Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu:
a. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak arachnoid dan piamater yang disertai cairan otak yang jernih.
b. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis.
Meningitis bakterial
Meningitis bakterial merupakan karakteristik inflamasi pada seluruh meningen, dimana organisme
masuk kedalam ruang arachnoid dan subarachnoid.
Meningitis Virus
Meningitis virus biasanya disebut meningitis aseptik. Sering terjadi akibat lanjutan dari bermacam-
macam penyakit akibat virus, meliputi; measles, mumps, herpes simplek, dan herpes zoster
(Wilkinson, 1999
Meningitis Jamur
Infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan penyakit oportunistik yang pada
beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga penanganannya juga sulit.
PATOFISIOLOGI
Otak dilapisi oleh tiga lapisan,yaitu:durameter, arachnoid,dan piameter.cairan otak
dihasilkan didalam pleksus choroid ventrikel bergerak/mengalir melalui sub arachnoid
dalam system ventrikuler seluruh otak dan sumsum tulang belakang, direabsorbsi melalui
villi arachnoid yang berstruktur seperti jari jari didalam lapisan subarchnoid.
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan septikemia,
yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas. Faktor predisposisi
mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh
imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan
saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini
penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam
meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran
darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat
meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak
dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral.
Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri
dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema
serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis.
Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi, dan
dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindrom Waterhouse-Friderichssen)
sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang
disebabkan oleh meningokokus.
MANIFESTASI KLINIS
a. Sakitnya tiba-tiba, adanya demam, sakit kepala, panas dingin, muntah, kejang
kejang.
b. Anak menjadi irritable dan agitasi dan dapat berkembang photopobia,
delirium, halusinasi, tingkah laku yang agresif atau mengantuk stupor dan
koma
c. Gejala pada respiratory atau gastrointestinal
d. Adanya tahanan pada kepala jika difleksikan
e. Kekakuan pada leher (Nuchal Rigidity)
f. Tanda kernig dan brudzinki (+)
g. Kulit dingin dan sianosis
h. Peteki/adannya purpura pada kulit infeksi meningococcus (meningo
cocsemia)
i. Keluarnya cairan dari telinga meningitis peneumococal
j. Congenital dermal sinus infeksi E. Colli
k. Manifestasi klinisnya biasanya tampak pada anak umur 3 bulan sampai 2
tahun
l. Nafsu makan menurun dan menangis meraung-raung.
m. Fontanel menonjol
n. Nuchal Rigidity tanda-tanda brudzinki dan kernig dapat terjadi namun
lambat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium
B. Radiologi
a. MRI/CT scan: CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya
biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah. CT scan dapat membantu dalam melokalisasi lesi,
melihat ukuran/letak ventrikel, hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
b. Rontgen dada/kepala/sinus: mengindikasikan adanya infeksi intrakranial.
c. Elektroensefalografi (EEG), akan menunjukkan perlambatan yang menyeluruh di kedua hemisfer dan derajatnya
sebanding dengan radang.
PENATALAKSANAAN
Isolasi
Terapi antimikroba : antibiotic yang diberikan didasarkan
pada hasil kultur, diberikan dengan dosis tinggi melalui
intra vena.
Mempertahankan hidrasi optimum : mengatasi
kekurangan cairan dan mencegah kelebihan. Cairan yang
dapat menyebabkan edema.
Mencegah dan mengobati komplikasi : aspirasi efusi
subdural (pada bayi).
Mengontrol kejang : pemberian terapi antiepilepsi
Mempertahankan ventilasi
Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
Penatalaksanaan syok bacterial
Mengontrol perubahan suhu lingkungan yang ekstrim
Memperbaiki anemia
KOMPLIKASI
Hidrosefalus obstruktif Lesi lokal intrakranial dapat
Meningococcus Septicemia ( mengakibatkan kelumpuhan
mengingocemia ) sebagian badan
Sindrome water-friderichen Retardasi mental, tuli,
(septik syok, DIC, perdarahan kebutaan karena atrofi nervus
adrenal bilateral) II ( optikus )
SIADH ( Syndrome Pada meningitis dengan
Inappropriate Antidiuretic septikemia menyebabkan suam
hormone ) kulit atau luka di mulut,
Efusi subdural
konjungtivitis.
Epilepsi
Kejang
Pneumonia karena aspirasi
Edema dan herniasi serebral
Emfisema subdural
Cerebral palsy
Keterlambatan bicara
Gangguan mental
Kelumpuhan otot yang disarafi
Gangguan belajar
nervus III (okulomotor), nervus
Attention deficit disorder IV (toklearis ), nervus VI
Ketidaksesuaian sekresi ADH (abdusen). Ketiga saraf
Pengumpulan cairan subdural tersebut mengatur gerakan
bola mata.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian 1.7. Pemeriksaan
Biodata
A. pemeriksaan umum
A. Identitas pasien
1.1 Biodata Suhu : 37,4 ° C
Laki-laki lebih banyak dari perempuaan Nadi :
1.2 Keluhan Utama
Pernapasan : lebih dari 24 x/ menit
kejang dan sakit kepala
1.3 Riwayat Penyakit Sekarang B. pemeriksaan fisik
pada anak-anak dan remaja : kaji adanya demam tinggi Kepala dan leher : bibir kering, sianosis dan
sakit , muntah yang di ikuti dengan perubahan sensori,
kejang, mudah terstimulasi dan teragitasi, foto fobia, pada leher terjadi kaku kuduk.
delirium, halusinasi, perilaku agresif, penurunsn
kesadaran, kaku kuduk, tanda kernig dan brudzinsky, Thorak/ dada :
reflek fisiologis hiperaktif, pruritus.
Gejala tekanan intra kranial: anak sering muntah, nyeri Abdomen :
kapala (pada orang dewasa), pada neonatus kesadaran
menurun dari apatis sampai koma, kejang Ekstremitas :
1.4 Riwayat Penyakit Dahulu Genetalia
1.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga ada yang menderita penyakit C. pemeriksaan penunjang
tuberkulosis paru pada meningen tuberkulosis
a. Fungsi Lumbal
1.6 ADL
Nutrisi : b. kultur darah
Aktivitas : c. CT scan
Istirahat : terdapat gangguan akibat nyeri kepala yang
dialami. d. Kultur swab hidung dan tenggorokan
Eleminasi
Personal hygiene :
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan TIK ditandai dengan penurunan kesadaran, sakit
kepala, kaku kuduk, kejang, TD meningkat, gelisah.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai
dengan suhu tubuh > 37,5°C, sakit kepala, kelemahan.
3. Risiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi serebral
sekunder akibat meningitis.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
peningkatan TIK ditandai dngan sakit kepala, nyeri sendi, RR
meningkat, TD meningkat, nadi meningkat, wajah meringis
kesakitan, skala nyeri >0.
5. Gangguan rasa nyaman (mual) berhubungan dengan
peningkatan TIK ditandai dengan mual, muntah, nafsu makan
menurun.
6. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekuatan dan
tahanan sekunder akibat gangguan neuromuskular ditandai
dengan tonus otot menurun, kekuatan menangis melemah.
ANALISA DATA
Data fokus (subjektif dan Masalah keperawatan etiologi
objektif)
DS : -Pasien mengatakan Nyeri akut Agen
badan lemah, nyeri kepala dn cidera
kaku kuduk biologis
DO : -k/u sedang
- pucat
- nyeri saat bergerak
- pasien tampak meringgis
-