Anda di halaman 1dari 28

KERATOMETRY

Febry Corina .RO,FIACLE,M.Pd


Sejarah Perkembangan
Prinsip Optik Keratometer
• Scheiner [1619]
– “Membandingkan besar bayangan
obyek yg dipantulkan permukaan depan
kornea dgn besar bayangan pd
kelereng yg dipegang di dekat mata
penderita”
• Brewster [1827]
– “Menganjurkan agar obyek
diseragamkan berupa sebuah garis”
• Senff [1846]
• Goode [1847]
– “Menggunakan tabel (segi 4
bercahaya), dgn segi 4 distorsi lebih
mudah terlihat u/menemukan astigmat”
Sejarah Perkembangan
Prinsip Optik Keratometer
• Placido [1870]
– “Menggunakan obyek berupa piring dengan
lingkaran2 konsentrik (Placido disc/ scope)”
Sejarah Perkembangan
Prinsip Optik Keratometer

• Ramsden [1796]
o 3 komponen utama
pd keratometer :
1) Obyek
2) Alat pembesaran
bayangan
3) Alat pengganda
bayangan
Sejarah Perkembangan
Prinsip Optik Keratometer
• Helm Holtz [1854]
– “Menerapkan prinsip penggandaan
bayangan yg pertama dpt dipakai u/
pengukuran dengan cara :
1) 2 cermin datar yang dipasang bersudut
2) Bayangan dibuat berhimpit dg merubah
besarnya sudut antara kedua cermi datar”
Sejarah Perkembangan
Prinsip Optik Keratometer
• Javal Shiotz [1881]
o Menamakan Alat ini dg
“Opthalmometer”
o Menggunakan prisma “Wollaston”
sebagai alat pengganda bayangan
o Saat ini bernama “Haagstreit
Keratometer”
Keratometer
Javal Shiotz
Keratometer
Javal Shiotz
Keratometer
Bausch & Lomb
Keratometer
Bausch & Lomb
Keratometer
Bausch & Lomb
Prosedur Pemeriksaan
1. Pemfokusan Oculer
2. Penyetelan Alat & Penderita
3. Penggunaan Alat
4. Pengarahan Penderita
5. Pengukuran Meridian Utama
6. Pengukuran
7. Pencatatan
Pemfokusan Oculer
• Pemfokusan dilakukan sebelum
penderita duduk di depan
keratometer, dengan langkah2
sbb:
1) Occluder dipasang di depan ujung
keratometer disisi penderita,
2) Lampu keratometer dinyalaka
1.LanjutanPemfokusan Oculer

3) Oculer disetel dengan


memutar berlawanan arah
jarum jam sampai
Text
target
terlihat kabur,
4) Kembalikan oculer diputar
perlahan searah jarum jam
sambil melihat target

14
Penyetelan Alat &
Pengarahan Pasien
a) Kursi disesuaikan dengan tinggi
keratometer atau sebaliknya,
b) Posisi kepala agak condong, dan
terlihat posisi badan agak condong
kedepan dengan sudut antara 70°-80°,
c) Posisi dagu dan dahi harus menempel
pada tempatnya, hal ini dilakukan
agar kepala tidak bergerak dan
gambar diokuler akan terlihat jelas
Penggunaan Alat
• Pada Alat terdapat tanda panah yang berguna
untuk menyetel tinggi rendahnya alat dan
dapat disesuaikan dengan tahap sbb :
1) Dilihat dari samping posisi orientasi panah
terhadap penderita harus sejajar,
2) Penyanggah dagu diputar sampai tanda
panah sejajar dengan canthus mata pasien,
3) Selanjutnya alat diarahkan ke mata kanan
pasien, dan dilihat dari samping luar
keratometer sampai didapatkan “refleksi
dari mires” terlihat jelas dan utuh,
Lanjutan Penggunaan Alat
4) Setelah itu dapat dilihat dari
oculer akan terlihat bayangan
mires akan terlihat 4 lingkaran
atau 3 lingkaran,
5) Letakkan target “+” pada
lingkaran tengah bayangan
mires.
Pengarahan Penderita
a) Pasien diminta membuka matanya
lebar2, tetapi diperbolehkan berkedip
bila perlu,
b) Pasien diminta melihat bayangan
matanya yg ada dipusat keratometer
[khusus bila kelainan refraksi kurang
dari ±3.00D]
Pengukuran Meridian

a) Meridian utama kedua diukur dengan


tanda-tanda minus dari bayangan mires
dan terletak 90 atau tegak lurus terhadap
meridian utama
Pengukuran
1) Pengukuran dapat dilakukan apabila
posisi mires telah terfokus dengan
tepat
2) Selalu mulai dari horizontal kemudian
vertikal
3) Tombol pengukur “H” diputar sampai
kedua silang plus berhimpit,
4) Kemudian tombol “V” diputar sampai
tanda minus berhimpit,
Pencatatan
• Berdasarkan konfensi/
kesepakatan maka kanan dicatat
lebih dahulu daripada mata kiri, &
meridian “H” dicatat lebih dahulu
daripada meridian “V”
lanjutan Pencatan
• Contoh :
– KOD : H = 42.00 ; V = 43.00
– KOS : H = 42.25 ; V = 43.50
– KOD : 42.00 - 43.00 @ 90
– KOS : 42.25 - 43.50 @ 80
• Hasil :
– R : -1.00 x 180
– L : -1.25 x 170
Perhitungan Astigmat Total
dari Hasil Keratometer
a) Rumus Javal
– “At = p (Ac) + K” 1)

– At = Astigmat total/ Ast. Refraktif


– Ac = Ast Kornea/ hasil dari
keratometri
– p = konstanta dengan besar 1.25
– k = 0.50 D, Against the rule
– “At = 1.25 (Ac) - 0.50 axis 90
Contoh Perhitungan
• KOD = -1.00 x 180
• KOS = -1.25 x 170
• Javal :
• OD = 1.25 (-1.00 x 180) -0.50 x 90
• = -1.25 x 180 -0.50 x 90
• = -0.75 x 180
• OS = 1.25 (-1.25 x 170) -0.50 x 90
• = -1.56 x 170 -0.50 x 90
• = 1.06 x 170 / 1.00 x 170
Tabel Javal Rule
Corneal Predicted total
Astigmat Astigmat
-2.00 x 90 -3.00 x 90
-1.00 x 90 -1.75 x 90
0 0.50 x 90
-1.00 x 180 -0.75 x 180
-2.00 x 180 -2.00 x 180
-3.00 x 180 -3.25 x 180
Penyebab Ketidaktepatan
Keratometer
• Penggandaan karena pemfokusan
kurang baik,
• Mata penderita terbuka kurang
lebar,
• Posisi kepala yang tidak benar
Keratometer Rutin
1) Mempercepat refraksi
2) Sebagai Data Dasar Pada Data
Base
a) Myopia Progressive
b) Refraksi Astigmat Penderita Katarak
c) Refraksi Astigmat Penderita Aphakia
3) Refraksi Astigmat Keratokonus
4) Refraksi Astigmat Lensa Kontak
The End

28

Anda mungkin juga menyukai