Anda di halaman 1dari 48

EPISTEMOLOGI ISLAM VII

ISLAM DAN DAKWAH

DR. Drs. H. A. ARIEF CHOLIL. SH., M. Ag


PENDAHULUAN

2
Dakwah pada hakikatnya adalah upaya
untuk melakukan perubahan di
masyarakat, baik dalam kaitannya
dengan persoalan sosial, kultural
maupun persoalan-persoalan lainnya
kepada kondisi yang sesuai dengan
nilai-nilai agama Islam.

3
Mengubah masyarakat bukanlah dengan cara
menghancurkan, melainkan dengan
mengganti sistem kehidupan yang ada
di tengah-tengah warganya.
Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah
Muhammad SAW.

4
Dengan kata lain, mengubah masyarakat
berarti mengubah isinya, kepribadiannya,
pemikirannya, perasaannya, dan sistem yang
mengatur berbagai interaksi sosial, politik,
ekonomi dan budaya mereka.

5
Cara melakukan perubahan dalam
masyarakat pada masa Nabi Muhammad SAW
dari masyarakat jahiliyah menjadi
masyarakat Islam, tidak dilakukan
dengan kekuatan senjata.

6
Ancaman-ancaman fisik yang diterima Nabi
dan para sahabatnya tidak dihadapi dengan
kekuatan fisik, melainkan dengan cara-cara
yang jauh dari sikap kekerasan.

7
Salah satu faktor yang mendukung
keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam
menyampaikan dakwah Islam kepada
masyarakat adalah pribadi beliau yang
lemah lembut, santun dan menjauhi
cara-cara kekerasan.

8
STUDI KASUS I

9
KONFLIK
PEMBANGUNAN
KA’BAH
(Tahun 605)

SIAPA DAN TERNYATA YANG


MELETAKKAN PERTAMA MASUK MELALUI
HAJAR ASWAD PINTU TERSEBUT ADALAH
MUHAMMAD

5 HARI PERANG
LALU DIBENTANGKAN JUBAH
URAT SARAF
DAN BATU DILETAKKAN DI
ANTAR KABILAH
ATASNYA. SEMUA KABILAH
MEMEGANG PINGGIRNYA

MUNCUL USULAN
SIAPA MEMASUKI DAN MUHAMMAD MENGAMBIL
“BAB AL-SAFA” BATU TERSEBUT UNTUK
PERTAMA DILETAKKAN DITEMPATNYA.
10
Apa yang dilakukan Muhammad sebelum
menjadi Nabi ini merupakan contoh mengatasi
konflik tanpa menggunakan kekerasan.
Semua kabilah terlibat mengangkat
“hajar aswad”

11
TINDAKAN MUHAMMAD TERSEBUT JELAS
MENUNJUKKAN KEPRIBADIAN BELIAU YANG SANTUN :

1. Kesabaran, mendengar dulu problemnya


2. Memberi kesempatan yang sama kepada
semua kabilah
3. Pengangangkatan jubah bersama-sama
4. Penghormatan martabat, dengan memberi
partisipasi yang sama
5. Sikap kreatif untuk mencari media.

12
STUDI KASUS II

13
DI THAIF, MUHAMMAD DISERANG, DISAKITI, DILUKAI,
DIPERLAKUKAN KASAR, DILEMPARI DENGAN BATU DAN
KOTORAN ONTA. BAHKAN AKAN DIBUNUH

NABI TIDAK MEMBALAS, JUSTRU BERDOA KEPADA ALLAH DAN DOANYA


MENGGUNCANG ARASY, TEMPAT PARA MALAIKAT BERKUMPUL

NABI MUHAMMAD MENJAWAB


MALAIKAT JIBRIL MENEMUI DENGAN SANTUN : “Bahkan jika
NABI : “Wahai Nabi, jika mereka tidak mau beriman dan taat
engkau meminta kami kepada Allah, aku masih berharap akan
mencabut gunung lalu ada anak-anak dan cucu-cucu mereka
menimpakan penduduk Thaif, yang menyembah Allah. Biarkan saja
pasti kami lakukan”. mereka, karena mereka memang
orang-orang yang tidak tahu”.

14
TINDAKAN NABI INI MEMPERLIHATKAN
KEPRIBADIAN BELIAU YANG SANGAT MULIA,
YAKNI SIFAT MEMAAFKAN.

15
NILAI INTI YANG MENDASARI PARADIGMA
KENABIAN MUHAMMAD SAW ADALAH
BELAS KASIH KEPADA ORANG LAIN.

16
SECARA TEOLOGIS, ALLAH MENUNJUKKAN
BAHWA TUJUAN PENGUTUSAN NABI ADALAH
“SEBAGAI BELAS KASIH BAGI SIAPA SAJA
DIANTARA KAUM YANG BERIMAN”.
(Al-Taubah; 9 : 16).

17
DALAM AYAT LAIN, ALLAH MENEGASKAN
“KAMI TIDAK MENGUTUSMU (MUHAMMAD)
KECUALI SEBAGAI BELAS KASIH
BAGI SEKALIAN ALAM”.
(Al-Anbiya’; 21 : 107).

18
AYAT-AYAT TENTANG DAKWAH

19
1. ISLAM SEBAGAI AGAMA RAHMATAN LIL ALAMIN.

Konsep Islam sebagai rahmatan lil alamin


tidak secara eksplisit disebutkan dalam
al-Qur’an. Istilah untuk menegaskan bahwa
Islam adalah agama penuh rahmah
adalah pengutusan Muhammad SAW
sebagai rasul.

20
َ ‫اك ِإ اَّل َر ْح َمةً ِل ْلَعَالَ ِم‬
َ‫ن‬ َ ‫َو َما أ َ ْر‬
َ َ‫س ْلن‬

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan


untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”
(Al-Anbiya’; 21 : 107)

21
Kata “rahmat” berasal dari kata al-rahmah.
Dalam al-Qur’an, kata “rahmah” tercantum
sebanyak 88 kali, diantaranya berarti
kelembutan hati, kecenderungan yang
menyebabkan pengampunan, perbuatan yang
memberikan kebaikan dan anugerah.

22
Rasulullah Muhammad SAW diutus sebagai
anugerah (rahmat) bagi manusia yang
sebelumnya hidup dalam serba kesesatan:
tindakan atas dasar hawa nafsu, menindas
yang lemah, merusak lingkungan, dlsb., yang
tidak sesuai dengan martabat manusia.

23
Nabi Muhammad SAW memiliki sifat
belas kasih dan lemah lembut kepada
siapapun. Termasuk kepada kaum kafir
yang selalu melawannya.

24
ِ ‫ظ ْالقَ ْل‬
‫ب‬ َ ‫غ ِلي‬ َ ‫ظا‬ ًّ َ‫نت ف‬
َ ‫نت لَ ُه ْم َولَ ْو ُك‬ ِ ‫فَ ِب َما َر ْح َم ٍة ِ هم َن ه‬
َ ‫ّللا ِل‬
‫ع ْن ُه ْم َوا ْست َ ْغ ِف ْر لَ ُه ْم‬ ُ ‫ضواْ ِم ْن َح ْو ِل َك فَا ْع‬
َ ‫ف‬ ُّ َ‫الَنف‬
…… ‫َوشَا ِو ْر ُه ْم فِي األ َ ْم ِر‬

“Maka disebabkan rahmat dari Allahlah kamu berlaku lemah


lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu ………..”.
(Ali Imran; 3 : 159)

25
Ali Musthafa Yaqub :
“Sikap lemah lembut Nabi ini merupakan
salah satu karakteristik dakwah yang
dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW”.

26
2. BIJAK DALAM BERDAKWAH.

METODE DAKWAH YANG DISEBUTKAN DALAM


AL-QUR’AN ADA TIGA, YAITU :

-- Al-Hikmah
-- Al-Mau’idzah al-Hasanah
-- Al-Jidal.

27
َ ‫ظ ِة ْال َح‬
ۖ ‫سنَ ِة‬ َ ‫س ِبي ِل َر ِبه َك ِب ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬
َ ‫ع ِإلَ ٰى‬
ُ ‫ا ْد‬
َ ‫ي أ َ ْح‬
…… ‫س ُن‬ َ ‫ه‬
ِ ‫ي‬ ‫ت‬
ِ َّ ‫ال‬‫ب‬
ِ ‫م‬
ْ ‫ه‬
ُ ْ
‫ل‬ ‫َو َجا ِد‬

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu


dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik…….”
( Al-Nahl; 16 : 125).

28
MESKI AYAT DI ATAS ADALAH PERINTAH
ALLAH KEPADA RASULULLAH,
TETAPI SESUNGGUHNYA PERINTAH INI
BERLAKU UNTUK UMAT ISLAM
SECARA KESELURUHAN.

29
TIGA METODE DAKWAH SEPERTI YANG
DISEBUTKAN DIATAS, DINILAI OLEH AL-RAZIQ
SEBAGAI AJARAN PERDAMAIAN DALAM
DAKWAH.

30
3. DILARANG MEMAKI SESEMBAHAN ORANG LAIN

Dahulu ada sebagian umat Islam


mencaci-maki berhala yang disembah
orang musyrik. Akibatnya orang musyrik
juga mencaci-maki Allah SWT yang disembah
umat Islam.

Maka turunlah ayat :

31
ۗ ‫ع ْد ًوا ِبغَي ِْر ِع ْل ٍم‬ َ ‫ّللا‬ َ َّ ‫سبُّوا‬ُ َ‫ّللا فَي‬ ِ ‫ون ِم ْن د‬
ِ َّ ‫ُون‬ َ ‫ع‬ُ ‫ين يَ ْد‬َ ‫سبُّوا الَّ ِذ‬ ُ َ ‫َو َال ت‬
‫ع َملَ ُه ْم ث ُ َّم ِإلَ ٰى َر ِبه ِه ْم َم ْر ِجعُ ُه ْم فَيُنَ ِبهئ ُ ُه ْم ِب َما‬ ‫ة‬
ٍ ‫م‬
َ َّ ِ ُ ‫أ‬ ‫ل‬‫ه‬ ُ
‫ك‬ ‫ل‬
ِ ‫ا‬َّ ‫ن‬َّ ‫ي‬ َ‫ز‬ ‫ك‬َ ‫ل‬
ِ َ ٰ
‫ذ‬ ‫َك‬
َ ُ‫َكانُوا يَ ْع َمل‬
‫ون‬
“Dan janganlah kamu mencaci-maki sesembahan yang mereka
sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah
dengan membabi-buta tanpa pengetahuan. Demikianlah
Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan
mereka. Kemudian kepada Tuhanlah mereka akan kembali,
lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu
mereka kerjakan”.
(Al-An’am; 6 : 108).

32
Nabi Muhammad SAW adalah orang yang
berhati lembut, bersikap santun dan penuh
kasih sayang kepada siapapun, termasuk
kepada orang-orang non-muslim.

33
Sikap lemah-lembut Nabi juga tetap
diperlihatkan ketika beliau memiliki posisi
yang sangat kuat dengan jumlah pengikut
yang cukup banyak.

34
Ketika Rasulullah menjadi pemimpin di
Madinah, beliau menjumpai banyak warganya
yang beragama Yahudi atau Nasrani.
Keragaman masyarakat Madinah ini
merupakan kenyataan yang tidak bisa
dipungkiri. Dan beliau tetap bersikap santun
kepada mereka.

35
4. TIDAK ADA PAKSAAN DALAM AGAMA

KEIMANAN MERUPAKAN PONDASI AGAMA


YANG ESENSINYA ADALAH KETUNDUKAN DIRI,
MAKA IA TAK BISA DIJALANKAN
DENGAN PEMAKSAAN

36
‫ت‬ ُ ‫ش ُد ِم ََ ا ْلغَي ِ ۚ فَ َم َْ نَ ْكفُ ْر ِبال اطا‬
ِ ‫غو‬ ُّ ََ ‫نَ ۖ قَ ْد تَبَنا‬
ْ ‫الر‬ ِ ‫ََّل ِإ ْك َرا َه فِي‬
ِ ‫الد‬
َ ‫س َك ِبا ْلَعُ ْر َو ِة ا ْل ُوثْقَ ٰى ََّل ا ْن ِف‬
ۗ ‫صا َم لَ َها‬ ْ ‫اَّلل فَقَ ِد ا‬
َ ‫ست َ ْم‬ ِ ‫َونُ ْؤ ِم َْ ِب ا‬

‫ع ِلن ٌم‬
َ ‫س ِمن ٌع‬
َ ُ‫َّللا‬
‫َو ا‬

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki ) agama


(Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu
barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia
telah berpegang kepada buhul tali yang amat
kuat yang tidak akan putus, dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
(Al-Baqarah; 2 : 256).
37
• ASBAB AL-NUZUL (Riwayat l) :

Oleh Abu Dawud, al-Nasai’ dan Ibn Hibban


bersumber Ibn Abbas, bahwa sebelum Islam, ada
wanita yang anaknya selalu meninggal. Ia
berjanji jika punya anak hidup, akan dijadikan
Yahudi. Ketika Islam datang dan kaum Yahudi
Bani Nazir di usir dari Madinah (karena
berkhianat), ternyata anak tersebut dan
beberapa anak lainnya yang sudah termasuk
keluarga Anshar, terdapat bersama-sama kaum
Yahudi. Berkatalah kaum Anshar: “Jangan kita
biarkan anak-anak kita bersama mereka”. Maka
turunlah ayat di atas.
38
• ASBAB AL-NUZUL (Riwayat ll)

Dari Said atau Ikrimah bersumber Ibn Abbas


menyebutkan bahwa Hushain dari golongan
Anshar, suku Bani Salim Ibn Auf mempunyai dua
anak yang beragama Nasrani, sedang ia sendiri
seorang Muslim. Ia bertanya kepada Nabi SAW:
“Bolehkah saya paksa kedua anak itu, karena
mereka tidak taat kepadaku, dan tetap ingin
beragama Nasrani”. Maka turunlah ayat
tersebut.

39
RASYID RIDHA :
“Kebebasan beragama merupakan prinsip
dasar ajaran Islam, sehingga tak ditemukan
satu ayatpun dalam al-Qur’an atau sebuah
hadits yang bertentangan dengan prinsip
ajaran ini”.

40
BERIMAN MERUPAKAN PILIHAN, KESADARAN
DAN KETUNDUKAN SUBYEKTIF MANUSIA ATAS
AJARAN-AJARAN ALLAH.

41
NABI MUHAMMAD SAW HANYA SEKEDAR
PENYAMPAI PESAN YANG TIDAK PUNYA
KEWENANGAN UNTUK MEMAKSA.

ALLAH BERFIRMAN :

42
َ ‫علَ ْن ِه ْم ِب ُم‬
)٢٢( ‫ص ْن ِطر‬ ْ َ‫) ل‬٢١( ‫فَذَ ِك ْر ِإنا َما أ َ ْنتَ ُمذَ ِك ٌر‬
َ َ‫ست‬

“Maka berilah peringatan, karena


sesungguhnya kamu hanyalah orang yang
memberi peringatan. Kamu bukanlah orang
yang berkuasa atas mereka”.
(Al-Ghasyiyah; 88 : 21-22).

43
AYAT DI ATAS MERUPAKAN TEKS FONDASI
ATAU DASAR PENYIKAPAN ISLAM
TERHADAP JAMINAN KEBEBASAN
BERAGAMA.

44
‫ق ِم َْ َر ِب ُك ْم ۖ فَ َم َْ شَا َء‬
ُّ ‫َوقُ ِل ا ْل َح‬
….. ‫َو َم َْ شَا َء فَ ْلنَ ْكفُ ْر‬ َْ ‫فَ ْلنُ ْؤ ِم‬

Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya


dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir)
biarlah ia kafir……….”.
(Al-Kahfi; 18 : 29).
45
BERIMAN ATAU TIDAK BERIMANNYA
SESEORANG MERUPAKAN TANGGUNG JAWAB
MANUSIA ITU SENDIRI DENGAN ALLAH.
KEIMANAN DAN KEKUFURAN SESEORANG
TIDAK DIPERTANGGUNGJAWABKAN KEPADA
MANUSIA LAIN, MELAINKAN KEPADA ALLAH.

46
ISLAM MENGAJARKAN CARA-CARA YANG
DAMAI DALAM HUBUNGAN DENGAN ORANG
LAIN, TERMASUK DALAM MENYAMPAIKAN
DAKWAH ISLAM ITU SENDIRI.

47
Wa Allah ‘Alam bi al-Shawab

48

Anda mungkin juga menyukai