Anda di halaman 1dari 42

PEDOMAN UNTUK

PENANGANAN
ANEMIA DEFISIENSI
ZAT BESI
Disusun Oleh : KELOMPOK 1
ABSTRAK

Latar Belakang
Anemia defisiensi zat besi (IDA/ iron deficiency anaemia) terjadi
pada 2-5% dari seluruh para pria dewasa dan para wanita
pasca-menopaus di negara-negara maju.
MENDEFINISIKAN ANEMIA
DEFISIENSI ZAT BESI

• Batas bawah rentang normal untuk dilakukannya uji laboratorium harus digunakan untuk
mendefinisikan anemia (B).
• Anemia dengan semua tingkat keparahan haruslah diperiksa jika terjadi keberadaan kondisi
kekurangan zat besi (B).
• Hemoglobin yang rendah dapat menjadi indikasi akan patologi penyebab yang serius, dan hal
ini mengharuskan dilakukan pemeriksaan (B).
• Indeks sel darah merah dapat memberikan indikasi yang sensitif akan defisiensi zat besi jika
tidak ditemukan penyakit kronis atau hemoglobinopati (A).
• Elektroforesis hemoglobin adalah direkomendasikan ketika terjadi mikrositosis dan
hipokromia pada para pasien dengan latar belakang etnis tertentu yang beresiko untuk
mencegah tindakan pemeriksaan lambung-usus yang tidak diperlukan (C).
• Feritin serum merupakan uji yang sangat akurat untuk mengetahui defisiensi zat besi (A).
PEMERIKSAAN

• Pemeriksaan saluran gastrointestinal bagian atas dan bawah haruslah dipertimbangkan untuk
dilakukan pada semua pasien wanita pasca-menopaus dan semua pasien pria jika IDA telah
terkonfirmasi, kecuali jika terdapat riwayat akan terjadinya kekurangan darah yang jelas dan
signifikan akibat gangguan non-gastrointestinal (A).
• Semua pasien harus mendapatkan tindakan skrining untuk mengetahui keberadaan penyakit
seliak (B).
• Jika tindakan esofagogastroduodenoskopi (OGD) dilakukan sebagai pemeriksaan
gastrointestinal awal, hanya jika ditemukannya kanker lambung parah atau penyakit seliak
yang mengharuskan dilakukannya tindakan pemeriksaan gastrointestinal bagian bawah (B).
• Pada para pasien yang berusia >50 tahun atau mereka dengan kondisi anemia yang jelas atau
mereka dengan riwayat keluarga akan pengidapan kanker kolorektum, tindakan pemeriksaan
saluran gastrointestinal bagian bawah haruslah tetap dipertimbangkan untuk dilakukan,
walaupun si pasien diketahui memiliki penyakit seliak (B).
• Kolonoskopi diketahui memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan kolografi CT untuk
pemeriksaan saluran gastrointestinal bawah pada kasus IDA, namun kedua tindakan ini
dianggap boleh untuk dipilih/ dilakukan (B). Kedua pemeriksaan diatas diketahui lebih sering
dipilih untuk dilakukan jika dibandingkan dengan barium enema, namun barium enema juga
merupakan tindakan yang berguna jika kedua jenis pemeriksaan diatas tidak tersedia/ tidak
dapat dilakukan.
• Pemeriksaan visualisasi langsung lanjutan pada usus kecil tidaklah dibutuhkan, kecuali jika
terdapat gejala-gejala yang menunjukkan akan penyakit usus kecil, atau jika kadar hemoglobin
tidak dapat dikembalikan ke tingkat normal atau jika kadarnya terus menurun setelah
dilakukannya terapi zat besi (B).
• Pada para pasien dengan IDA kambuhan dan OGD yang normal dari pemeriksaan
kolonoskopi, maka Helicobacter pylori harus ditangani jika memang terbukti ada. (C).
• Pemeriksaan darah okult/ samar pada tinja diketahui tidaklah akan memberikan manfaat pada
pemeriksaan IDA.
• Semua wanita pasca-menopaus yang menderita IDA haruslah di-skrining untuk
mengetahui ada tidaknya penyakit seliak, namun pemeriksaan gastrointestinal atas dan
bawah tidaklah harus dilakukan, kecuali untuk mereka yang berusia 50 tahun keatas,
atau mereka yang mengalami gejala-gejala penyakit gastrointestinal, atau mereka yang
memiliki riwayat keluarga yang tinggi akan pengidapan kanker kolorektum (B).
• Pemeriksaan gastrointestinal atas dan bawah pada para pasien yang mendapatkan
tindakan gastrektormi yang menderita IDA adalah direkomendasikan ketika pasien
tersebut berusia diatas 50 tahun (B).
• Pada para pasien dengan kondisi defisiensi zat besi tanpa mengalami anemia,
pemeriksaan endoskopi jaranglah dapat mendeteksi malignansi/ kanker. Pemeriksaan
tersebut haruslah dipertimbangkan untuk dilakukan pada para pasien yang berusia
diatas 50 tahun setelah melakukan diskusi tentang resiko dan potensi dari tindakan ini
(C).
• Untuk kasus defisiensi zat besi tanpa anemia, hanya para wanita pasca-
menopaus saja dan para pria yang berusia diatas 50 tahun saja yang
harus mendapatkan tindakan pemeriksaan gastrointestinal.
• Pemeriksaan rektal jarang sekali memberikan kontribusinya, dan ketika
tidak ada kemunculan gejala seperti contohnya pendarahan rektum
dan tenesmus, maka pemeriksaan rektum umumnya tidak dilakukan
setelah dilakukannya pemeriksaan kolonoskopi.
• Uji urin untuk keberadaan darah adalah hal yang penting di dalam
pemeriksaan pasien penderita IDA (B).
PENANGANAN

• Semua pasien harus mendapatkan suplementasi zat besi, hal ini


dilakukan baik untuk menangani anemia ataupun untuk
mengembalikan kondisi tubuh (B).
• Zat besi parenteral dapat digunakan ketika preparasi oral tidak
dapat ditoleransi oleh pasien (C).
• Transfusi darah harus dilakukan hanya untuk para pasien
dengan kondisi atau resiko instabilitas kardiovaskular akibat
anemia (C).
PENDAHULUAN

IDA diketahui terjadi pada 2-5% dari seluruh pria dan para
wanita pasca-menopaus di negara-negara maju  dirujuk ke
dokter ahli gastroenterologi (4-13% rujukan).
Penyebab IDA yang paling umum pada para pasien pra-
menopaus: MENSTRUASI
Penyebab yang paling umum pada individu dewasa dan wanita
pasca-menopaus: HILANGNYA DARAH PADA GI TRACT

IDA diketahui seringkali memiliki multi faktor.


DEFINISI (WHO)

ANEMIA: konsentrasi haemoglobin ( Hb) dibawah 13g/dl pada pria diatas 15 tahun,
dibawah 12g/dl pada wanita tidak hamil dan berusia lebih 15 tahun, dan dibawah
11g/dl pada wanita hamil.

Serum marker dari defisiensi besi, diantaranya:


 ferritin menurun
 transferrin menurun
 besi menurun
 Peningkatan total kapasitas besi yang mengikat, meningkatnya sel darah merah zinc
protophorphyrin,
 meningkatnya serum reseptor transferrin(sTfR).
Microsytosis dan hypochromia  indicator
sensitive dari kekurangan zat besi tanpa adanya
penyakit kronis atau kekurangan vitamin B12 atau
folat.
MANAGEMENT

Tujuan pengobatan setelah memperhatikan penyebab


mendasar yang ditemukan, tujuan pengobatan harus
mengembalikan konsentrasi
TERAPI FE

• Ferrous sulphate 200mg dua kali setiap harinya


• Zat besi secara oral harus dilanjutkan selama 3 bulan
setelah defisiensi zat besi telah dikoreksi sehingga suplai
dalam tubuh terpenuhi.
• Asam ascorbicum (250 – 500 mg dua kali sehari + preparat
zat besi)  meningkatkan absorpsi zat besi, tetapi tidak ada
data yang menunjukkan efektifitasnya dalam pengobatan
Anemia Defisiensi Besi.
FOLLOW-UP

• Setelah normal, konsentrasi HB dan indeks sel darah merah


harus dimonitoring dalam interval. Kami menyarankan
setiap 3 bulan dalam 1 tahun,
PERTIMBANGAN KHUSUS :
INVESTIGASI PADA WANITA
PREMENOPAUSE

• Anemia defisiensi besi terjadi pada 5-12% wanita


premenopause yang sehat dan biasanya terjadi saat masa
menstruasi berhenti, juga meningkat pada kehamilan dan
menyusui, atau kekurangan asupan gizi.
• Hasil penyelidikan Gastrointestinal pada 'pasien' ini telah diteliti dalam
beberapa penelitian. Tumor ganas telah ditemukan pada 0-6,5% pasien,
namun berdasarkan dari dua penelitian dengan tingkat deteksi tertinggi
telah dikritik sebagai non-representative  Jarang Terjadi
• Coeliac disease terjadi pada hampir 4% wanita pramenopause dalam
penelitian ini. Wanita premenopause dengan anemia def besi harus
screening Coeliac disease.
• Usia adalah prediktor patologi terkuat pada pasien dengan IDA,
penyelidikan GI direkomendasikan untuk wanita pramenopause tanpa
gejala dengan IDA berusia 50 tahun atau lebih
OGD (Oesophagogastroduodenoscopy) harus
dipertimbangkan untuk wanita pramenopause dengan anemia
defisiensi besi dan dengan gejala GI bagian atas sesuai dengan
pedoman rujukan Departemen Kesehatan untuk dugaan
kanker usus besar.
• Investigasi kolon pada wanita pramenopause berusia <50 tahun harus
disediakan untuk mereka yang memiliki gejala kolon, riwayat keluarga yang
kuat (dua keluarga tingkat pertama yang terkena dampak atau hanya satu
tingkat pertama yang terkena dampak sebelum usia 50 tahun, atau IDA
persisten setelah suplementasi besi dan koreksi penyebab kerugian potensial
(misalnya, menorrhagia, donor darah dan pola makan yang buruk).
• Wanita pramenopause yang memiliki IDA namun tidak mengalami
menstruasi (misalnya setelah histerektomi) harus diselidiki sepenuhnya.
PERTIMBANGAN KHUSUS :
PASIEN DENGAN KOMORBIDITAS
YANG SIGNIFIKAN
• Kesesuaian untuk menyelidiki pasien dengan kelemahan dan
/ atau komorbiditas berat perlu dipertimbangkan
berdasarkan kasus per kasus.
• Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan termasuk
tingkat keparahan dan sifat anemia yang berulang ,
risiko persiapan usus sebelum penyelidikan GI bagian bawah,
dan potensial kebugaran pasien untuk bertahan dalam
perawatan jika penyebab kolorektal diidentifikasi.
• Uji invasif paling tidak harus digunakan jika dianggap tepat.
Tidak ada data dalam literatur tentang tingkat deteksi
kanker pada pasien IDA yang diselidiki dengan CT tanpa
dipersiapkan atau CT yang dipersiapkan minimal
dibandingkan dengan standar CT colography atau
kolonoskopi.
• Data sementara dari program skrining kanker usus nasional
menunjukkan tingkat pengambilan 6,9% untuk CT minimal
atau tidak siap (101 pasien) dibandingkan dengan 11% untuk
colonoscopy (> 33000 pasien).
• Jadi, walaupun CT yang tidak dipersiapkan mungkin akan
melewatkan kanker sesekali, kami terus merekomendasikan
hal ini untuk pasien yang sangat lemah, di mana persiapan
usus mungkin berisiko.
• Pasien yang lebih tua dengan penurunan berat badan dapat
mengambil manfaat dari pemeriksaan CT scan pada perut,
pelvis dan toraks, dan jika keganasan ditemukan, endoskopi
mungkin tidak diperlukan.
PERTIMBANGAN KHUSUS :
PASIEN YANG SEDANG MENUNGGU
OPERASI

Pengambilan besi yang cepat dan tepat diperlukan sebelum


operasi dilakukan.
Solusi hemat biaya yang mungkin dapat meniadakan kebutuhan
akan transfusi darah  pemberian zat besi intravena
PERTIMBANGAN KHUSUS :
PRIA MUDA

• Kejadian patologi GI pada pria muda rendah tapi tidak ada


data tentang hasil investigasi pada mereka yang memiliki
Anemia defisiensi besi
• Direkomendasikan pria muda diselidiki dengan cara yang
sama seperti pria yang lebih tua.
• Ada penyebab kehilangan darah yang jelas (misalnya, donor
darah)? Bisa hidindari dilakukannya penyelidikan kecuali
anemia terjadi berulang-ulang meskipun ada koreksi
penyebab kehilangan darah.
WANITA HAMIL
• IDA ringan sering ditemukan pada kehamilan, dan penggantian zat besi
harus dilakukan secepat mungkin setelah diagnosis ditegakkan.
Anamnesis dan pemeriksaan yang teliti harus dilakukan, terutama
dalam mencari riwayat neoplasia gastrointestinal atau penyakit coeliac
pada keluarga.
• Tes serologi coeliac harus dilakukan. Bila hasilnya positif, endoskopi
dan biopsi duodenal dapat dilakukan karena tidak ada bukti yang
menyatakan bahwa tindakan ini tidak aman dilakukan pada kehamilan.
Bila ada suatu kekhawatiran mengenai keadaan patologis dari saluran
pencernaan bagian bawah, penelusuran lebih lanjut harus dipikirkan,
meskipun pada beberapa pasien hal ini dapat ditunda hingga persalinan.
• Melakukan sigmoidoskopi fleksibel tanpa sedasi pada pasien
hamil dianggap cukup aman. Meskipun demikian, tidak ada data
yang cukup untuk membuktikan keamanan prosedur
kolonoskopi pada kehamilan, dan karena potensinya dalam
menyebabkan efek samping yang serius, tindakan ini hanya bisa
dilakukan bila ada indikasi yang sangat kuat.
• MR kolografi dipercaya aman bagi ibu dan fetus dan seharusnya
lebih dipilih dibandingkan pencitraan radiologis. The National
Radiological Protection Board menganggap bahwa sangat bijak
untuk menghindari MRI pada trimester pertama.
POST-
GASTREKTOMI
• IDA sangat sering ditemukan pada pasien dengan gastrektomi parsial atau total,
mungkin disebabkan oleh chelation yang buruk dan absorpsi zat besi sebagai akibat
dari hilangnya asam askorbat dan asam hidroklorida, dan hilangnya zat besi bebas pada
sel-sel yang tereksfoliasi.

• Meskipun demikian, pasien-pasien ini juga memiliki risiko terkena kanker gaster hingga
2 sampai 3 kali lipat setelah usia 20 tahun, dan mungkin risiko kanker kolon yang
meningkat.

• Penelusuran tentang IDA pada pasien-pasien post-gastrektomi yang berusia >50 tahun
sangat direkomendasi (C). Pembedahan bariatrik dapat menyebabkan defisiensi zat
besi, namun suplementasi zat besi biasanya direkomendasikan setelah pembedahan
untuk mencegah masalah ini.
PENGURANGAN
WARFARIN DAN
ASPIRIN
• Tidak ada perbedaan yang signifikan pada prevalensi kanker
saluran cerna yang ditemukan pada pasien-pasien yang
mengonsumsi aspirin atau warfarin, baik hanya salah satunya
ataupun gabungan keduanya, dibandingkan dengan pasien
yang tidak mengonsumsi obat-obat ini.
• Oleh karena itu IDA tidak boleh dikaitkan dengan obat-obat
ini sampai pemeriksaan pada saluran cerna dilakukan dengan
lengkap.
PENGGUNAAN
PROTON PUMP
INHIBITOR
• Tidak ada data yang mengindikasikan bahwa proton-pump
inhibitor menyebabkan IDA pada manusia.
• Pasien-pasien yang mengonsumsi obat-obatan ini TIDAK
BOLEH dianggap lebih tidak mungkin dalam terkena
keganasan.
DEFISIENSI ZAT
BESI TANPA
ANEMIA
• Defisiensi zat besi tanpa anemia (dibuktikan oleh ferritin serum
yang rendah / hipoferritinemia) 3 kali lebih sering daripada IDA,
namun tidak ada konsensus tentang apakah pasien-pasien ini
harus diteliti, dan dibutuhkan penelitian lebih jauh.
• Penelitian yang terbesar tentang hal ini menunjukkan prevalensi
keganasan saluran cerna yang sangat rendah pada pasien
dengan defisiensi zat besi (0.9% dari wanita postmenopause
dan pria, dan 0% dari wanita premenopause.)
• Angka yang lebih besar dilaporkan hanya pada beberapa
golongan tertentu.
• Meskipun tanpa bukti yang kuat, kami merekomendasikan tes
serologi coeliac pada seluruh pasien ini namun pemeriksaan
lain dilakukan hanya untuk orang-orang yang berisiko tinggi
(mis. Usia >50 tahun) setelah diskusi tentang risiko dan
keuntungan dari potensi pemeriksaan saluran cerna atas dan
bawah.
• Hal lainnya harus ditatalaksana secara empiris dengan
penggantian zat besi per oral selama 3 bulan dan harus diteliti
apabila defisiensi zat besi kembali dalam kurang dari 12 bulan.
SARAN TENTANG
STANDAR
KUALITAS
1. Semua pasien dengan IDA harus diskrining untuk penyakit coeliac
2. Semua pasien (selain daripada wanita yang menstruasi) dengan IDA dan tanpa
penyebab yang jelas harus dilakukan pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian
atas dan antara kolonoskopi atau pencitraan radiologis (Kecuali karsinoma atau
penyakit coeliac ditemukan.
3. Semua pasien harus menerima penggantian zat besi yang baik.
4. Semua pasien yang tidak merespon terapi harus diteliti lebih jauh lagi.
5. Pada seluruh pasien yang sedang dicurigai adanya IDA, bukti IDA yang
memungkinkan harus didokumentasikan dengan hasil pemeriksaan Hb, MCH,
MCV atau nilai ferritin, atau harus ada penjelasan tentang defisiensi zat besi yang
dicurgiai pada pasien-pasien yang tidak menunjukkan hasil laboratorium darah
yang tipikal.
KUALITAS BUKTI
Sistem untuk menilai kualitas bukti dan kekuatan rekomendasi
dalam panduan ini didasarkan pada Skotlandia Pedoman
Intercollegiate Metodologi jaringan sebagai berikut:
Level Bukti Tingkat rekomendasi
IA Meta-analisis uji coba terkontrol secara acak atau awal studi A
kohort

IB Setidaknya satu percobaan terkontrol secara acak atau A


Studi kohort yang dirancang dengan baik dengan tindak
lanjut yang baik

IIA Setidaknya satu studi terkontrol dengan baik tanpa B


randomisasi atau meta-analisis dari studi kasus control

IIB Setidaknya ada satu studi dengan quasi-experimen desain B


atau studi kasus-kontrol

III Setidaknya satu studi non eksperimental (seperti sebuah C


studi deskriptif)

IV Laporan panitia atau laporan oleh otoritas yang diakui C

Anda mungkin juga menyukai