Anda di halaman 1dari 26

Laporan Jaga

(Kamis, 7 Juli 2017)

DM JAGA SENIOR: DM Kiky


DM JAGA JUNIOR: DM Kiki dan DM Maulina

1
IDENTITAS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. S
 Umur : 1 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Arjasa
Suku : Madura
Agama : Islam

5/7/2018 2
An. S, Laki-laki, 1 tahun
Keluhan Utama:
Kejang

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengalami kejang 1 kali selama 15-20 menit pada
HMRS. Kejang merupakan kejang pertama kali. Ketika kejang
pasien tidak sadar, tangan kaku menekuk dan kaki lurus, mata
melirik ke atas, tidak mengeluarkan busa dan lidah tidak tergigit.
Setelah kejang, pasien lemas dan mulai sadar kembali. Sejak
H3SMRS pasien mengalami demam, demam hilang timbul,
membaik dengan obat dari bidan. Pasien dikeluhkan sulit makan
minum sejak H3SMRS. Nyeri tenggorok (+), batuk (-), pilek (-),
sesak (-). BAB (+), BAK (+) normal, tidak nyeri saat kencing.
5/7/2018 Tidak terdapat sekret atau darah pada telinga. 3
Perjalanan Penyakit

H3SMRS HMRS H2MRS


• Demam (+) • Demam (+) • Demam (-)

• Kejang (-) • Kejang (+) • Kejang (-)

• Nyeri • Nyeri • Nyeri


tenggorok (+) tenggorok (+) tenggorok (+)
 RPD :
riwayat kejang sebelumnya, disangkal.
 RPK:
riwayat kejang pada keluarga, disangkal.
 Riwayat Pengobatan:
Paracetamol sirup
 Riwayat lingkungan :
Keluhan yang sama (-)

5/7/2018 5
Riwayat Imunisasi
 PPI:  Non PPI
HB (+) HiB (+)
BCG (+)
Polio (+)
Campak (+)
DPT (+)
Status Gizi
 BB lahir : 2600 gram
 PB lahir : 48 cm
 BB sekarang : 8 kg
 BB Ideal WHO : 9.5 kg (BB/U menurut Z score)
 PB sekarang : 72 cm
 Status gizi : gizi baik (-2 < Z < 2)
Anamnesis Sistem
 Sistem Serebrospinal : Demam (+), kejang (+)
 Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada (-), palpitasi (-)
 Sistem Respirasi : Sesak (-), batuk (-), pilek (-)
 Sistem Gastrointestinal : Nyeri tenggorok (+), Mual (-), Muntah (-)
 Sistem Urogenital : BAK (+)
 Sistem Integumen : Turgor Kulit (n), sianosis (-)
 Sistem Muskuloskeletal : Edema (-), deformitas (-)
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : lemah Dada:
Kesadaran : compos mentis I: simetris (+), retraksi (-)
Status Gizi P: ketertinggalan gerak (-)
Umur : 1 tahun P: sonor
PB : 72 cm A: Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-
BBS : 8 kg S1 S2 Tunggal, Ekstrasistol (-), Gallop (-),Murmur(-)
BBI : 9.5 kg
SG : Gizi baik ( -2 < z < 2) Perut:
I : flat
TTV A : BU(+)
 HR : 140 x/menit, CRT < 2 det P : timpani
 RR : 36 x/menit P : supel, nyeri tekan(-)
 Tax : 36,4 0C Nyeri ketok ginjal -/-

Anggota Gerak:
Kepala/Leher: edema periorbita (-), anemia (-), ikterus (-), Atas: Akral hangat: +/+, Edema: -/-
sianosis (-) faring hiperemis (+) Bawah: Akral hangat: +/+, Edema: -/-

5/7/2018 10
Status Neurologi

GCS : 4-5-6
Meningeal Sign : KK (-), K (-), L (-), B1 (-), B2 (-)
Nervis Kranial :
N. III : Pupil bulat isokor, 3mm/3mm, RC +/+
N. VII : simetris/simetris
N. XII : simetris/simetris
Motorik :
KO 555 555 TO n n RF B +2 +2 RP (-)
555 555 n n T +2 +2
P +2 +2
A +2 +2
Sensorik : dbn
Otonom : dbn
CV : dbn
Hasil Laboratorium
Hematologi
6 Juli 2017
Hb 12,1 10.5-13.5 gr/dl
Leukosit 19,4 6.0-17.5 x 109/L
Hct 36,7 33-39%
Trombosit 337 150-450 109/L
Gula Darah
Glukosa sewaktu 6 Juli
1062017 <200 mg/dl
Elektrolit 6 juli 2017
6 Juli 2017
Natrium 138,7 135-155 mmol/l Kesan:
Kalium 4,40 leukositosis
3,5-5,0 mmol/l
Clorida 104,4 90-110 mmol/l
Calsium 2,42 2.15-2.57 mmol/l 12
Kebutuhan
 Kebutuhan Cairan : 800 cc/hari (Holliday Segar)
 Kebutuhan Kalori : 784 kkal/hari (RDA)
 Kebutuhan protein : 12 gram/hari (RDA)

13
Kumpulan Data Diagnosis/ Diagnosis Rencana Terapi
Etiologis banding
Anamnesis • Kejang demam • Epilepsi Inf D5 ¼ NS 800cc/24 jam
• Kejang > 15 menit kompleks Inj Ampisilin Sulbactam 2x400 mg
• Demam • Faringitis Inf Paracetamol 4x100 mg (k/p)
• Nyeri tengorok Inj Diazepam 3 mg iv bila kejang
P/o Diazepam 2,5 mg tiap 8 jam saat demam (tax > 38,5C)
Pemeriksaan fisik
• TTV HR : 140 x/menit, CRT < 2 det
RR : 36 x/menit
Tax : 36,4 0C
• Kepala/Leher: edema periorbita (-), anemia (-), ikterus (-),
sianosis (-) faring hiperemis (+)
• Dada:
I: simetris (+), retraksi (-)
P: ketertinggalan gerak (-)
P: sonor
A: Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-
S1,S2 Tunggal, Ekstrasistol (-), Gallop (-),
Murmur(-)
• Abdomen:
Flat, BU(+), timpani, supel, nyeri tekan(-),
• Anggota Gerak:
Atas: Akral hangat: +/+, Edema: -/-
Bawah: Akral hangat: +/+, Edema: -/-

Laboratorium
Leukositosis
14
DIAGNOSIS KERJA :
Kejang Demam Komplek
Faringitis

DIAGNOSIS BANDING:
Epilepsi

15
RENCANA
MONITORING
 Obs. keadaan umum
 Obs. Vital sign (terutama suhu)

16
RENCANA TERAPI
Inf D5 ¼ NS 800cc/24 jam
Inj Ampisilin Sulbactam 2x400 mg
Inf Paracetamol 4x100 mg (k/p)
Inj Diazepam 3 mg iv bila kejang
P/o Diazepam 2,5 mg tiap 8 jam saat demam (tax > 38,5C)

17
EDUKASI
 Menjelaskan tentang penyakit yang diderita : penyebab, perjalanan
penyakit, perawatan, dan prognosis.

18
TERIMA KASIH
Batasan Kejang Demam
(Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam IDAI, 2006).

20
Klasifikasi Kejang Demam

(Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam IDAI, 2006).

KDS
• < 15 menit
• Umum ( tonik dan atau klonik)
• Tidak berulang dalam 24 jam

KDK
• > 15 menit
• Parsial atau umum yg didahului
parsial
• Berulang dalam 24 jam

21
Pungsi Lumbal

(Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam IDAI, 2006).

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau


menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis bakterialis
adalah 0,6%-6,7%. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk menegakkan atau
menyingkirkan diagnosis meningitis karena manifestasi klinisnya tidak jelas. Oleh
karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:

1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan


2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin

Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.

22
EEG
(Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam IDAI, 2006).

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi


berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian
epilepsi pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak
direkomendasikan

Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang


demam yang tidak khas. Misalnya: kejang demam kompleks pada
anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam fokal.

23
Faktor Risiko
Menjadi Epilepsi
(Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam IDAI, 2006).

Faktor risiko menjadi epilepsi adalah :

1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum


kejang demam pertama.
2. Kejang demam kompleks
3. Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung

Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian


epilepsi sampai 4%-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut
meningkatkan kemungkinan epilepsi menjadi 10%- 49%
Kemungkinan menjadi epilepsi tidak dapat dicegah dengan
pemberian obat rumat pada kejang demam
24
(PPM IDAI jilid I, 2009). 25
Rawat Inap

Indikasi rawat inap:


1. KD pertama kali
2. Kejang demam kompleks
3. Terdapat kelainan neurologis
4. Hiperpireksia (suhu > 39°C)
5. Usia dibawah 6 bulan

(PPM IDAI jilid I, 2009). 26

Anda mungkin juga menyukai