Lanjutan Pembuktian Dan Tuntutan Pidana
Lanjutan Pembuktian Dan Tuntutan Pidana
Tuntutan Pidana
Junaedi, S.H.,MSi.LL.M
Putusan MK 65/VIII/2010 (1)
Pengertian saksi dalam pasal 1 angka 26
diperluas yaitu termasuk juga dalam
pengertian saksi alibi.
Mahkamah menilai arti penting saksi bukan
terletak pada apakah ia melihat, mendengar
atau mengalami sendiri suatu peristiwa
pidana melainkan pada relevansi
kesaksiannya dengan perkara pidana yang
sedang di proses
Putusan MK 65/VIII/2010 (2)
Pengajuan Saksi yang menguntungkan atau ahli
sebagaimana dalam pasal 65 juncto pasal 116 ayat
(3) dan ayat (4) KUHAP, harus dapat ditafsirkan
dapat dilakukan tidak hanya dalam tahap
persidangan di pengadilan akan tetapi juga dalam
tahap penyidikan.
Sehingga pasal 1 angka 26 & 27;pasal 65;pasal 116
(3) & (4); pasal 184 (1) huruf (a); harus dimaknai
bahwa orang yang dapat memberikan keterangan
dalam rangka penyidikan, penuntutan, dan peradilan
suatu tindak pidana yang tidak selalu ia dengar
sendiri dan ia alami sendiri.
Barang Bukti
Barang-barang bukti yang belum disertakan dalam berkas perkara
diajukan dan diperlihatkan Penuntut Umum pada hari sidang pertama.
Panitera wajib menyimpan daftar barang-barang bukti yang diserahkan
Penuntut Umum, dan setiap mutasi barang bukti harus dicatat dalam
daftar barang bukti tersebut.
Masing masing Panitera Pengganti melaporkan tentang keberadaan
dan jumlah barang bukti kepada Panitera Muda Pidana, dan barang-
barang bukti yang disimpan di Pengadilan Negeri haruslah disegel.
Apabila barang-barang bukti itu berupa uang, surat-surat berharga dan
tidak dilampirkan pada berkas perkara maka harus disimpan dalam
brankas kantor (lihat buku pedoman tentang tata cara penyimpanan
uang dan barang berharga).
Berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung tertanggal 23 Oktober
1969 No. 17/1969 Para Pejabat Pengadilan Negeri, baik Hakim
maupun karyawan tidak diperkenankan untuk mempergunakan
barang-barang bukti yang berada dalam wewenang dan disimpan di
Pengadilan Negeri
Tata cara Pengajuan BB
Apabila barang bukti tersebut berupa barang yang karena jumlahnya
atau jenisnya tidak dapat diajukan seluruhnya maka cukup dengan
mengajukan contohnya saja, akan tetapi untuk lebih meyakinkan,
Hakim dapat menunjuk salah seorang Hakim Anggota dan Panitera
Pengganti untuk melihat barang tersebut di tempat penyimpanannya,
dan untuk itu dibuat berita acaranya.
Barang bukti sejak dicatat dalam daftar barang bukti yang dibuat oleh
Panitera termasuk wewenang Pengadilan Negeri, sehingga segala
mutasi barang bukti harus diketahui dan dicatat dalam daftar barang
bukti, dan secara hukum Panitera bertanggung jawab atas barang
bukti tersebut.
Terhadap barang bukti yang cepat rusak dan telah dilelang terlebih
dahulu sebelum diajukan ke persidangan oleh Jaksa, maka Hakim
wajib meminta Berita Acara Pelelangan barang bukti itu dari Jaksa
atas persetujuan tersangka atau pemegang terakhir dari barang-
barang itu (Pasal 45 KUHP). Jaksa selain wajib mengajukan berita
acara pelelangan harus pula mengajukan contoh dari barang bukti itu.
Tata cara Pengajuan BB
Setiap barang bukti yang tercantum dalam berita
acara penyitaan harus diajukan oleh Jaksa ke
persidangan Pengadilan Negeri, dan apabila tidak
diajukan ke persidangan maka tidak dianggap
sebagai barang bukti dan Hakim tidak perlu
memutuskan status barang bukti tersebut.
Barang bukti wajib dikembalikan kepada pemegang
terakhir dengan tanpa mempersoalkan siapa yang
berhak, karena persoalan siapa yang berhak
menjadi persoalan perdata
Putusan Tentang BB
Hanya barang bukti yang diajukan ke
persidangan yang wajib diputuskan statusnya
oleh Hakim.
Terhadap barang-barang bukti yang dalam
putusan terakhir dikembalikan kepada yang
berhak, pelaksanaannya dilakukan oleh Jaksa
setelah putusan tersebut mempunyai kekuatan
pasti. (Pasal 1 ayat 6 KUHAP). Sedangkan
yang tidak diajukan tidak perlu
dipertimbangkan.
Peminjaman Barang Bukti
Sebelum menjatuhkan putusan, Hakim dengan
penetapan yang ditandatangani oleh ketua majelis
dapat mengembalikan barang bukti kepada orang
dari siapa benda itu disita atau kepada pemiliknya
atau kepada orang yang paling berhak. Orang
tersebut terlebih dahulu harus mengajukan
permohonan tertulis untuk meminjam barang bukti
dan membuat perjanjian berdasarkan syarat-syarat
yang ditentukan oleh Hakim.
Hakim harus memperhatikan dalam hal benda yang
disita merupakan sumber kehidupan pemohon
sehingga perlu dikembalikan kepada pemohon.
Surat Dakwaan
Secara materiil surat dakwaan dipandang telah
memnuhi syarat apabila surat dakwaan tersebut
relah memberi gambaran secara bulat dan utuh
tentang:
– Tindak pidana yang dilakukan;
– Siapa yang melakukan tindak pidana;
– Dimana tindak pidana dilakukan;
– Bilamana/kapan tindak pidana dilakukan;
– Bagaimana tindak pidana dilakukan;
– Akibat apa yang ditimbulkan tindak pidana tersebut
(delik materiil)
– Apa yang mendorong terdakwa melakukan tindak
pidana tersebut (delik-delik tertentu);
– Ketentuan-ketentuan pidana yang diterapkan.
Surat tuntutan
Format susunan Surat Tuntutan Pidana, dalam
surat Edaran memang tidak ditentukan secara
rigid akan tetapi ditentukan berbagai hal yang
harus ada dan hal ini saya formulasikan sebagai
bentuk umum surat tuntutan yang banyak saya
temui. Adapun format tersebut adalah sebagai
berikut:
Pendahuluan
Surat Dakwaan
Fakta-fakta yang terungkap dipersidangan
Analisa fakta
Analisa yuridis
Kesimpulan
Penutup
Bagian Pendahuluan