Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK PADA

PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI COLOSTOMI


DI RUANG ASOKA RSUD MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

DISAMPAIKAN OLEH :
IRFANUDDIN WAKHID A31701014

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG
A. Review Casus
 Pasien datang ke IGD RSMS tanggal 08 Desember 2017
pukul 07.50 WIB, dikarenakan nyeri saat BAB, BAK tidak
lancar pada tanggal 11 desember 2017 dilakukan operasi
laparatomi colostomi, setelahnya mengalami nyeri.
Terkadang merasa mual muntah, kurang nafsu makan.
Belum bisa berjalan, jika mau miring takut nyeri. Kaki bisa
di geser. BAB menggunakan kantong colostomi, BAK
menggunakan Dc. VS: TD: 130/70 mmHg, S: 37,6oC, RR:
26x/menit.
B. Pathway
INSISI BEDAH INSISI BEDAH

ADANYA PERLUAKAAN PADA JARINGAN ADANYA PERLUAKAAN PADA JARINGAN

NYERI SAAT BERGERAK NYERI SAAT BERGERAK

KELEMAHAN PADA OTOT KELEMAHAN PADA OTOT


NEUROMUSCULAR NEUROMUSCULAR

KETERBATASAN PERGERAKAN KETERBATASAN SAAT PERGERAKAN

HAMBATAN MOBILITAS FISIK HAMBATAN MOBILITAS FISIK

Price, Sylvia A & Wilson. (2005).


C. Masalah kep.
Data focus etiologi problem

DS : pasien Hambatan pergerakan


mengatakan belum mobilitas fisik terbatas dari
bisa berjalan, takut anggota tubuh
jika miring akan sakit
pada luka operasi
nya.

DO: pasien terlihat


hanya tidura saja di
bed, telentang
D. Intervension
noc nic

Setelah dilakukan tindakan kep. - Monitor vital sign


Selama 3x24 jam, diharapkan MK - Kaji kemampuan pasie dalam
hambatan mobilitas fisik teratasi mobilisasi
: - Latih pasien dalam pemenuhan
Pasien meningkat dalam aktivitas kebutuhan ADLs secara
fisik ( saat dikaji 2 tujuan 4) mandiri sesuai kebutuhan
- Ajarkan pasie bagaimana
Mengerti tujuan peningkatan merubah posisi miring dan beri
mobilitas ( saat dikaji 2 tujuan 4) bantuan jika perlu
- Mativasi dalam batas normal
Bantuuntuk mobilisasi
( saat dikaji 2 tujuan 4)
E. Implementasi
 implementasi dan evaluasi.docx
F. Analisa ASKEP
1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian yang ada didapatkan masalah keperawatan hambatan mobilitas
fisik berhubungan dengan pergerakan terbatas dari anggota tubuh karena dari data
subjektif bahwa pasien mengatakan belum bisa berjalan, takut jika miring akan sakit
pada luka operasi nya.

2. Masalah keperawatan
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan pergerakan terbatas dari anggota tubuh.

3. Intervensi
Monitor vital sign pasien
kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kebutuhan
ajarkan pasien bagaimana merubah posisi miring kanan dan kiri dan berikan bantuan
jika perlu
motivasi ambulasi dalam batas normal
4. Implementasi
Monitor vital sign pasien
kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kebutuhan
ajarkan pasien bagaimana merubah posisi miring kanan dan kiri dan berikan bantuan
jika perlu
motivasi ambulasi dalam batas normal

5. Evaluasi
S: pasien mengatakan sudah bisa miring kanan dan miring kiri, terkadang posisi
setengah duduk ,duduk di samping tempat tidur.
O: pasien terlihat sudah bisa miring kanan dan kiri, duduk di samping tempat tidur
PRESENTESI JURNAL

LATIHAN MOBILISASI YANG DAPAT


MENINGKATKAN KESEMBUHAN LUKA PADA
PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI
COLOSTOMI
A. Pedahuluan
 Pada pasien yang dilakukan operasi laparatomi colostomi memiliki resiko yang tinggi infeksi dan
proses penyembuhan yang lama jika selama post operasi hanya bed rest di tempat tidur akan
mengakibatkan lama nya proses penyembuhan.

 Teknik mobilisasi fisik dini dapat dicobakan sebagai salah satu intervensi dari diagnosa hambatan
mobilitas fisik untuk meningkatkan kesembuhan pada luka post op. Laparatomi. Manfaat dari
mobilisasi dini :
a. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan bergerak, otot –otot
perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat
mengurangi rasa sakit dengan demikian pasien merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan,
mempercepat kesembuhan.
b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus
kembali normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.
c. Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk pasien bisa mandiri. Perubahan
yang terjadi pada pasien pasca operasi akan cepat pulih
d. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi darah
normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan.
B. Case
 Pasien datang ke IGD RSMS tanggal 08 Desember 2017 pukul 07.50 WIB,
dikarenakan nyeri saat BAB, BAK tidak lancar pada tanggal 11 desember 2017
dilakukan operasi laparatomi colostomi, setelahnya mengalami nyeri. Terkadang
merasa mual muntah, kurang nafsu makan. Belum bisa berjalan, jika mau miring
takut nyeri. Kaki bisa di geser. BAB menggunakan kantong colostomi, BAK
menggunakan Dc. VS: TD: 130/70 mmHg, S: 37,6oC, RR: 26x/menit.
C. Rumusan masalah
problem intervensi comparison outcome
Hambatan Pemberian Tidak diberikan Latihan
mobilitas fisik latihan latihan mobilisasi dini
mobilisasi dini mobilisasi dini akan
pasien post op. meningkatkan
Laparatomi kesembuhan
luka post op.
laparatomi
D.Metode
 1. posisi trendelenburg
 2. posisi sim kanan dan sim kiri
 3. memposisikan pasien semifowler
E. Hasil
 hasil.docx
F. Diskusi
 Pada penerapan latihan mobilisasi fisik dii
pada pasien post operasi laparatomi
terdapat pengaruh yang sigifikan
terhadap proses penyembuhan luka
operasi dan memandirikan pasien untuk
beraktivitas
G. Kesimpulan
 Kesimpulan yang dapt diambil dari jurnal diatas yaitu bahwa latihan mobilisasi fisik
dini pada pasien post operasi memberikan dampak yang baik terhadap kemampuan
meragsang peristaltik usus kembali normal. Aktivitas ii juga membantu
mempercepat organ – organ tubuh bekerja seperti semula, para luka post operasi
akan membantu mempercepat proses penyembuhan
Daftar pustaka
 Brunner&Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta :EGC.
 Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan (Edisi 4). Jakarta : EGC.
 Price, Sylvia A & Wilson. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Edisi 6. Volume 2. Jakarta :EGC

Anda mungkin juga menyukai