ANGGOTA KELOMPOK:
• MAHFUD (150421100018)
• SAMSURI (150421100031)
• ABDUR RAHMAN (150421100100)
OVERHEAD PABRIK
o Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead costs) adalah biaya produksi yang tidak masuk dalam biaya
bahan baku maupun biaya tenaga kerja langsung. Apabila suatu perusahaan juga memiliki departemen-
departemen lain selain departemen produksi maka semua biaya yang terjadi di departemen pembantu tersebut
(termasuk biaya tenaga kerjanya) dikategorikan sebagai biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik biasanya
muncul dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk pemakaian bahan tambahan, biaya tenaga kerja tak
langsung, pengawasan mesin produksi, pajak, asuransi, hingga fasilitas-fasilitas tambahan yang diperlukan dalam
proses produksi.
o Sebelum menentukan anggaran biaya overhead pabrik, kita harus bisa menggolongkan biaya overhead pabrik
terlebih dahulu. Dengan adanya penggolongan, kita akan lebih mudah dalam menentukan seberapa besar anggaran
yang perlu disisihkan sebagai anggaran biaya overhead pabrik sesuai dengan usaha di perusahaan kita. Biaya
overhead pabrik dapat digolongkan ke dalam tiga kriteria, yakni: Penggolongan biaya overhead pabrik menurut
sifatnya, Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume
produksi ,Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen.
OBERHEAD PABRIK (LANJUTAN)
PENGGOLONGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK MENURUT SIFATNYA
o Biaya overhead pabrik tetap, yakni biaya overhead pabrik yang tidak berubah meskipun terjadi perubahan dalam
volume produksi.
o Biaya overhead pabrik variabel, yakni biaya overhead pabrik yang berubah sebanding dengan perubahan volume
produksi.
o Biaya overhead pabrik semivariabel, yakni biaya overhead pabrik yang berubah namun tidak sebanding dengan
perubahan volume produksi. Untuk memudahkan penentuan tarif biaya overhead pabrik, biasanya biaya overhead
pabrik semivariabel akan dipecah menjadi dua unsur yakni biaya tetap dan biaya variabel.
OBERHEAD PABRIK (LANJUTAN)
2. PENGGOLONGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK MENURUT HUBUNGANNYA DENGAN DEPARTEMEN
o Biaya overhead pabrik langsung departemen (direct departemental overhead expenses), yakni biaya overhead pabrik
yang ada dalam sebuah departemen dan manfaatnya hanya dapat dinikmati oleh departemen tersebut.
o Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen (indirect departemental overhead expenses), yakni biaya overhead
pabrik yang manfaatnya dapat dinikmati oleh lebih dari satu departemen.
OBERHEAD PABRIK (LANJUTAN)
3. PENGGOLONGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK MENURUT HUBUNGANNYA DENGAN DEPARTEMEN
o Biaya overhead pabrik langsung departemen (direct departemental overhead expenses), yakni biaya overhead pabrik
yang ada dalam sebuah departemen dan manfaatnya hanya dapat dinikmati oleh departemen tersebut.
o Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen (indirect departemental overhead expenses), yakni biaya overhead
pabrik yang manfaatnya dapat dinikmati oleh lebih dari satu departemen.
OBERHEAD PABRIK (LANJUTAN)
METODE PENENTUAN ONGKOS OVERHEAD
a. Memperhatikan jenis biaya overhead pabrik yang dominan jumlahnya dalam departemen produksi
b. Memperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominan tersebut dan hubungannya dengan dasar
pembebanan yang akan dipakai.
c. Menghitung tarif biaya overhead pabrik yang dapat dilakukan dengan rumus:
ONGKOS TENAGA KERJA LANGSUNG
Bahan baku adalah merupakan bahan yang secara menyeluruh membentuk produk selesai dan dapat diidentifikasikan
secara langsung pada produk yang bersangkutan.
Pengertian bahan baku dapat meluas meliputi juga bahan-bahan yang digunakan untuk memperlancar proses produksi.
Bahan baku yang demikian termasuk dalam pengertian bahan baku penolong atau bahan baku pembantu. Bahan baku
dibedakan atas bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Bila biaya bahan baku tersebut langsung dibebankan
kepada kelompok biaya bahan baku dinamakan bahan baku langsung, sedangkan bila biaya bahan baku dimaksud
dibebankan melalui rekening biaya overhead pabrik dinamakan biaya bahan baku tidak langsung.
ONGKOS BAHAN BAKU (LANJUTAN)
PEMBELIAN BAHAN BAKU
Prosedur Order Pembelian. Bagian Pembelian melaksanakan pembelian atas dasar surat permintaan pembelian dari Bagian Gudang.
Untuk pemilihan pemasok, Bagian Pembelian mengirimkan surat permintaan penawaran harga (purchase price quotation) kepada para
pemasok, yang berisi peermintaan informasi harga dan syarat-syarat pembelian dari masing-masing pemasok tersebut. Setelah pemasok
yang dianggap baik dipilih, Bagian Pembelian kemudian membuat surat order pembelian untuk dikirimkan kepada pemasok yang dipilih.
Prosedur Penerimaan Bahan Baku. Pemasok mengirimkan bahan baku kepada perusahaan sesuai dengan surat order pembelian
yang diterimanya. Bagian Penerimaan yang bertugas menerima barang, menccocokan kualitas, kuantitas, jenis serta spesifikasi bahan baku
yang diterima dari pemasok dengan tembusan surat order pembelian. Jika barang yang diterima sudah cocok dengan surat order
pembelian tersebut, Bagian Penerimaan membuat laporan penerimaan barang untuk dikirimkan kepada Bagian Akuntansi.
Prosedur Pencatatan Penerimaan Bahan Baku di Bagian Gudang. Bagian Penerimaan menyerahkan bahan baku yang diterima
dari pemasok kepada Bagian Gudang. Bagian Gudang menyimpan dan mencatat jumlah bahan baku yang diterima tersebut dalam kartu
gudang (stock card).
Prosedur Pencatatan Utang yang Timbul dari Pembelian Bahan Baku. Bagian Pembelian menerima faktur pembelian dari
pemasok. Lalu memberikan tanda tangan di atas faktur pembelian, faktur pembelian yang sudah ditandatangani oleh Bagian Pembelian
tersebut diserahkan kepada Bagian Akuntansi. Faktur pembelian, yang dilampiri dengan tembusan surat order pembelian dan laporan
penerimaan barang dicatat oleh Bagian Akuntansi dalam jurnal pembelian (sebagai rekening pembantu persediaan bahan baku). Faktur
pembelian dan dokumen pendukungnya kemudian dicatat dalam kartu utang (sebagai rekening pembantu utang) untuk mencatat
timbulnya utang kepada pemasok yang bersangkutan.
ONGKOS BAHAN BAKU (LANJUTAN)
BIAYA YANG DIPERHITUNGKAN DALAM HARGA POKOK BAHAN BAKU
YANG DIBELI
Harga pokok bahan baku terdiri dari harga beli (harga yang tercantum dalam faktur pembelian) ditambah dengan biaya-
biaya pembelian dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyiapkan bahan baku tersebut dalam keadaan siap diolah.
Harga beli dan biaya angkutan merupakan unsur yang mudah diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku, sedangkan
biaya-biaya pesan, biaya penerimaan, pembongkaran, pemeriksaan, asuransi, pergudangan dan biaya akuntansi bahan baku,
merupakan unsur-unsur biaya yang sulit diperhitungkan kepada harga pokok bahan baku yang dibeli. Pada umumnya harga
pokok bahan baku dicatat sebesar harga beli menurut faktur dari pemasok. Hal ini dilakukan karena pembagian biaya
pembelian kepada masing-masing jenis bahan baku dalam faktur seringkali memerlukan biaya akuntansi yang mungkin
lebih besar dibandingkan dengan manfaat ketelitian perhitungan harga pokok yang diperoleh.
Seringkali di dalam pembelian bahan baku, perusahaan membayar biaya angkutan untuk berbagai macam bahan baku yang
dibeli. Perlakuan terhadap biaya angkutan ini dapat dibedakan sebagai berikut :
• biaya angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli
• biaya angkutan tidak diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli, namun diperlakukan sebagai
unsur biaya overhead pabrik.
ONGKOS BAHAN BAKU (LANJUTAN)
Biaya Angkutan Diperlakukan Sebagai Tambahan Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli. Apabila biaya
angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli, maka alokasi biaya angkutan kepada masing-
masing jenis bahan baku yang dibeli dapat didasarkan pada :
Perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku yang dibeli
Pembagian biaya angkutan atas dasar perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku yang dibeli hanya dapat dilakukan jika
bahan baku tersebut mempunyai satuan ukuran yang sama atau satuan ukurannya dapat disamakan.
Perbandingan harga faktur tiap jenis bahan baku yang dibeli
Biaya angkutan diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli berdasarkan tariff yang ditentukan di muka.
Biaya angkutan tidak diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli, tetapi
diperlakukan sebagai unsure biaya overhead pabrik. Pada awal tahun anggaran, jumlah biaya angkutan yang akan
dikeluarkan selama satu tahun ditaksir. Jumlah taksiran biaya angkutan ini diperhitungkan sebagai unsure biaya overhead
pabrik dalam penentuan tariff biaya overhead pebrik. Biaya yang sesungguhnya dikeluarkan lalu dicatat dalam sebelah
debet rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya.
ONGKOS BAHAN BAKU (LANJUTAN)
Biaya Angkutan Diperlakukan Sebagai Tambahan Harga Pokok Bahan Baku yang Dibeli. Apabila biaya
angkutan diperlakukan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli, maka alokasi biaya angkutan kepada masing-
masing jenis bahan baku yang dibeli dapat didasarkan pada :
Perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku yang dibeli
Pembagian biaya angkutan atas dasar perbandingan kuantitas tiap jenis bahan baku yang dibeli hanya dapat dilakukan jika
bahan baku tersebut mempunyai satuan ukuran yang sama atau satuan ukurannya dapat disamakan.
Perbandingan harga faktur tiap jenis bahan baku yang dibeli
Biaya angkutan diperhitungkan dalam harga pokok bahan baku yang dibeli berdasarkan tariff yang ditentukan di muka.
Biaya angkutan tidak diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok bahan baku yang dibeli, tetapi
diperlakukan sebagai unsure biaya overhead pabrik. Pada awal tahun anggaran, jumlah biaya angkutan yang akan
dikeluarkan selama satu tahun ditaksir. Jumlah taksiran biaya angkutan ini diperhitungkan sebagai unsure biaya overhead
pabrik dalam penentuan tariff biaya overhead pebrik. Biaya yang sesungguhnya dikeluarkan lalu dicatat dalam sebelah
debet rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya.
ONGKOS BAHAN BAKU (LANJUTAN)
PENENTUAN HARGA POKOK BAHAN BAKU YANG DIPAKAI DALAM PRODUKSI
Dalam persediaan bahan baku yang ada di gudang mempunyai harga pokok per satuan yang berbeda-beda, meskipun
jenisnya sama hal ini dapat menimbulkan masalah dalam praktik akuntansi, untuk mengatasi masalah ini diperlukan
berbagai macam metode yang diantaranya:
a. metode identifikasi khusus
b. metode masuk pertama keluar pertama
c. metode masuk terakhir keluar pertama
d. metode rata-rata bergerak
e. metode biaya standar
f. metode rata-rata harga pokok bahan baku pada akhir bulan.
ONGKOS BAHAN BAKU (LANJUTAN)
METODE
Ada dua macam metode pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi: metode mutasi persediaan dan metode persediaan
fisik. Dalam metode mutasi persediaan, setiap mutasi bahan baku dicatat dalam kartu persediaan. Dalam metode persediaan fisik, hanya
tambahan persediaan bahan baku dari pembelian saja yang dicatat, sedangkan mutasi berkurangnya bahan baku karena pemakaian tidak
dicatat dalam kartu persediaan.
Metode persediaan fisik adalah cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku dalam perusahaan yang harga pokok produksinya
dikumpulkan dengan metode harga pokok proses. Metode mutasi persediaan adalah cocok digunakan dalam perusahaan yang harga
pokok produksinya dikumpulkan dengan metode harga pokok pesanan.
Metode Identifikasi Khusus (Specific Identification Method). Dalam metode ini, setiap jenis bahan baku yang ada di
gudang harus diberi tanda pada harga pokok per satuan berapa bahan baku tersebut dibeli. Setiap pembelian bahan baku yang berbeda
harga satuannya harus dipisahkan penyimpanannya dan diberi tanda pada harga berapa bahan tersebut dibeli. Kelebihannya adalah tiap-
tiap jenis bahan baku yang ada di gudang jelas harga pokoknya sehingga untuk setiap pemakainnya dapat diketahui harga pokoknya
secara tepat. Kekurangannya adalah walapun jenis bahan bakunya sama namun berbeda harga pokok per satuannya, maka harus disimpan
secara terpisah di gudang.
Metode masuk Pertama, keluar Pertama (first-in, fisrt-out). Metode ini menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa
harga pokok persatuan bahan baku yang pertama masuk dalam gudang, digunakan untuk menentukan harga bahan baku yang pertama
kali dipakai. Perlu ditegaskan juga bahwa untuk menentukan biaya bahan baku, anggapan aliran tidak harus sesuai dengan aliran fisik
bahan baku dalam produksi.
ONGKOS BAHAN BAKU (LANJUTAN)
METODE
Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (Last-in, First-out Method). Metode ini menentukan harga pokok bahan
baku yang dipakai dalam produksi dengan anggapan bahwa harga pokok persatuan bahan baku yang terakhir masuk dalam persediaan
gudang, dipakai untuk menentukan harga pokok bahan baku yang pertama kali dipakai dalam produksi.
Metode Rata-Rata Bergerak (Moving Average Method). Dalam metode ini, persediaan bahan baku yang ada di gudang
dihitung harga pokok rata-ratanya, dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya. Bahan baku yang dipakai dalam
proses produksi dihitung harga pokoknya dengan mengalihkan jumlah satuan bahan baku yang dipakai dengan harga pokok rata-rata
persatuan bahan baku yang ada di gudang. Metode ini disebut juga dengan metode rata-rata tertimbang, karena dalam menghitung rata-
rata harga pokok persediaan bahan baku, metode ini menggunakan kuantitas bahan baku sebagai anak penimbangnya.
Metode Biaya Standar. Dalam metode ini, bahan baku yang dibeli dicatat dalam kartu persediaan sebesar harga standar (standard
price) yaitu harga taksiran yang mencerminkan harga yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Harga standar merupakan
harga yang diperkirakan untuk tahun anggaran tertentu. Pada saat dipakai, bahan baku dibebankan kepada produk pada harga standar
tersebut.
Metode Rata-Rata Harga Pokok Bahan Baku pada Akhir Bulan. Dalam metode ini, pada tiap akhir bulan dilakukan
penghitungan harga pokok rata-rata persatuan tiap jenis persediaan bahan baku yang ada di gudang. Lalu, digunakan untuk menghitung
harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi bulan berikutnya.