Anda di halaman 1dari 25

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA 

DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI  PUSKESMAS RAWAT INAP 
TENAYAN RAYA KOTA PEKANBARU TAHUN 2018

Diajukan Oleh :
Lusy Agustin
M. Zumrodin
 
Rayan Ferinaldi
Resta 
Sella Annisa
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN 
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2018
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Menurut WHO 2011, hampir 4


juta orang meninggal akibat ISPA Di Indonesia ISPA menduduki
setiap tahunnya. Dan insidensi perigkat pertama kematian pada
ISPA pada balita terdapat 156 balita dengan angka kematian balita
juta kasus baru setiap tahunnya. 5 per 1000 balita.

ISPA

Di Puskesmas Tenayan
Raya ISPA peringkat Di Indonesia  25,8% menderita ISPA
pertama dengan angka Provinsi Riau  sebesar 17,1 % menderita ISPA
kejadian 4.354 kasus dari Di Pekanbaru 15,6% atau berkisar 8.565 balita
total 9.640 pasien yang menderita ISPA
berobat
Faktor
Lingkungan
Faktor risiko 
ISPA Salah satu faktor risiko yang
Faktor individu mempengaruhi kejadian penyakit
ISPA adalah kebiasaan merokok
Faktor perilaku

Jumlah balita yang


mengalami ISPA lebih
banyak pada balita yang
Mengandung orang tuanya perokok yaitu
berbagai senyawa Asap rokok 67,7% dibandingkan balita
beracun yang orang tuanya bukan
perokok yaitu 36,8%.

Merusak mekanisme Gangguan saluran


pertahanan paru pernapasan
2. Perumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara kebiasaan


merokok anggota keluarga dengan
kejadian ISPA pada balita di Puskesmas
Rawat Inap Tenayan Raya Kota Pekanbaru
tahun 2018?
3. Tujuan Penelitian 4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti
1. Tujuan umum

2. Bagi orangtua balita dan


masyarakat
2. Tujuan khusus
3. Bagi Puskesmas Rawat
Inap Tenayan Raya

4. Manfaat Bagi Institusi


pendidikan
5. Orisinalitas Penelitian
No. Penulis, Judul Penelitian, Perbedaan Persamaan Hasil
Tahun Penelitian
1. Asritati, et al. Analisis Penelitian mengenai faktor risiko Melakukan penelitian Adanya hubungan
Faktor Risiko Kejadian ISPA ISPA berupa kepadatan hunian berbagai faktor risiko ISPA antara faktor risiko
Pada Anak Balita. 2013 pada balita sedangkan penelitian pada balita salah satunya ISPA dengan
ini mengenai paparan asap rokok paparan asap kejadian kejadian ISPA (p-
ISPA pada balita yang value = 0,038)
dengan ISPA dan tempta penelitian sama pada penelitian ini.
yang berbeda.

2. Marhamah, et al. Faktor Melakukan penelitian mencakup Meneliti mengenai Adanya hubungan
Yang berhubungan dengan status imunisasi, pemberian kapsul berbagai faktor risiko ISPA antara faktor risiko
kejadian ISPA pada anak vitamin A, pengetahuan ibu. termasuk asap rokok. dengan kejadian
balita di Desa Bontongan sedangkan pada penelitian ini Sedangkan pada ISPA (p-value =
penelitian ini melakukan 0,045)
Kabupaten Enrekang. 2013 dilakukan ditempat yang berbeda penelitian hanya faktor
dengan faktor resiko berupa asap resiko asap rokok
rokok terhadap ISPA pada balita

3. Soolani, et al. Hubungan Melakukan penelitian mengenai Melakukan penelitian Ada hubungan
antara Faktor Lingkungan faktor lingkungan fisik rumah cross sectional dan faktor antara faktor risiko
Fisik Rumah dengan (kepadatan hunian, asap rokok, risiko salah satunya dengan kejadian
kejadian ISPA pada balita obat nyamuk) sedangkan pada paparan asap rokok ISPA (p- value =
dengan kejadian ISPA 0,001)
di Kelurahan Malalayang 1 penelitian ini mengenai faktor pada balita
Kota Manado. 2013 resiko asap rokok saja dan
ditempat penelitian yang berbeda
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Faktor
1. ISPA lingkungan

Faktor individu
Faktor resiko
Faktor perilaku

ISPA Faringitis
Atas
Tonsilitis
Klasifikasi
Pneumonia

Bronkitis
Bawah
Bronkiolitis
Faktor Lingkungan

Kepadatan 
hunian

Paparan  Ventilasi 
asap rokok ruangan

Paparan 
obat  Lubang asap 
nyamuk  dapur
bakar Paparan 
dari 
penderita 
lain
Gejala ISPA
Demam 

Sesak 
napas batuk

Nyeri 
pilek
tenggorokan
2.  Hubungan  kebiasaan  merokok  anggota 
keluarga dengan kejadian ISPA pada Balita

Kebiasaan Perokok pasif


Paparan asap
merokok pada balita Mengubah
respon imun
seluler dan
Peningkatan IgE humoral
Peningkatan
dan mengubah terhadap
sitokin
respon sel T mikroba

Merusak
Inflamasi dan mekanisme
peningkatan pertahanan Gangguan
permeabilitas pada saluran saluran napas
saluran napas napas
4. Kerangka Teori
Faktor Lingkungan
1. Kepadatan hunian
2. Luas ventilasi
3. Lubang pengasapan
dapur
4. Kelembapan udara
5. Jenis dinding
6. Jenis lantai
7. Langit-langit rumah
8. Paparan obat nyamuk
bakar Balita ISPA
9. Paparan Rokok

Faktor Individu

Faktor Perilaku
5. Kerangka Konsep

Kebiasaan Merokok Kejadian ISPA pada


Anggota Keluarga Balita

6. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan antara kebiasaan merokok anggota
keluarga dengan kejadian ISPA pada balita di
wilayah kerja Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya
Kota Pekanbaru tahun 2018.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian observasional 3. Variabel 
analitik dengan desain Penelitian
cross sectional. 1. Variabel Bebas (independen)
kebiasaan merokok anggota keluarga

2. Variabel Terikat (dependen)


kejadian ISPA pada balita.
2. Tempat dan Waktu
• Tempat penelitian dilakukan di puskesmas
rawatinap Tenayan Raya Kota Pekanbaru
• waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret
2018.
4. Definisi Operasional 
Variabel Definisi  Cara  Hasil Ukur Skala 
Operasional Ukur Ukur
Kebiasaan Ada anggota keluarga Kuesioner 0 = tidak ada Nominal
merokok yang terbiasa merokok 1 = ada
yang bertempat tinggal
anggota sama dengan balita.
keluarga.

Kejadian Infeksi akut yang Rekam Medis 0 = tidak ISPA Nominal


ISPA pada menyerang salah satu (RM) 1 = ISPA
bagian atau lebih dari
balita saluran napas mulai
hidung sampai alveoli
termasuk adneksanya
(sinus, rongga telinga
tengah, pleura)
(Kemenkes RI, 2012).
5. Populasi dan Sampel
• Populasi
Seluruh orang tua atau wali yang memiliki balita
dengan keluhan gangguan pernapasan yang datang
berobat ke Puskesmas Tenayan Raya Kota Pekanbaru
pada bulan Februari tahun 2018.
• Sampel
Sebagian orangtua atau wali yang memiliki balita
dengan keluhan gangguan pernapasan yang datang
berobat ke Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya
Kota Pekanbaru pada bulan Maret tahun 2018 yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
 Balita yang datang berobat  Orangtua atau wali yang
dengan keluhan gangguan tidak bersedia menjadi
pernapasan selama bulan responden.
Maret 2018.
 Orangtua atau wali yang
bersedia menjadi responden.
7. Besar Sampel
Berdasarkan data balita yang terdiagnosis ISPA selama
bulan Februari 2018 yaitu sebanyak 156 dari total
keseluruhan 217 balita , Rumus Slovin:
8. Metode 
Pengumpulan Data
1. Data primer
2. Data sekunder 9. Pengolahan Data
1. Editing (Pemeriksaan Data)
2. Coding (Pengkodean)
3. Entry (memasukkan data)
4. Cleaning (Merapikan Data)
5. Processing (Pengolahan Data)
6. Analyzing (penilaian)
10. Analisis Data

a. Analisis Univariat
Dilakukan pada masing-masing variabel dari hasil
penelitian.
b. Analisis Bivariat 
Mengetahui Hubungan kebiasaan merokok
anggota keluarga dengan kejadian ISPA pada
balita.
Analisis data yang digunakan adalah uji Chi-
square.
7. Alur Penelitian
Persiapan

Pengambilan data sekunder berupa data balita yang datang berobat dengan
keluhan gangguan pernapasan di Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya.

Penentuan sampel

Pengambilan data primer dengan


kuesioner dan rekam medis (RM)

Pengolahan Data

Analisis Data

Hasil
DAFTAR PUSTAKA
• Asritati, Zamrud M, Kalenggo, D.F. 2012. Analisis Faktor Risiko Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut Pada Anak Balita. Kendari. FK Universitas Haluoleo.
Available from: http://ojs.uho.ac.id /index.php/medula /article/download/192/132
[Diakses tanggal 9 Agustus 2016]
• Aung, K. 2015. Viral Pharyngitis. Medscape. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/225362-overview#showall. [Diakses tanggal
9 Agustus 2016].
• Azad SMY, Khalid M, Bahauddin, Uddin MH, Parveen S. 2014. Indoor Air Pollution
and Prevalence of Acute Respiratory Infection among Children in Rural Area of
Bangladesh. Journal of Biology, Agriculture and Healthcare. Available from :
http://www.iiste.org/ Journals/index.php/JBAH/article/ download/10569/10770
[Diakses tanggal 9 Agustus 2016]
• Carillo-Marques, M.A. 2016. Bacterial Pharyngitis. Medscape Reference. Available
from: http://emedicine.medscape.com/ article/225243-overview#showall. [Diakses
tanggal 9 Agustus 2016].
• Center of Disease Control and Prevention. 2004. The Health Consequences of
Smoking: A Report of the Surgeon General. Atlanta, GA: U.S. Department of Health
and Human Services.
• DeNicola, LK. 2016 Bronchiolitis. Medscape reference. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/961963-overview#showall.
[diakses tanggal 9 Agustus 2016].
• Hendrini, A. R., Anam, M. S., Arkhaesi, N. (2015). Faktor Risiko Kejadian
ISPA Pada Anak Usia 6 Bulan Sampai 5 Tahun Di Puskesmas Rowosari.
Media Medika Muda. Vol 4(4): 461-469.
• Hidayati, R. 2009. Asuhan keperawatan pada kehamilan fisiologis dan
patologis. Jakarta: salemba Medika.
• Isnaini, M., Zulfitri, R., Misrawati. (2012). Pengaruh Kebiasaan Merokok
Keluarga di Dalam Rumah Terhadap Kejadian ISPA pada Balita.
• Jamison DT, Breman JG, Measham AR, [et al.]. 2006. Disease Control
Priorities in Developing Countries. 2nd edition. Washington DC : World
Bank. Available from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK11786/
[Diakses tanggal 9 Agustus 2016].
• Kamangar, N. 2015. Bacterial pneumonia. Medscape Reference. Available
from : http://emedicine.medscape.com/ article/300157-overview#showall
. [Diakses tanggal 9 Agustus 2016].
• Kemenkes RI. 2011. Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang
Rumah. Available from:http
://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%201
077%20ttg%20Pedoman%20Penyehatan%20Udara%20Dalam%20Ruang%
20Rumah.pdf
. [Diakses tanggal 15 April 2013].
• Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Pedoman
Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
• Kemenkes RI, 2014. Profil kesehatan RI 2014. Available from :
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehata
n-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2014.pdf
[Diakses tanggal 9 Agustus 2016].
• Kemenkes RI. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar
2013.Jakarta:Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan RI.
Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehata
n-indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf
[Diakses tanggal 9 Agustus 2016]
• Liu W. 2003. Mosquito Coil Emissions and Health Implications.
Environmental Health Perspectives Vol. 111(12) : pg 112-24
• Marhamah, Arsin A.A., Wahiduddin. 2012. Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Balita di Desa Bontongan Kabupaten
Enrekang. Makasar:FKM Universitas Hasanuddin. Available from :
Mosenifar, Z. 2012. Viral pneumonia. http://emedicine. medscape.com/
article/ 300455-overview#showall. [diakses tanggal 9 Agustus 2016].
• Mosenifar, Z. 2016. Viral pneumonia. http://emedicine.medscape.com
/article/ 300455-overview#showall. [diakses tanggal 8 Agustus 2016].
• Nurjazuli dan Widyaningtyas, R. 2006. Faktor Resiko Dominan Kejadian
Pneumonia Pada Balita. Semarang : Universitas Diponegoro. Available
from : http://ejournal.undip.ac.id/ index.php/ jkli
/article/download /5031/4562 [Diakses tanggal 9 Agustus 2016].
• Nuryanto. (2012). Hubungan status gizi terhadap terjadinya penyakit
infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada balita. Jurnal Pembangunan
Manusia. Vol 6(2): 1-12.
• Rahmayatul, F. 2013.hubungan lingkungan dalam rumah tangga terhadap
ISPA pada balita. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai