberi kemudahan dalam penyiapan sistem
formularium yang membawa perhatian staf medik pada
obat yang terbaik dan membantu mereka dalam
menyeleksi obat untuk terapi yang tepat bagi
pengobatan pasien tertentu.
B. Definisi Formularium.
Formularium dapat didefinisikan seperti di
bawah ini :
Daftar obat baku yang dipakai oleh Rumah Sakit
dipilih secara rasional dan dilengkapi dengan
penjelasan, sehingga merupakan informasi yang
lengkap untuk pelayanan medik di RS, terdiri dari
obat-obat yang tercantum dalam Fornas dan
beberapa obat yang diperlukan oleh RS serta
dapat ditinjau kembali sesuai perkembangan.
Formularium memuat ringkasan informasi obat
yang mudah dipahami oleh profesional kesehatan
di rumah sakit. Pada umumnya, informasi itu
mencakup nama generik, indikasi penggunaan,
kekuatan, bentuk sediaan, posologi, toksikologi,
jadwal pemberian, kontraindikasi, efek samping,
dosis regimen yang direkomendasikan di
dispensing dan informasi penting yang harus
diberikan pada pasien.
Sistem Formularium adalah suatu metode yang
digunakan staf medik dari suatu rumah sakit yang
bekerja melalui TFT, mengevaluasi, menilai dan
memilih dari berbagai zat aktif obat dan bentuk
sediaan yang dianggap terbaik dalam perawatan
pasien.

Keberadaan formularium yang baik, sangat


bermanfaat bagi rumah sakit, karena rumah sakit
hanya akan menyediakan jenis obat dan jumlah obat
sesuai kebutuhan pasien. Kebutuhan staf medik
terhadap obat dapat terakoodasi, karena
perencanaan dan pengadaan kebutuhan obat di
rumah sakit mengacu pada formularium tersebut.
Pegangan pemilihan dan penetapan
obat Informasi obat disetujui untuk
digunakan di Rumah Sakit Informasi
dasar terapi untuk setiap produk obat
Informasi kebijakan prosedur Rumah
Sakit Informasi khusus tentang obat
C. Format dan Penampilan Formularium.
Formularium rumah sakit mempunyai komposisi
sebagi berikut :
1. Sampul luar dengan judul formularium obat,
nama rumah sakit, tahun berlaku, dan
nomor edisi.
2. Daftar isi.
3. Sambutan.
4. Kata pengantar.
5. SK TFT, SK Pemberlakuan Formularium.
6. Petunjuk penggunaan formularium.
7. Informasi tentang kebijakan dan prosedur
rumah sakit tentang obat.
8. Monografi obat.
9. Informasi khusus.
10. Lampiran (formulir, indeks kelas terapi
obat, indeks nama obat).
Cara meningkatkan penampilan dan kemudahan
menggunakan formularium :
1. Menggunakan warna kertas berbeda untuk tiap
bagian/seksi formularium.
2. Menggunakan indeks pinggir.
3. Membuat formularium seukuran saku baju
praktik.
4. Mencetak tebal atau menggunakan bentuk huruf
yang berbeda untuk nama generik obat.
D. Manfaat Formularium.
Formularium yang dikelola dengan baik
mempunyai manfaat untuk rumah sakit. Adapun
manfaat dimaksud mencakup antara lain :

1. Meningkatkan mutu dan ketepatan


penggunaan obat di rumah sakit.

2. Merupakan bahan edukasi bagi profesional


kesehatan tentang terapi obat yang rasional.

3. Memberikan rasio manfaat-biaya yang


tertinggi, bukan hanya sekedar mencari harga
obat yang termurah.

4. Memudahkan profesional kesehatan dalam


memilih obat yang akan digunakan untuk
perawatan pasien.
5. Memuat sejumlah pilihan terapi obat yang
jenisnya dibatasi sehingga profesional
kesehatan dapat mengetahui dan mengingat
obat yang mereka gunakan secara rutin.

6. IFRS dapat melakukan pengelolaan obat


secara efektif dan efisien. Penghematan terjadi
karena IFRS tidak melakukan pembelian obat
yang tidak perlu. Oleh kare itu, rumah sakit
mampu membeli dalam kuantitas yang lebih
besar dari jenis obat yang lebih sedikit. Apabila
ada dua jenis obat yang indikasi terapinya
sama, maka dipilih obat yang paling cost
effective.
 Penyusunan pedoman terapi.
Obat yang tertera dalam formularium harus
sesuai dengan pola penyakit yang ada di rumah
sakit, oleh karena itu pembuatan formularium harus
didasarkan pada pengkajian pola penyakit, populasi
pasien, gejala dan penyebabnya untuk menentukan
kelas terapi dengan tahapan pengkajian sebagai
berikut :

1. Tahap pertama, pengkajian pola penyakit


dan populasi pasien dalam empat tahun terakhir
berturut-turut dari data morbiditas yang berasal
dari rekam medik rumah sakit, lalu dibuat tabel
berisi kelompok penyakit, sub kelompok
penyakit, jumlah dan persentase pasien tiap
tahun. Pengelompokan penyakit berdasarkan
“International Statistical Classification of
Diseases and Related Health Problem (ICD-10)”.
2. Tahap kedua, Penetapan peringkat
penyakit tiap kelompok penyakit, dengan
membuat tabel berisi sub kelompok penyakit
dan jumlah rata-rata serta persentase
pasien.

3. Tahap ketiga, Penetapan penyakit, gejala,


penyebab dan golongan farmakologi obat
serta bahan pendukung yang diperlukan.
Dibuat tabel berisi sub kelompok penyakit
dan jumlah serta persentase pasien
dalam tiap sub kelompok penyakit.
4. Tahap keempat, Dibuat tabel berisi sub
kelompok penyakit dan golongan
farmakologi obat dan bahan pendukung yang
diperlukan untuk tiap penyakit.

5. Tahap kelima, penetapan nama obat


yang diperlukan dalam tiap golongan
farmakologi. Dibuat tabel mengandung
golongan farmakologi, sub golongan
farmakologi, nama obat, dan bahan
pendukung yang diperlukan untuk tiap
penyakit.

Tahapan pengkajian ini dilakukan apabila di rumah


sakit belum ada standar terapi
Sistem formularium adalah suatu metode yang
digunakan staf medik rumah sakit yang
terhimpun dalam TFT, untuk mengevaluasi,
menilai dan memilih dari berbagai zat aktif obat
dan bentuk sediaan yang dianggap terbaik dalam
perawatan penderita.
A. Evaluasi Penggunaan Obat.
Evaluasi penggunaan obat bertujuan untuk menjamin
penggunaan obat yang aman dan cost effective serta
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Evaluasi penggunaan obat dilakukan dengan dua cara
yaitu :
1. Pengkajian dengan mengambil data dari pustaka
Kegiatannya meliputi :
a. Mengumpulkan naskah ilmiah berkaitan dengan aspek
keamanan, efektifitas dan biaya dari jurnal ilmiah yang
terpercaya, contohnya British Medical Journal, New
England Journal of Medicine, Cochrane Review.
b. Melakukan telaah ilmiah terhadap naskah yang
didapat.

2. Pengkajian dengan mengambildata sendiri, yaitu suatu


proses terus menerus, sah secara organisasi,
terstruktur, ditujukan untuk memastikan bahwa obat
digunakan secara tepat, aman dan bermanfaat.
B. Penilaian.

Setiap obat baru yang diusulkan untuk masuk dalam


formularium harus dilengkapi dengan informasi tentang kelas terapi,
indikasi terapi, bentuk sediaan dan kekuatan, bioavailabilitas dan
farmakokinetik, kisaran dosis, efek samping dan efek toksik,
perhatian khusus, kelebihan obat baru ini dibandingkan dengan obat
lama yang sudah tercantum di dalam formularium, uji klinik, atau
kajian epidemiologi yang mendukung keunggulannya, perbandingan
harga dan biaya pengobatan dengan obat atau cara pengobatan
terdahulu, kecuali yang memiliki data bioevakuivalensi (BE) dan /
atau rekomendasi tingkat I evidence-based medicine (BEM).
Obat yang terpilih masuk dalam formularium adalah obat
yang memperlihatkan tingkatan bukti ilmiah yang tertinggi untuk
indikasi dan keamanannya. Bila dari segolongan obat yang sama
indikasinya memperlihatkan tingkatan bukti ilmiah khasiat dan
keamanan yang sama tinggi, maka pertimbangan selanjutnya
adalah dalam hal ketersediaannya di pasaran, harga dan biaya
pengobatan yang paling murah.
C. Pemilihan Obat.
Tahap pemilihan obat merupakan tahap
yang paling sulit dalam proses penyusunan
formularium karena keputusan yang diambil
memerlukan pertimbangan dari berbagai
faktor :
1. Faktor Institusional (Kelembagaan).
Obat yang tercatum dalam formularium
adalah obat yang sesuai dengan pola
penyakit, populasi penderita dan
kebijakan lain rumah sakit.
2. Faktor Obat.
Obat yang tercatum dalam
formularium harus mempertimbangkan
efektivitas, keamanan, profil
farmakokinetik dan farmakodinamik,
ketersediaan obat dan fasilitas untuk
penyimpanan atau pembuatan, kualitas
produk obat, reaksi obat yang
merugikan serta kemudahan dalam
penggunaan. Produk obat telah memiliki
izin edar dari Departemen Kesehatan.
Sebelum memilih obat diperlukan
adanya suatu kriteria, contoh dibawah ini
adalah kriteria yang digunakan oleh Tim
Fornas.
1. Memiliki rasio manfaat-resiko
(benefit-risk ratio) yang paling
menguntungkan penderita.
2. Mutu terjamin, termasuk stabilitas
dan bioavaibility.
3. Praktis dalam penyimpanan dan
pengangkutan.
4. Praktis dalam penggunaan dan
penyerahan yang disesuaikan dengan
tenaga, sarana dan fasilitas kesehatan.
5. Menguntungkan dalam hal kepatuhan
dan penerimaan oleh penderita.
f. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-
cost rasio) yang tertinggi berdasarkan
biaya langsung dan tidak langsung.
g. Jika terdapat lebih dari satu pilihan
yang memiliki efek terapi yang serupa,
pilihan dijatuhkan pada :
1) Obat yang sifatnya paling banyak
diketahui berdasarkan data ilmiah;
2) Obat dengan sifat farmakokinetik
yang diketahui paling
menguntungkan;
3) Obat yang stabilitasnya lebih baik;
4) Mudah diperoleh;
5) Obat yang telah dikenal.
h. Obat jadi kombinasi tetap, harus
memenuhi kriteria berikut :
1) Obat hanya bermanfaat bagi
penderita dalam bentuk kombinasi
tetap;
2) Kombinasi tetap harus menunjukkan
khasiat dan keamanan yang lebih
tinggi daripada masing-masing
komponen;
3) Perbandingan dosis komponen
kombinasi tetap merupakan
perbandingan yang tepat untuk
sebagian besar penderita yang
memerlukan kombinasi tersebut;
4) Kombinasi tetap harus meningkatkan
rasio manfaat-biaya (benefit –cost
ratio);
5) Untuk antibiotika kombinasi tetap
harus dapat mencegah atau
mengurangi terjadinya resisten dan
efek merugikan lainnya.
3. Faktor Biaya.
Setelah pertimbangan ilmiah dibuat, TFT
harus mempertimbangkan biaya terapi obat
secara keseluruhan. Hal ini termasuk biaya
sediaan obat, biaya penyiapan obat, biaya
pemberian obat dan biaya monitoring selama
penggunaan obat. Obat terpilih adalah obat
dengan biaya terapi keseluruhan yang paling
rendah.
D. Penggunaan Obat Non Formularium.
Secara umum, hanya obat formularium yang disetujui untuk
digunakan secara rutin dalam pelayanan kesehatan di rumah
sakit. Prinsip yang mendasari adanya proses untuk menyetujuai
pemberian obat non formularium adalah pada keadaan dimana
penderita sangat memerlukan terapi obat yang tidak tercantum
di formularium, sebagai contoh :

1. Kasus tertentu yang jarang terjadi, misalnya : kelainan


hormon pada anak, penyakit kulit langka.
2. Perkembangan terapi yang sangat memerlukan adanya obat
baru yang belum terakomodir dalam formularium.
3. Obat-obat yang sangat mahal dan penggunaannya
dikendalikan secara ketat, misalnya : obat sitostatika baru,
antibiotik yang dicadangkan (reserved antibiotics).
Penggunaan obat non formularium harus ditetapkan
dalam kebijakan dan melalui prosedur dengan mengajukan
permintaan menggunakan formulir khusus (Lampiran 1)
Mekanisme proses pengajuan obat non formularium :

1. Dokter pengusul mengisi formulir dan disetujui oleh


kepala SMF.
2. Formulir diajukan ke TFT.
3. Penilaian oleh TFT terhadap usulan yang disampaikan.
4. Usulan yang disetujui disampaikan ke IFRS untu
diadakan.
5. Usulan yang tidak disetujui dikembalikan ke SMF.
A. Proses Penyusunan Formularium.
Proses penyusunan formularium di rumah sakit dapat
dilakukan dengan mengikuti tahapan di bawah ini :

1. Rekapitulasi usulan obat dari masing-masing


SMF berdasarkan standar terapi atau standar
pelayanan medik.
2. Mengelompokkan usulan obat berdasarkan
kelas terapi.
3. Membahas usulan tersebut dalam rapat
TFT, jika diperlukan dapat meminta
masukan dari pakar.
4. Rancangan hasil pembahasan TFT di kembalikan ke
masing-masing SMF untuk mendapatkan umpan balik.
5. Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF.
6. Menetapkan daftar obat yang masuk ke dalam
formularium.
7. Susun kebijakan dan pedoman untuk
implementasi.
8. Lakukan edukasi mengenai formularium
kepada staf dan lakukan monitoring TFT
bertanggung jawab dalam penyusunan /
revisi formularium yang dibantu secara
aktif olef IFRS.
B. Isi Formularium.
Formularium berisi tiga bagian utama yaitu :

1. Informasi kebijakan dan prosedur rumah sakit


tentang obat.
a. Kebijakan mencakup antara lain : tentang
pemberlakuan formularium, tatalaksana obat
(kebijakan umum dalam penulisan resep,
prosedur pelayanan obat, kebijakan penulisan
obat generik).
b. Prosedur pengusulan obat untuk
ditambahkan atau diharus dari formularium
c. SK tentang TFT.
d. Kebijakan dan prosedur mengenai substitusi generik
dan terapetik, penghentian permintaan secara
otomatis, permintaan obat secara lisan, obat yang
dibawa penderita ke rumah sakit, konsumsi obat sendiri
oleh penderita, penggunaan sampel obat, kebijakan
terhadap permintaan obat cito, standar waktu
penggunaan obat, MESO.
e. Informasi tentang penggunaan formularium
meliputi cara penggunaan formularium,
prosedur untuk melihat setiap produk obat,
dll.
f. Kebijakan penulisan resep untuk
penderita rawat jalan.
2. Daftar Obat.
Bagian ini merupakan inti dari formularium yang
berisi informasi dari setiap obat disertai satu
atau lebih indeks untuk memudahkan
penggunaan formularium. Nama obat disusun
dengan cara :
a. Pembagian kelas terapi merujuk kepada
FORNAS yang berlaku.
b. Nama obat perkelas terapi dituliskan
dalam nama generik berdasarkan
abjad.
Contoh format daftar obat dalam formularium.
KLS
NO
TRP & NAMA BENTUK SEDIAAN
URUT DOSIS KETERANGAN
KAT GENERIK DAN KEKUATAN
OBAT
FDA
1 2 3 4 5 6
Untuk hal-hal tambahan seperti Efek
Dewasa dan anak
samping, pembatasan antibiotic,
Protokol Khusus
perhatian khusus
ANALGESIK,
ANTIPIRETIK,
1
ANTI-REMATIK
ANTIPIRAI

ANALGESIK
1.1
NARKOTIK

0,05 mg/ml; TTS


25 mcg/jam, 50 Fentanyl (inj.);
C 1 Fentanil
mcg/jam Durogesic
inj.; patch
Keterangan kolom :

Kolom 1. Diisi dengan Kelas terapi obat dan


Kategori FDA tentang resiko obat
terhadap ibu hamil dan ibu
menyusui.
Kolom 2. Diisi dengan nomor urut obat.
Kolom 3. Diisi dengan nama generik obat.
Kolom 4. Diisi dengan nama sediaan dan
bentuk sediaan obat.
Keterangan kolom :
Kolom 5. Diisi dengan dosis lazim untuk
dewasa dan anak, atau ditulis
“protokol khusus” untuk indikasi
yang memerlukan dosis khusus
untuk indikasi yang memerlukan
dosis khusus, contoh : dosis untuk
kemoterapi, dosis kortikosteroid
untuk berbagai indikasi.
Kolom 6. Diisi untuk informasi tambahan
sesuai kebutuhan contohnya efek
samping, pembatasan antibiotika,
perhatian khusus, penandaan
obat yang masuk Jaminan
Kesehatan Masyarakat.
3. Informasi Khusus.
Informasi khusus tergantung pada
kebutuhan masing-masing rumah sakit.
Contoh :
a. Tabel ekivalensi dosis dari obat yang
sama golongan famakologinya (seperti
kortikosteroid),
b. Cara perhitungan dosis untuk anak,
c. Daftar racun yang dapat didialisis,
d. Cara perhitungan penyesuaian dosis,
e. Interaksi obat,
f. Daftar obat dengan indeks terapi
sempit.
A. Pemberlakuan Formularium
Kepatuhan penggunaan formularium memerlukan
dukungan dari pimpinan rumah sakit berupa surat
keputusan tentang pemberlakuan formularium. Sosialisasi
harus dilakukan kepada seluruh profesional
kesehatan, dengan cara : pertemuan/safari,
bulletin, surat edaran, internet, penyerahan
buku formularium ke masing-masing SMF.
B. Distribusi Formularium.
Formularium disistribusikan kepada :
1. Unit pelayanan untuk penderita rawat inap,
rawat jalan, rawat darurat.
2. Instalasi farmasi dan seluruh satelit/depo
farmasi.
3. Pimpinan rumah sakit.
4. Pusat pelayanan informasi obat.
5. Bagian/SMF/UPF/departemen.
6. Anggota staf medik dan apoteker.
7. Perpustakaan.
8. Bagian pengadaan.
9. Bagian lain yang
dianggap perlu.
Nama Indikator Kepatuhan Penulisan Resep Sesuai Formularium
Dasar Pemikiran Formularium merupakan acuan dalam penulisan
resep oleh tenaga medis di rumah sakit.

Definisi Merupakan indikasi komitment tenaga medis untuk


mematuhi kesepakatan menuliskan resep sesuai
dengan formularium yang telah ditetapkan di rumah
sakit.
Pengumpulan Data Data dikumpulkan dari rekam medik di unit
pelayanan atau resep yang terkumpul di IFRS untuk
periode tertentu misal bulanan, triwulan, tengah
tahun atau tahunan.

Kriteria :
Inklusi Obat-obat yang sudah ada di dalam formularium dan
obat-obat non formularium yang telah disetujui.

Eksklusi -
Nama Indikator Kepatuhan Penulisan Resep Sesuai Formularium

Rumus perhitungan dan contoh Jumlah item obat yang diresepkan sesuai formularium X 100%
Jumlah seluruh item obat dalam formularium

Jumlah item obat yang diresepkan sesuai


formularium di IFRS’ pada bulan juni = 150
Jumlah seluruh item obat dalam formularium = 300
% Kepatuhan Penulisan sesuai formularium pada
bulan Juni = 150/300 X 100% = 50

Penyampaian Hasil Tingkat Kepatuhan penulisan resep pada bulan Juni


pada resep yang terpantau di IFRS adalah sebesar
50%.
Standar4 yang ditetapkan untuk tingkat kepatuhan
misalkan 55%. Artinya ada kesenjangan antara
standar yang ditetapkan dengan kenyataan.
Nama Indikator Kepatuhan Penulisan Resep Sesuai Formularium

Catatan Diperlukan di analisis penyebab ketidak patuhan dan


selanjutnya dilakukan upaya untuk meningkatkan
tingkat kepatuhan penulisan resep melalui
sosialisasi formularium maupun supervisi di
masing-masing bagian.
Standar Kepatuhan Ditetapkan oleh masing-masing rumah sakit dalam
bentuk %.
Nama Indikator Kepatuhan Penulisan Resep Sesuai Formularium

Dasar Pemikiran Formularium merupakan acuan dalam pengadaan


obat.

Definisi Merupakan bukti komitmen stake holder yang


terlibat dalam proses pengadaan produk obat untuk
mematuhi pengadaan obat sesuai dengan
formularium yang telah di tetapkan.
Pengumpulan Data Data berasal dari dokumen pengadaan pada periode
tertentu. Dokumen dapat diperoleh dari tim
pengadaan perbekalan farmasi rumah sakit.
Kriteria :
Inklusi Obat-obat yang sudah ada di dalam formularium dan
obat-obat non formularium yang telah disetujui.

Eksklusi -
Nama Indikator Kepatuhan Penulisan Resep Sesuai Formularium

Rumus perhitungan dan contoh Jumlah item produk obat yang diadakan sesuai formularium X 100%
Jumlah seluruh item produk obat yang ada diformularium

Jumlah item obat sesuai formularium yang diadakan


oleh tim pada tahun 2008 = 200
Jumlah seluruh item produk obat yang ada di
formularium = 300
% Kepatuhan pengadaan pada formularium =
200/300 X 100% = 66,66%

Penyampaian Hasil Tingkat Kepatuhan pengadaan terhadap formularium


pada tahun 2008 adalah 66,66% Standar yang
ditetapkan untuk tingkat kepatuhan misalkan 90%.
Artinya standar telah ditetapkan masih belum
tercapai.
Nama Indikator Kepatuhan Penulisan Resep Sesuai Formularium

Catatan Diperlukan analisis penyebab ketidak patuhan dan


selanjutnya dilakukan upaya untuk meningkatkan
tingkat kepatuhan pengadaan. Arahan dari direksi
sangat penting karena pengadaan merupakan kunci
keberhasilan penulisan resep.
Standar Kepatuhan Ditetapkan oleh masing-masing rumah sakit dalam
bentuk %.
Penyebab ketidakpatuhan penulisan resep obat formularium maupun
pengadaan antara lain :
1. Sistem formularium tidak berjalan dengan baik di rumah sakit.
2. Tidak adanya surat keputusan pimpinan rumah sakit untuk menggunakan
formularium, sehingga staf medik tidak merasa berkewajiban
menggunakan formularium.
3. Tidak ada sosialisasi formularium oleh TFT kepada staf medik, sehingga
staf medik tidak mengenal formularium.
4. Tidak adanya supervisi secara reguler guna mengingatkan staf medik untuk
menggunakan obat yang ada dalam formularium.
5. TFT tidak berfungsi dengan baik.
6. Formularium tidak pernah direvisi sesuai dengan kebutuhan penderita dan
staf medik.
7. Apoteker di IFRS tidak berperan sebagaimana mestinya.
8. Tidak adanya mekanisme penghargaan dan hukuman (reward and
punishment).
9. Adanya konflik kepentingan dari pihak yang terlibat dalam pengadaan.
Pemutakhiran formularium merupakan
salah satu faktor penting untuk menjamin
penggunaan formularium. Proses
pemutakhiran akan dapat berjalan bila
sistemformularium sudah dilaksanakan
dengan baik di rumah sakit. Teknik
pemutakhiran formularium meliputi :
TFT melakukan pengkajian penggunaan dan efek terapi dari
beberapa kelas terapi obat setiap tahun.
Obat-obat yang diprioritaskan untuk dikaji meliputi :

1. Obat yang berpotensi tinggi menimbulkan efek samping


yang serius, contoh, obat yang data efek sampingnya
belum banyak dilaporkan.
2. Obat yang diduga banyak digunakan secara tidak rasional,
contoh antibiotik.
3. Obat mahal, contoh obat sitostatika.
4. Obat yang sedang dievaluasi apakah akan dimasukan,
dikeluarkan atau dipertahankan sebagai obat
formularium.
Tujuan pengkajian untuk menjamin penggunaan obat
yang aman dan cost effective serta meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Program ini mengevaluasi,
menganalisis dan menginterpretasikan pola
penggunaan obat baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Tahapan proses pengkajian obat adalah
sebagai berikut :

1. Penetapan obat atau kelas terapi obat yang


akan dikaji.
2. Pengumpulan data.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan
dalam pengumpulan data, yaitu : retrospektif,
konkuren dan prospektif. Pemilihan metode
berdasarkan tersedianya waktu dan sumberdaya.
Metode prospektif lebih sulit dan makan waktu.
Formulir pengumpulan data perlu dirancang agar
ringkas dan mudah digunakan oleh petugas di
lapangan. Pelaksana harus benar-benar
memahami metode pengumpulan data. Data
yang akan dikumpulkan harus tersedia dan valid.
Jumlah sampel harus memungkinkan untuk
analisis statistik.
Contoh data yang dikumpulkan :

a. Demografi pasien, karakteristik pasien, sejarah


pengobatan.
b. Indikasi penggunaan obat.
c. Sejarah penggunaan obat.
d. Obat-obat yang digunakan sekarang.
e. Adanya efek samping obat, interaksi obat.
f. Data laboratorium (biokimia, darah,
mikrobiologis)
Penambahan obat ke dalam formularium dilakukan
melalui pengusulan.
1. Permohonan harus diajukan secara resmi melalui
SMF kepada TFT.
2. Permohonan yang diajukan setidaknya memuat
informasi :
a. Mekanisme farmakologi obat dan indikasi
yang diajukan.
b. Alasan mengapa obat yang diajukan lebih
baik dari pada yang sudah ada di dalam
formularium.
c. Bukti ilmiah dari pustaka yang mendukung
perlunya obat di masukan ke dalam
formularium (Min. 2 literature).
Kriteria penghapusan obat dari formularium :
1. Obat tidak beredar lagi di pasaran.
2. Obat tidak ada yang menggunakan lagi.
3. Sudah ada obat baru yang lebih cost effective.
4. Obat yang setelah dievaluasi memiliki resiko yang
lebih tinggi dibandingkan manfaatnya.
5. Obat di recall oleh pemerintah.
Peran apoteker dalam penyusunan formularium
rumah sakit sangat besar. Apoteker selaku
sekretaris TFT bertindak sebagai motor
penggerak dalam penyusunan formularium.
Apoteker IFRS harus berperan aktif dalam
kegiatan yang menunjang sistem formularium.
Kegiatan yang dapat dilakukan oleh
apoteker dalam menjalankan peran
tersebut antara lain :
1. Merekaptulasi usulan obat yang
akan dibahas dalam rapat
penyusunan formularium.
2. Mengkaji informasi dari pustaka
ilmiah yang terkait dengan obat yang
di usulkan.
3. Menyajikan data ketersediaan dan harga obat.
4. Melakukan evaluasi terhadap usulan yang masuk.
5. Menyiapkan informasi yang akan dimuat dalam
formularium.
6. Berpartisipasi aktif dalam rapat pembahasan penyusunan
formularium.
7. Berpartisipasi aktif dalam sosialisasi formularium.
8. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap implementasi
formularium secara berkesinambungan.
9. Melakukan pengkajian penggunaan obat.
LAMPIRAN 1
CONTOH
RUMAH SAKIT ______________________________

Alamat rumah sakit Telp. ______________


Kotak Pos ________________ Fax. ______________

FORMULIR PERMINTAAN KHUSUS


OBAT NON FORMULARIUM
1. Nama generik : _______________________________________
2. Nama Dagang dan Pabrik : _______________________________________
3. Bentuk sediaan dan kekuatan : _______________________________________
4. Indikasi : _______________________________________
5. Alasan permintaan : _______________________________________
_______________________________________
6. Jumlah yang diminta : _______________________________________

Jakarta, ________________
Mengetahui : Kepala Departemen
Dokter yang meminta,
_________________

(_________________) (_________________)
NIP. : NIP. :
Catatan :

Formulir ini harus diisi dengan lengkap, dicap stempel Bagian/Departemen dan dikirimkan
kepada : Ketua Tim Farmasi dan Terapi R.S. .......................

Keputusan Timr Farmasi dan Terapi (Diisi oleh TFT) :

Disetujui

Tidak disetujui :

Alasan : ______________________________________________________________________________

Jakarta, __________________
Ketua Tim Farmasi & Terapi
Rumah Sakit .............................

(________________________)
NIP. :

Anda mungkin juga menyukai