PROTOKOL PERAWATAN
1. PERAWATAN UMUM
a. Resusitasi (ABC)
A (airway = jalan napas), jalan napas harus bebas dari sumbatan (bahan muntahan,
darah, lender, pangkal lidah, gigi palsu dll.).
B (breathing = pernapasan), penderita harus dapat bernapas dengan baik, (bila perlu
dengan bantuan Ambubag, respirator)
C (circulation = peredaran darah), tensi dan nadi penderita tetap terjaga baik,
bilamana perlu pasang infuse kristaloid; bila hipotensi tetap bertahan, dapat
ditambahkan koloid (Haemaccel).
b. Eliminasi:
Emesis, merangsang penderita supaya muntah (penderita yang masih sadar).
Katarsis, dengan pemberian laksans MgSO4, bila diduga racun telah sampai di
usus halus/besar.
Kumbah lambung (K.L.) pada penderita yang kesadarannya mulai menurun
atau tidak kooperatif; dilakukan dengan ‘NG tube’; (cairan yang dipakai untuk
KL dicatat)
Diuresis paksa (forced diuresis = FD), pada dugaan racun telah berada dalam
darah dan dapat dikeluarkan melalui ginjal; duiresis paksa ada 2 macam :
diuresis paksa alkali (FDA),
diuresis paksa netral (FDN).
Hemo / peritoneal dialisis, terutama pada keracunan bahan-bahan yang dapat
didialisis.
Emesis, katarsis dan KL tidak boleh dikerjakan bila :
keracunan lebih dari 6 jam,
keracunan bahan korosif,
keracunan minyak tanah/bensin,
Penderita koma derajat sedang sampai berat (tk. III-V).
Catatan: Pada dua yang terakhir ini, KL dapat dikerjakan dengan bantuan pipa
endotrakheal berbalon.
“ Supportive “
Dikerjakan dengan memperhitungkan keseimbangan cairan, elektrolit, asam-
basa, dan kalori.
Antidotum:
Diberikan bila ada (mis: atropin sulfat keracunan insektisida fosfat organik,
atau nalorphine keracunan morphine).
2. PERAWATAN KHUSUS
1. Keracunan Insektisida fosfat organic (IFO)
– Hisap lendir, oksigenisasi, Infus Dextrose 5% (ABC).
– KL seefektif mungkin, katarsis, keramas rambut dengan sabun, juga
mandikan seluruh tubuh dengan sabun, ganti pakaian baru yang bersih.
– Antidotum: Sulfas atropine 2,5 mg bolus intravena, diteruskan ½ - 1 mg
setiap 5-10-15menit (tergantung beratnya keracunan) dengan monitor
pupil penderita sampai tercapai atropinisasi (mulut kering, muka merah,
pupil midriasis, jantung berdebar-debar, suhu tubuh meningkat, penderita
gelisah) kemudian dijarangkan, untuk dosis pemeliharaan (maintenance) :
½ - 1 mg setiap 1-2-4 atau 6 jam tergantung bentuk dan refleks pupil
penderita. Pemberian S.A. dihemtikan minimal setelah 2 x 24 jam.
– Konsultasi dengan Psikiater sebelum memulangkan penderita.
2. Keracunan sedative-hipnotika, analgetika.
Penderita sadar: emesis, karbon aktif (norit) dan laksans.
Bila pasti dosis rendah langsung pulang. Bila ragu-ragu observasi selama 6 – 24
jam.
Koma derajat I – II : KL dengan NG tube tanpa endotrakheal, diuresis paksa selama 12
jam.
TERAPI KHUSUS
Tergantung pada penyebab dari koma.
INDIKASI KELUAR
Koma telah diketahui penyebabnya, dan tidak termasuk dalam batasan perawatan
di rpi.
Penyebab koma tetap kabur, keadaan umum tetap stabil “baik” selama 5 x 24 jam,
dan diperkirakan akan membutuhkan perawatan jangka lama.