(PERAWAT-PASIEN)
By : Kelompok III
NURUL SEPTIANI
ANDRI NURMANSYAH
AHMAD MUMTAZ TAUBA
Faculty Of Nursing
Padjadjaran University
Komunikasi merupakan tindakan memberi, menerima atau bertukar informasi, ide dan
pendapat sehingga pesannya benar-benar dipahami oleh kedua belah pihak (Lunenburg,
2010).
Menurut Afnuhaji (2015), Komunikasi terapeutik merupakan media utama yang digunakan untuk
mengaplikasikan proses keperawatan dalam lingkungan kesehatan jiwa. Membantu klien untuk
menjelaskan dan mengurangi beban perasaan serta pikiran sehingga dapat disimpulkan bahwa
komunikasi terapeutik merupakan proses komunikasi antara perawat dengan pasien yang
kegiatannya bertujuan untuk kesembuhan pasien.
Analisis Vidio :
Komponen komunikasi dalam video tersebut terdiri dari:
1. Komunikator : Perawat,
2. Komunikan : Pasien
3. Pesan : Penyampaian dan penerimaan pesan dilakukan secara verbal
& non verbal antara perawat-pasien
4. Efek : terjadinya perubahan pada diri sasaran.
5. Feedback : Terdapat timbal balik antara komunikator dan komunikan
Dalam video tersebut telah ada proses komunikasi yang dibangun, adanya
pertukaran ide, perasaan dan pikiran antara perawat dan pasien.
FEEDBACK
Umpan balik
O… dia mengerti
INTERPRETASI BALIK
Decoding
INTERPRETASI
Encoding
KOMUNIKATOR PESAN SALURAN KOMUNIKAN
Gangguan
Karakteristik Perawat dalam Analisis Vidio : Kajian literatur :
melaksanakan Komunikasi Dalam proses komunikasi 1. Lunenburg(2010) , Tanpa
Terapeutik: perawat memberikan ketulusan-kejujuran,
1. Kejujuran penjelasan berdasarkan keterusterangan, dan keaslian
2. Konkrit pertanyaan dan pernyataan semua upaya komunikasi
3. Bersikap Positif pasien, perawat menunjukkan ditakdirkan untuk gagal.
4. Empati bukan simpati sikap ketulusan baik secara 2. Suryani (2016) dalam
5. Melihat permasalahan dari verbal maupun non verbal, berkomunikasi dengan klien,
kacamata klien perawat memberikan perawat sebaiknya menggunakan
6. Menerima klien apadanya penjelasan dengan kalimat kata-kata yang mudah dimengerti
7. Sensitif terhadap perasaan yang konkrit dan menunjukkan serta tidak berbelit-belit.
klien sikap positif, tidak membuat 3. Bowers (2009) bersikap positif
8. Tidak terpengaruh oleh pasien bingung. Menunjukkan dapat ditunjukan dengan sikap
masa lalu sikap empati dengan melihat memberikan perhatikan, tidak
masalah dari persepsi pasien. mengabaikan, memberikan
dukungan, lembut, empati,
perhatian, jujur, menjaga privasi
pasien, dan menghormati pasien.
Analisa efektivitas komunikasi terapeutik antara perawat dengan pasien diukur
menggunakan Elements affecting the nurse’s ability to be therapeutic.
Analisis Video :
Self Awareness Kajian literatur :
Perawat sudah bersikap terbuka ditandai dengan memperkenalkan diri dan Komunikasi pada keperawatan
menerima umpan balik dari pasien.
jiwa merupakan komponen
Clarification Values dalam melakukan intervensi
Perawat menunjukkan sikap menghargai setiap ide dan perasaan yang terapeutik. Pengetahuan dan
diyakini oleh pasien kemampuan interpersonal
yang digunakan seorang
Exploration of feeling perawat membantu seseorang
Perawat mengkaji dan menggali perasaan dan ide yang muncul selama proses yang sedang mengalami
interaksi/komunikasi. masalah gangguan jiwa atau
Role Modeling
distress, memfasilitasi
Perawat mampu berperan sebagai Role Model, yakni sehat secara fisik dan hubungan baik antara perawat-
mental, mampu memberikan informasi, nasihat, serta menghadirkan diri klien. Komunikasi terapeutik
secara terapeutik bagi pasien. antara perwat jiwa dan pasien
digunakan selama intervensi
Altruism psikoterapi melalui pertemuan
Komunikasi yang dilakukan perawat bertujuan untuk kesembuhan pasien. rutin (Morrissey & Callaghan,
2011).
Ethics and Responsibility
Dalam berkomunikasi dan berinteraksi perawat berpegang pada etika dengan
menghormati pasien, berkata jujur tentang kondisi yang dialami oleh pasien.
2.1 Komunikasi Verbal
2.4.8 Restating
Perawat mengulang apa yang disampaikan oleh pasien
Pasien”Membersihkan tempat tidur”..Perawat mengulang “Membersihkan tempat tidur”
Kajian Literature:
Tehnik ini bernilai terapeutik ditandai dengan perawat mendengar dan melakukan validasi, mendukung pasien
dan memberikan respon terhadap apa yang dikatakan pasien (Mulder, 2014).
2.4.9 Clarification
Perawat meminta pendapat pasien tentang hal-hal yang dirasakan dan dipikirkan
Perawat;“ Ada lagi Ibu?”
Kajian Literatur:
Klarifikasi bertujuan untuk menunjukkan bahwa perawat mendengar pertanyaan serta pernyataan pasien,
memperkuat apa yang sebelumnya diungkapkan (Rathert, 2013).
24.10 Giving Recognize
Perawat memberikan pujian terhadap apa yang telah dilakukan oleh pasien
Perawat ;“Bagus Ibu..?”
Kajian Literatur:
Menurut Suryani (2016) meberi pujian banyak membantu dalm menyembuhkan klien dengan harga diri
rendah, menarik diri dan depresi
2.4.11Informing
Dalam video tersebut perawat memberikan berbagai informasi yang berkaitan dengan kondisi dan masalah
yang dihadapi pasien
Kajian Literature:
Hasil penelitian Ramdhani (2016) menjelaskan bahwa perawat sebaiknya menghindari tindakan memberi
nasihat saat memberikan informasi kepada pasien. Nasihat yang terlalu banyak membuat pasien tidak nyaman
kemudian membuat jarak dengan perawat.
2.4.12 Advice
Perawat memberikan berbagai saran untuk mengatasi masalah pasien, termasuk menawarkan jadwal kegiatan.
Kajian Literatur:
Menurut Dwidiyanti (2008) tehnik memberikan saran lebih tepat digunakan pada fase terminasi.
24.13 Listening
Dalam video perawat terlihat sabar dan mendengarkan secara seksama
Kajian Literatur:
Menurut Philips (2009) mendengarkan merupakan dasar dalam komunikasi untuk
mengetahui perasaan pasien, mendengarkan pasien dengan penuh perhatian akan
menunjukkan bahwa apa yang dikatakannya penting.
2.4.11Silent
Perawat diam saat pasien berbicara, tidak pernah memotong pembicaraan pasien, akan
tetapi perawat sering terburu buru dalam menanggapi sehingga pasien tidak dapat
mengeksplorasikan perasaan dan idenya secara optimal.
Kajian Literature:
Menurut Mulder (2014) diam dilakukan dengan tujuan untuk mengorganisir pikiran,
memproses informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk menunggu respon.
Analisa Video: Kajian Literatur:
Menurut Fisher (2011), perawat
Dalam video tersebut perawat berperan sebagai media pemberi
berusaha menciptakan suasana layanan terapeutik yang penting, dan
mendorong untuk memberdayakan
yang memungkinkan pasien pasien dan keluarganya (dukungan
memiliki motivasi untuk mengubah keluarga), serta menanamkan
harapan pada keluarga dan pasien
dirinya baik sikap maupun tingkah sehingga keberadaan pasien tidak
laku sehingga dapat memecahkan dipersepsikan sebagai beban oleh
masalah-masalah yang dihadapi. keluarga.
Kemudian disebutkan pula menurut
Hibdon (Suryani, 2016)
menyimpulkan bahwa pendekatan
yang memungkinkan klien
menemukan siapa dirinya
merupakan fokus dari komunikasi
terapeutik.
Dimensi Tindakan: Kajian literatur :
Dimensi Respon:
1. Confrontation Keliat (2013) menjelaskan
1. Genuiness (Keikhlasan)
2. Immediacy bahwa hubungan
2. Respect
3. Self-disclosure
3. Emphaty interpersonal antara perawat
4. Chatarsis
4. Concreteness
5. Role Playing
dengan pasien dapat terjalin
dengan memberikan respon
Analisis Vidio : Analisis Vidio : dan tindakan yang positif
Perawat menunjukkan sikap Perawat tidak menggunakan dimensi terhadap pasien selama
keikhlasan dengan respon tindakan konfrontasi karena tidak relevan
wawancara, baik secara
mendengarkan pasien secara dengan kondisi pasien. Perawat
menunjukkan sikap kesegeraan,
verbal maupun non verbal
seksama, menghormati
pasien selama proses ditunjukkan dengan menawarkan diri
wawancara. untuk membantu pasien menghadapi
Menunjukkan sikap empati masalahnya. Selama proses interaksi
melalui ungkapan pengertian perawat-pasien bersikap terbuka dan
terhadap kondisi pasien. Dan rileks.
menggunakan bahasa yang Komunikasi terapeutik yang dilakukan
mudah difahami oleh pasien bertujuan untuk mengatasi masalah pasien.
dengan penjelasan yang Dalam video menunjukkan perawat dan
tidak berbelit-belit dan pasien bermain peran dalam kegiatan
membingungkan menyapu dan membersihkan sampah.
Kebuntuan dalam komunikasi Kajian literatur :
terapeutik: Keliat (2013) menjelaskan bahwa hubungan interpersonal antara perawat
1. Resistence dengan pasien dapat terjalin dengan memberikan respon dan tindakan
2. Transfrence yang positif terhadap pasien selama wawancara, baik secara verbal
3. Counter Transference maupun non verbal
4. Boundary Violations Menurut Helene (2014) Resistence terjadi ketika perawat tidak
mengetahui aspek yang menyebabkan pasien mengalami masalah
Analisis Vidio : kesehatan jiwa.
Dalam video baik perawat maupun Sementara menurut Bowers et al (2009) kebuntuan dalam komunikasi
pasien tidak menunjukkan adanya terapeutik lebih banyak disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan
kebuntuan dalam komunikasi
pengalaman perawat dalam berinteraksi dengan pasien.
terapeutik selama proses interaksi
Data Analisa
1. Mengkaji keluhan utama • Pengkajian keluhan utama seharusnya lebih banyak
2. Mengklarifikasi masalah menggunakan tehnik Board opening.
3. Menyimpulkan masalah • Dalam identifikasi masalah perawat menggunakan tehnik
klarifikasi dan restating
4. Memberi solusi dan mendiskusikan solusi
• Dalam menemukan dan menentukan solusi perawat berdiskusi
5. Banyak mengarahkan pertanyaan tertutup dengan pasien (Sharing perception)
• Perawat sudah melakukan tehnik informing & advice untuk
menjelaskan kondisi pasien dan upaya apa yang dapat dilakukan.
Fase Kerja
Positif Negatif
• Perawat dan pasien secara bersama • Tehnik Listening & Silent tidak optimal.
berbagi persepsi dalam menentukan • Banyak mengarahkan pertanyaan
solusi tertutup.
• Role Playing untuk memperatekkan • Menyimpulkan masalah terlalu cepat.
secara langsung solusi yang dipilih
Kajian Literatur:
Menurut Stuart dan Laria, 2011,
terminasi merupakan akhir dari
Analisis Vidio :
pertemuan perawat-klien . Tahap
Perawat telah melakukan evaluasi
terminasi dibagi menjadi dua yakni
subjektif terhapad perasaan pasien,
terminasi sementara dan terminasi
membuat kontrak pertemuan di hari
akhir. Proses terminasi perawat-klien
esok untuk mengevaluasi jadwal
merupakan aspek penting dalam
kegiatan harian yang telah disepakati
asuhan keperawatan sehingga jika
bersama.
hal tersebut tidak dilakukan dengan
baik oleh perawat regresi dan
kecemasan dapat kembali terjadi
pada klien. Timbulnya respon
tersebut sangat dipengaruhi oleh
kemampuan perawat untuk terbuka
empati dan responsif terhadap
kebutuhan klien pada pelaksanaan
tahap sebelumnya.
Afnuhazi, R. (2015). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.Yogyakarta:Gosyen Publishing.
Berger, J. (2014). Word of mouth and interpersonal communication: A review and directions for future research. Journal of Consumer
Psychology, 24(4), 586-607.
Bowers, L.,Brennan,G., Winsip, g. and Theodoridou, C. (2009) Talking with Acutely Psychotic People; communication skills for nurses
and other spending time with people who are very mentally ill. London: City University.
Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP
dan SP) untuk 7 diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S-1 Keperawatan. Jakarta: salemba Medika.
Gibson, J. L., Ivancevich, J. M., Donnelly, J. H., & Konopaske, R. (2009). Organizations: Behavior, structure, processes. Homewood, IL:
Irwin.
Katz, E., Lazarsfeld, P. F., & Roper, E. (2017). Personal influence: The part played by people in the flow of mass communications.
Routledge.
Mulder, C. L., Jochems, E., & Kortrijk, H. E. (2014). The motivation paradox: higher psychosocial problem levels in severely mentally
ill patients are associated with less motivation for treatment. Social psychiatry and psychiatric epidemiology, 49(4), 541-548.
Philips, P. and Callaghan, P. (2009). Working with people with substance misuse problems, in: Callaghan, P., Playle, J. and
Cooper,L.(eds) Mental Health Nursing Skills. Oxford: Oxford University Press, pp.203-212.
Qian, J., & Zheng, C. (2017). Study on the Correlation between Mental Health and Level of Interpersonal Communication of College
Students in Wuhan City. DEStech Transactions on Social Science, Education and Human Science, (eemt).
Ramdhani, R., & Widodo, A. (2016). Upaya Peningkatan Kemampuan Personal Hygiene Dengan Komunikasi Terapeutik Pada Klien Defisit
Perawatan Diri Di Rsjd Arif Zainudin Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Stuart, G. W. (2014). Principles and Practice of Psychiatric Nursing-E-Book. Elsevier Health Sciences.