Anda di halaman 1dari 25

METODE KINEMATIKA

ANALISIS LERENG
Rochsyid Anggara
212170016
PENDAHULUAN

 Lereng merupakan suatu permukaan tanah atau batuan yang


miring dan memiliki suatu sudut tertentu terhadap bidang
horisontal.

 Kemantapan (stabilitas) lereng merupakan suatu faktor yang sangat


penting dalam pekerjaan yang berhubungan dengan penggalian dan
penimbunan tanah, batuan dan bahan galian, karena menyangkut
persoalan keselamatan manusia, keamanan peralatan, serta
kelancaran produksi.
PENDAHULUAN
 Kemantapan suatu lereng tergantung terhadap besarnya gaya
penahan dan gaya penggerak yang terdapak pada bidang gelincir
tersebut.

 Gaya penahan merupakan gaya yang menahan terjadinya suatu


longsoran sedangkan gaya penggerak merupakan gaya yang
menyebabkan terjadinya suatu longsoran.
PRINSIPNYA
 Dalam keadaan tidak terganggu (alamiah), suatu massa tanah atau
batuan umumnya mempunyai keseimbangan terhadap gaya-gaya
yang timbul dari dalam dan apabila karena suatu sebab yang
diakibatkan adanya pengangkatan, penurunan, penggalian,
penimbunan erosi atau aktifitas lainnya, sehingga mengalami
perubahan keseimbangan maka massa tanah atau batuan tersebut
secara alamiah akan berusaha mencapai suatu keadaan
keseimbangan yang baru.
Faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng
 Kuat Geser

Kekuatan geser yang sangat berperan dalam analisa kestabilan. Parameter kuat
geser diperoleh dari pengujian kuat geser di laboratorium. Hasil dari
pengujiannya dinyatakan dengan parameter kohesi (c) dan sudut gesek dalam
(ɸ).

 Struktur Geologi

Keadaan struktur geologi yang harus diperhatikan pada


analisa kestabilan lereng penambangan adalah bidang-bidang lemah dalam hal
ini bidang ketidakselarasan (discontinuity).

Struktur geologi ini merupakan hal yang penting di dalam analisa kemantapan
lereng karena struktur geologi merupakan bidang lemah di dalam suatu massa
batuan dan dapat menurunkan atau memperkecil kestabilan lereng.
Faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng
 Geometri Lereng

Geometri lereng yang dapat mempengaruhi kestabilan lereng meliputi


tinggi lereng, kemiringan lereng dan lebar berm, baik itu lereng
tunggal (Single slope) maupun lereng
keseluruhan (overalslope). Suatu lereng disebut lereng tunggal (Single
slope) jika dibentuk oleh satu jenjang saja dan disebut
keseluruhan (overall slope) jika dibentuk oleh beberapa jenjang.
Geometri Lereng
ANALISIS KINEMATIKA
 Analisis kinematika merupakan salah satu metode analisis
kestabilan lereng yang menggunakan parameter orientasi struktur
geologi, orientasi lereng dan sudut geser dalam batuan yang
diproyeksikan pada stereonet (Hoek dan Bray, 1981).

 Dalam analisis dengan menggunakan metode kinematika, kombinasi


dari orientasi bidang diskontinu, dinding lereng, dan juga sudut
gesek dalam, akan dihubungkan sehingga akan diketahui jenis dan
arah longsoran yang kemungkinan dapat terjadi pada suatu lereng.
(Markland, 1972)
ANALISIS KINEMATIKA

 Untuk mengetahui potensi jenis longsoran yang mungkin


terjadi pada suatu lereng

 Data yang digunakan kombinasi orientasi bidang diskontinu,


orientasi lereng bersama sudut geser dalam

 Analisis dilakukan menggunakan proyeksi stereografis

 Asumsi dasarnya kohesi = 0


KLASIFIKASI LONGSORAN

 Secara Umum ditambang terbuka longsoran diklasifikasikan kedalam


4 jenis longsoran, yaitu :

1. Longsoran Bidang (Plane Failure)

2. Longsoran Busur (Circular Failure)

3. Longsoran Baji (Wedge Failure)

4. Longsoran Guling ( Toppling Failure)


Longsoran Baji (Wadge
Failure)

 Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika lebih


dari satu bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan.

 Sudut perpotongan antara bidang lemah tersebut lebih besar


daripada sudut geser dalam batuannya Bidang lemah ini
dapat berupa bidang sesar, rekahan maupun bidang
perlapisan.
Longsoran Baji (Wedge Failure)

 Longsoran baji dapat terjadi dengan syarat geometri sebagai berikut :

1. Permukaan antara dua bidang lemah rata, tetapi kemiringan salah satu
bidang lemah lebih besar dari kemiringan bidang lemah lainnya.

2. Kemiringan penunjaman garis potong harus lebih kecil daripada sudut


kemiringan lereng dan lebih besar dari sudut geser dalam

3. Bentuk longsoran baji dibatasi oleh muka lereng, bagian atas lereng
dan kedua bidang lemah.
Longsoran Baji (Wedge Failure)
Longsoran Baji (Wedge Failure)
Kondisi geometri dari keruntuhan baji :
a. Tampak atas dari keruntuhan baji
b. Penunjukan stereoplot oleh garis perpotongan dan bidang runtuh terjadi
c. Tampak samping dari sudut bidang perpotongan
d. Penunjukkan stereoplot oleh garis potong dari bidang keruntuhan baji
Penjelasan
 Longsoran baji akan terjadi bila ada dua bidang lemah atau
lebih yang saling berpotongan sedemikian rupa sehingga
membentuk baji terhadap lereng ( gambar sebelumnya).
Persyaratan lain yang harus terpenuhi adalah bila sudut yang
dibentuk garis potong kedua bidang lemah tersebut dengan
bidang horizontal lebih kecil dari sudut lerengnya (𝜓𝑖 <
𝜓𝑓 ) dan sudut garis potong kedua bidang lemah tersebut
lebih besar daripada sudut gesek dalamnya. (𝜓𝑖 > 𝜙)
Analisis Longsoran Baji
 Bila tahanan bidang gelincir (permukaan bidang lemah yang berpotongan) hanya
tergantung pada friksi (tanpa kohesi) penentuan faktor keamanan (FS) dapat
menggunakan persamaan :
𝑅𝐴 + 𝑅𝐵 𝑡𝑎𝑛𝜙
𝐹𝑆 = ( 1.1)
𝑊 𝑠𝑖𝑛𝜓𝑖
Dengan membuat penampang tegak lurus garis potong kedua bidang lemah tersebut,
diperoleh persamaan :
1 1
𝑅𝐴 sin 𝛽 − 𝜉 = 𝑅𝐵 sin 𝛽 − 𝜉 (1.2)
2 2
1 1
𝑅𝐴 sin 𝛽 − 𝜉 + 𝑅𝐵 sin 𝛽 − 𝜉 = 𝑊𝑐𝑜𝑠𝜓𝑖 (1.3)
2 2
Bila kedua persamaan tersebut diselesaikan maka :
𝑊𝑐𝑜𝑠𝜓𝑖 𝑠𝑖𝑛𝛽
𝑅𝐴 + 𝑅𝐵 =
1
sin 2 𝜉

Dengan substitusi persamaan :


𝑠𝑖𝑛𝛽𝑡𝑎𝑛𝜙
𝐹𝑆 =
1
sin 2 𝜉 tan 𝜓𝑖
Gaya – gaya pada longsoran baji (Hoek
and Bray, 1981)
Apabila ketahanan geser bidang gelincir juga dipengaruhi oleh kohesi dan
dijumpai pula adanya rembesan air di bidang lemah tersebut, maka penentuan
faktor keamanan harus mempertimbangkan kedua faktor tersebut.
Stereoplot
 Dengan membuat asumsi untuk kedua faktor bahwa air
hanya masuk di sepanjang garis potong bidang lemah
dengan muka atas lereng (garis 3 dan 4) dan merembes
keluar di sepanjang garis potong bidang lemah dengan
muka lereng (garis 1 dan 2), serta baji bersifat
impermeable, untuk persamaan penentuan faktor
keamanannya (Hoek et al,. 1973) :
B
A

Keterangan :
1. Perpotongan antara bidang A dengan muka lereng
2. Perpotongan antara bidang B dan muka lereng
DAFTAR PUSTAKA

 Rock Mechanics Engineering, Hoek and Bray 2010


 Rock Slope Engineering, W. Mah and Willie 2010
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai