Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN MENINGITIS AN. P DI


RUANGAN MERAK 1 ANAK

Feby fitri darmadi


1514401014
Dosen pembimbing :
1.Ns putri wulandini S.kep M. kes
2. Ns kiki permanda S.kep
DEFINISI

Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu


membran atau selaput yang melapisi otak dan medulla spinalis, dapat
disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur
yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan
otak (Black & Hawk, 2005).
ETIOLOGI
a.Bakteri:
b. tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokokus), Neisseria
meningitis (meningokokus), Streptococus haemolyticuss,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia
coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa. Penyebab
lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii, dan Ricketsia.
c. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering
dibandingkan dengan wanita.
d. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada
minggu terakhir kehamilan.
e. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi
imunoglobulin.
f. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan sistem persarafan.
KLASIFIKASI

Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu:

a. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak arachnoid dan piamater yang disertai cairan otak yang jernih.
b. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis.

Meningitis berdasarkan mikroorganisme penyebab :

 Meningitis bakterial
Meningitis bakterial merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh meningen, dimana organisme
masuk kedalam ruang arachnoid dan subarachnoid.

 Meningitis Virus
Meningitis virus biasanya disebut meningitis aseptik. Sering terjadi akibat lanjutan dari bermacam-
macam penyakit akibat virus, meliputi; measles, mumps, herpes simplek, dan herpes zoster
(Wilkinson, 1999

 Meningitis Jamur
Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit oportunistik yang pada
beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga penanganannya juga sulit.
PATOFISIOLOGI
Otak dilapisi oleh tiga lapisan,yaitu:durameter, arachnoid,dan piameter.cairan otak
dihasilkan didalam pleksus choroid ventrikel bergerak/mengalir melalui sub arachnoid
dalam system ventrikuler seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui
villi arachnoid yang berstruktur seperti jari jari didalam lapisan subarchnoid.

Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan septikemia,
yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Faktor predisposisi
mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh
imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan
saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini
penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.

Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam
meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran
darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat
meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak
dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral.
Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri
dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema
serebral dan peningkatan TIK.

Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis.
Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi, dan
dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindrom Waterhouse-Friderichssen)
sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang
disebabkan oleh meningokokus.
MANIFESTASI KLINIS
a. Sakitnya tiba-tiba, adanya demam, sakit kepala, panas dingin, muntah, kejang
kejang.
b. Anak menjadi irritable dan agitasi dan dapat berkembang photopobia,
delirium, halusinasi, tingkah laku yang agresif atau mengantuk stupor dan
koma
c. Gejala pada respiratory atau gastrointestinal
d. Adanya tahanan pada kepala jika difleksikan
e. Kekakuan pada leher (Nuchal Rigidity)
f. Tanda kernig dan brudzinki (+)
g. Kulit dingin dan sianosis
h. Peteki/adannya purpura pada kulit  infeksi meningococcus (meningo
cocsemia)
i. Keluarnya cairan dari telinga  meningitis peneumococal
j. Congenital dermal sinus  infeksi E. Colli
k. Manifestasi klinisnya biasanya tampak pada anak umur 3 bulan sampai 2
tahun
l. Nafsu makan menurun dan menangis meraung-raung.
m. Fontanel menonjol
n. Nuchal Rigidity  tanda-tanda brudzinki dan kernig dapat terjadi namun
lambat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium

@ Analisis CSS dari fungsi lumbal.


- Meningitis bakterial: tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa
meningkat, kultur positif terhada beberapa jenis bakteri.
- Meningitis virus: tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein
biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus.
b. Glukosa serum: meningkat
c. LDH serum: meningkat (meningitis bakteri)
d. Sel darah putih: sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri)
e. Elektrolit darah: dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.
f. Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3
dari nilai serum glukosa dan pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.
g. ESR/LED: meningkat pada meningitis
h. Kultur darah/hidung/tenggorokan/urine: dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe
penyebab infeksi.
i. Uji tuberkulin positif dari kurasan lambung untuk meningitis tuberkulosis.

B. Radiologi
a. MRI/CT scan: CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya
biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah. CT scan dapat membantu dalam melokalisasi lesi,
melihat ukuran/letak ventrikel, hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
b. Rontgen dada/kepala/sinus: mengindikasikan adanya infeksi intrakranial.
c. Elektroensefalografi (EEG), akan menunjukkan perlambatan yang menyeluruh di kedua hemisfer dan derajatnya
sebanding dengan radang.
PENATALAKSANAAN

 Isolasi
 Terapi antimikroba : antibiotic yang diberikan didasarkan
pada hasil kultur, diberikan dengan dosis tinggi melalui
intra vena.
 Mempertahankan hidrasi optimum : mengatasi
kekurangan cairan dan mencegah kelebihan. Cairan yang
dapat menyebabkan edema.
 Mencegah dan mengobati komplikasi : aspirasi efusi
subdural (pada bayi).
 Mengontrol kejang : pemberian terapi antiepilepsi
 Mempertahankan ventilasi
 Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
 Penatalaksanaan syok bacterial
 Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
 Memperbaiki anemia
KOMPLIKASI
 Hidrosefalus obstruktif  Lesi lokal intrakranial dapat
 Meningococcus Septicemia ( mengakibatkan kelumpuhan
mengingocemia ) sebagian badan
 Sindrome water-friderichen  Retardasi mental, tuli,
(septik syok, DIC, perdarahan kebutaan karena atrofi nervus
adrenal bilateral) II ( optikus )
 SIADH ( Syndrome  Pada meningitis dengan
Inappropriate Antidiuretic septikemia menyebabkan suam
hormone ) kulit atau luka di mulut,
 Efusi subdural
konjungtivitis.
 Epilepsi
 Kejang
 Pneumonia karena aspirasi
 Edema dan herniasi serebral
 Emfisema subdural
 Cerebral palsy
 Keterlambatan bicara
 Gangguan mental
 Kelumpuhan otot yang disarafi
 Gangguan belajar
nervus III (okulomotor), nervus
 Attention deficit disorder IV (toklearis ), nervus VI
 Ketidaksesuaian sekresi ADH (abdusen). Ketiga saraf
 Pengumpulan cairan subdural tersebut mengatur gerakan
bola mata.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian 1.7. Pemeriksaan
Biodata
A. pemeriksaan umum
A. Identitas pasien
1.1 Biodata  Suhu : 37,4 ° C
 Laki-laki lebih banyak dari perempuaan  Nadi :
1.2 Keluhan Utama
 Pernapasan : lebih dari 24 x/ menit
kejang dan sakit kepala
1.3 Riwayat Penyakit Sekarang B. pemeriksaan fisik
pada anak-anak dan remaja : kaji adanya demam tinggi Kepala dan leher : bibir kering, sianosis dan
sakit , muntah yang di ikuti dengan perubahan sensori,
kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi, foto fobia, pada leher terjadi kaku kuduk.
delirium, halusinasi, perilaku agresif, penurunsn
kesadaran, kaku kuduk, tanda kernig dan brudzinsky,  Thorak/ dada :
reflek fisiologis hiperaktif, pruritus.
Gejala tekanan intra kranial: anak sering muntah, nyeri  Abdomen :
kapala (pada orang dewasa), pada neonatus kesadaran
menurun dari apatis sampai koma, kejang  Ekstremitas :
1.4 Riwayat Penyakit Dahulu  Genetalia
1.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ada yang menderita penyakit C. pemeriksaan penunjang
tuberkulosis paru pada meningen tuberkulosis
 a. Fungsi Lumbal
1.6 ADL
 Nutrisi :  b. kultur darah
 Aktivitas :  c. CT scan
 Istirahat : terdapat gangguan akibat nyeri kepala yang
dialami.  d. Kultur swab hidung dan tenggorokan
 Eleminasi
 Personal hygiene :
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan TIK ditandai dengan penurunan kesadaran, sakit
kepala, kaku kuduk, kejang, TD meningkat, gelisah.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai
dengan suhu tubuh > 37,5°C, sakit kepala, kelemahan.
3. Risiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi serebral
sekunder akibat meningitis.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
peningkatan TIK ditandai dngan sakit kepala, nyeri sendi, RR
meningkat, TD meningkat, nadi meningkat, wajah meringis
kesakitan, skala nyeri >0.
5. Gangguan rasa nyaman (mual) berhubungan dengan
peningkatan TIK ditandai dengan mual, muntah, nafsu makan
menurun.
6. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan
tahanan sekunder akibat gangguan neuromuskular ditandai
dengan tonus otot menurun, kekuatan menangis melemah.
ANALISA DATA
Data fokus (subjektif dan Masalah keperawatan etiologi
objektif)
DS : -Pasien mengatakan Nyeri akut Agen
badan lemah, nyeri kepala dn cidera
kaku kuduk biologis
DO : -k/u sedang
- pucat
- nyeri saat bergerak
- pasien tampak meringgis
-

Nama pasien / umur philip/ Ruang rawat/kamar : merak 1


5thTTV : TD =80/50mmhg anak (3.4)
: N =96x/i
: S =37,4
: P =24x/i

No register/ rekam medik : Diagnosa medis :meningitis


97.40.78
ANALISA DATA
Data fokus (subjektif dan Masalah keperawatan etiologi
objektif)

DS : - ibu pasien mengatakan cemas Perubahan


cemas bila penyakit anaknya tidak status
dapat disembuhkan kesehatan
- pasien sering terbangun
ketika tidur
- pasien mengatakan takut

DO : - pasien tidak fokus


- banyak diam dan ekspresi
datar
Nama pasien / umur philip/ 5th Ruang rawat/kamar :
merak 1 anak (3.4)
No register/ rekam medik : 97.40.78 Diagnosa medis
:meningitis
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
N Daftar diagnosa keperawatan ( berdasarkan prioritas ) paraf
o
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis

2. Cemas b.d perubahan status kesehatan


ASUHAN KEPERAWATAN
Dx1 : Nyeri berhubungan dengan agen cidera Implementasi (tgl 21/12/2017 jam 10.00)
biologis
- Mengkaji skala nyeri pasien ( skala 4)
Tujuan :
- Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Setelah diberikan tindakan keperawatan selama
5 x 24 jam diharapkan nyeri klien terkontro. - Memberikan kompres air hangat
- Beri posisi yang nyaman
Kriteria hasil : - Pemberian paracetamol
-Adanya laporan rasa nyeri klien berkurang
-Ekspresi wajah klien tidak meringis
Evaluasi
-Klien tidak tampak gelisah
S : pasien mengatakan nyeri berkurang
-TTV dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg,
Nadi: 60 – 100 kali per menit, RR: 16 – 20 kali pe O: - pasien tampak lebih tenang
menit, Suhu: 36 - 370C ± 0,50C) - TTV : TD =80/50mmhg
Mandiri : : N =96x/I
-Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau
karakter dan intensitas (skala 0-10) : S =37,4
-Berikan tindakan kenyamanan dasar contoh : P =24x/i
tekhnik relaksasi, perubahan posisi dengan
sering. A : masalah keperawatan teratasi
-Berikan lingkungan yang tenang sesuai P : intervensi dilanjutkan
indikasi
-Dorong ekspresi perasaan tentang nyeri
-Berikan kompres hangat pada lokasi nyeri
Kolaborasi :
Berikan analgetik, sesuai indikasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
Dx 2 : cemas berhubungan dengan perubahan status Implementasi (tgl 21/12/2017 jam 10.00)
kesehatan
- -menggunakan pendekatan yang menenangkan
Tujuan: dan nyaman bagi pasien
Setelah melakukan tindakan keperawatan
selama 5 x 24 jam diharapkan kecemasan - -mengajak pasien dan kelurga untuk berdiskusi
teratasi tentang penyebab dan solusi dari rasa cemas
tersebut
Kriteria Hasil:
- -memberikan motivasi agar pasien tidak merasa
 Klien mampu mengidentifikasi dan cemas
mengungkapkan gejala cemas
 Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas Evaluasi :
 Vital sign dalam batas normal S : pasien mengatakan perasaannya lebih tenang
 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan O : - pasien sudah banyak berbicara
tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya - ekspresi wajah tenang dan sudah banyak
kecemasan tersenyum
. A : masalah keperawatan teratasi
Intervensi: P : intervensi dihentikan
Mandiri:
- - Gunakan pendekatan yang menenangkan dan
nyaman bagi pasien
- - ajak pasien dan kelurga untuk berdiskusi
tentang penyebab dan solusi dari rasa cemas
tersebut
- -berikan motivasi agar pasien tidak merasa
cemas
PEMBAHASAN
Penulis melakukan tahap pengkajian antara lain: identitas pasien, riwayat keperawatan, keluhan utama,
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang untuk menegakkan suatu diagnosa.
Setelah mendapatkan data dari pengkajian, selanjutnya data tersebut diinterpretasikan dan dianalisa untuk
mengetahui masalah keperawatan yang muncul. Kemudian penulis menentukan dan menegakkan
diagnosa keperawatan utama yaitu :nyeri akut b.d agen cidera biologis dan cemas b.d perubahan status
kesehatan.
Sedangkan pada teoristis diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:1. Gangguan perfusi jaringan
serebral berhubungan dengan peningkatan TIK ditandai dengan penurunan kesadaran, sakit kepala, kaku
kuduk, kejang, TD meningkat, gelisah.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan suhu tubuh > 37,5°C, sakit kepala,
kelemahan.
3. Risiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi serebral sekunder akibat meningitis.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan TIK ditandai dngan sakit kepala, nyeri
sendi, RR meningkat, TD meningkat, nadi meningkat, wajah meringis kesakitan, skala nyeri >0.
5. Gangguan rasa nyaman (mual) berhubungan dengan peningkatan TIK ditandai dengan mual, muntah,
nafsu makan menurun.
6. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan tahanan sekunder akibat gangguan
neuromuskular ditandai dengan tonus otot menurun, kekuatan menangis melemah.
Dalam tinjauan teoritis perencanaan keperawatan ditujukan pada setiap masalah yang muncul, sedangkan
pada kasus, penulis menambahkan jangka waktu pencapaian tujuan. Hal ini juga penting untuk
melakukan evaluasi tindakan yang diberikan pada klien untuk mengetahui perkembangan status
kesehatan klien.
Pada tahap perencanaan dalam di dalam tindakan yang nyata yang diharapkan dari tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan dengan intervensi yang disusun, walaupun ada sebagian yang tidak bisa
dilaksanakan karna minimnya waktu yang diberikan dan sarana yang kurang memadai. Walaupun
demikian dalam melaksanakan asuhan keperawatan penulis mendapat hambatan dan kesulitan yang
berupa intervensi yang diberikan.
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan evaluasi ini adalah membandingkan
hasil yang telah dicapai setelah implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

 Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta:


EGC.
 Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
 Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
 Doengoes E.Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
 Erathenurse. 2007. Askep pada Meningitis.
 http://erathenurse.blogspot.com/2007/12/askep-pada-meningitis.html, di akses
tanggal 23 April 2012
 Hidayat. 2009. Askep Meningitis.
http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/24/askep-meningitis, di akses tanggal
23 April 2012
 Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses
 Keperawatan. Bandung: yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
 Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem
Persarafan.
 Jakarta: Salemba Medika
 Sylvia A. Price. 2006. Patofosiologi Konsep Penyakit. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai