Anda di halaman 1dari 15

ASSALAMU’ALAIKU

M WR WB
Apa itu hipospadia ??
Hipospadia, berasal dari istilah yunani, hipo (dibawah)
dan spadon (celah). Hipospadia merupakan anomali
kongenital pada genitalia eksterna laki-laki yang sering
terjadi. Sekitar 80% kasus hipospadia adalah isolated
hypospadias, yaitu hipospadia tanpa disertai kelainan
kongenital lainnya.
Pada sebagian besar kasus, hipospadia dihubungkan
dengan tiga anomali penis:
1. meatus urethra yang terletak di sisi ventral penis,
2. deviasi ventral penis (korda),
3. prepuce hood dorsal yang dihubungkan dengan sebuah
defisit ventral prepusium.
Etiologi hipospadia
 Hipospadia disebabkan oleh gangguan perkembangan urethra

yang terjadi pada minggu ke-9 dan ke-14 usia kehamilan . Hal

tersebut menyebabkan anomali letak orificium urethra externa di

sisi ventral penis, yaitu antara perineum dan glands penis.

 Hipospadia diduga disebabkan oleh multifaktorial. Meskipun

banyak penelitian bahwa efek genetik dan gangguan

keseimbangan androgen atau respetor androgen didapatkan pada

<5% pasien.
Faktor faktor penyebab hipospadia:
a. Faktor Genetik
Terdapat kecederungan familial clustering pada hipospadia, dimana kerabat laki-laki
dengan hipospadia memiliki kecederungan terjadi kelainan yang sama. Risiko
berulangnya kelainan ini pada saudara laki-laki adalah sebesar 12% sampai 14% atau
15% dan sekitar 7% sampai 9% risiko penurunan ke anak laki-laki.
b. Faktor Endokrin
Perkembangan genitalia eksterna laki-laki memerlukan proses yang kompleks.
Defek pada sintesis hormon androgen karena defek pada gen hingga produksi yang
inadekuat atau karena adanya endocrine disruptor dapat menyebabkan terjadinya
hipospadia.
c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan memiliki kemungkinan mengganggu sistem endokrin baik laki-laki
maupun wanita. Suatu studi kasus-kontrol di Inggris Tenggara menemukan bahwa
penggunaan insect repellent / obat pembasmi serangga (termasuk didalamnya obat
nyamuk) memperlihatkan hubungan yang signifikan secara statistik dengan risiko
hipospadia. Zat polutan tersebut masuk ke dalam tubuh melalui makanan, inhalasi,
absorbsi atau bahkan bisa melewati plasenta. Satu studi menyatakan bahwa
paparan pestisida pada ibu hamil meningkatkan 36% risiko terjadinya hipospadia
PATOFISIOLOGI
Perkembangan uretra in utero dimulai sekitar usia 8 mingu dan selesai dalam 15 minggu.
Uretra terbentuk dari penyatuan lipatan uretra sepanjang permukaan ventral penis.
Glandula uretra terbentuk dari kanalisasi funikulus ektoderm yang tumbuh melalui glands
untuk menyatu dengan lipatan uretra yang menyatu. Hipospadia terjadi dikarenakan fusi
(penyatuan) dari garis tengah dari lipatan uretra tidak lengkap terjadi sehingga meatus
uretra terbuka pada sisi ventral dari penis. Ada berbagai derajat kelainan letak meatus ini,
dari yang ringan yaitu sedikit pergeseran pada glans, kemudian disepanjang batang
penis, hingga akhirnya di perineum. Prepusium tidak ada pada sisi ventral dan
menyerupai topi yang menutup sisi dorsal dari glans. Pita jaringan fibrosa yang dikenal
sebagai chordee, pada sisi ventral menyebabkan kurvatura (lengkungan) ventral dari
penis.Tidak ada masalah fisik yang berhubungan dengan hipospadia pada bayi baru lahir
atau pada anak-anak remaja. Namun pada orang dewasa dapat menghalangi hubungan
seksual.
DIAGNOSIS
Ketika pasien pertama kali datang, pertanyaan dibuat mengenai riwayat obat-
obatan diawal kehamilan, riwayat keluarga, arah dan kekuatan cairan kemih dan
adanya penyemprotan pada saat buang air kecil. Pemeriksaan fisik meliputi
kesehatan umum dan perkembangan pertumbuhan dengan perhatian khusus
pada system saluran kemih seperti pembesaran salah satu atau kedua ginjal
dan amati adanya cacat lahir lainnya. Kehadiran satu atau kedua testis di
skrotum harus dicatat. Pada sebagian besar kasus, pasien dengan testis
hipospadia ringan sampai sedang dan kedua testis yang dapat turun secara
genotif adalah laki-laki normal. Namun dalam kasus hipospadia yang berat
terutama bila dikaiatkan dengan testis yang tidak turun baik unilateral atau
bilateral.
INTERVENSI
a.Pertahankan kantong drainase kateter dibawah garis kandung
kemih dan pastikan bahwa selang tidak terdapat simpul dan
kusut
b. Gunakan teknik aseptik ketika mengosongkan kantong kateter
c. Anjurkan anak untuk minum sekurang-kurangnya 60 ml/jam
d. Beri obat antibiotik profilaktik sesuai program, untuk membantu
mencegah infeksi. Pantau anak untukefek terapeutik dan efek
samping
e. Jelaskan perlunya menjalani pembedahan multiple, dan jawab
setiap pertanyaan yang muncul dari orang tua
f. Jelaskan pada anak dan orang tua tentang prosedur bedah dan
perawatan pasca operasi yang diharapkan.
Manifestasi klinis
 Glans penis bentuknya lebih datar  Tunika dartos, fasia Buch dan
dan ada lekukan yang dangkal di korpus spongiosum tidak ada.
bagian bawah penis yang  Dapat timbul tanpa chordee, bila
menyerupai meatus uretra letak meatus pada dasar dari glans
eksternus. penis.
 Preputium (kulup) tidak ada dibagian  Chordee dapat timbul tanpa
bawah penis, menumpuk di bagian hipospadia sehingga penis menjadi
punggung penis. bengkok.
 Adanya chordee, yaitu jaringan  Sering disertai undescended testis
fibrosa yang mengelilingi meatus (testis tidak turun ke kantung
dan membentang hingga ke glans skrotum).
penis, teraba lebih keras dari  Kadang disertai kelainan kongenital
jaringan sekitar. pada ginjal.
 Kulit penis bagian bawah sangat
tipis.
PENATALAKSANAAN
 Untuk saat ini penanganan hipospadia adalah dengan cara operasi.
Operasi ini bertujuan untuk merekonstruksi penis agar lurusdengan
orifisium uretra pada tempat yang normal atau diusahakan untuk
senormal mungkin. Operasi sebaiknya dilaksanakan padasaat usia anak
yaitu enam bulan sampai usia prasekolah.
Tahapan operasi rekonstruksi antara lain :
 1. Meluruskan penis yaitu orifisium dan canalis uretra senormal mungkin.
Hal ini dikarenakan pada penderita hipospadia biasanyaterdapat suatu
chorda yang merupakan jaringan fibrosa yang mengakibatkan penis
penderita bengkok.
 2. Uretroplasty yaitu membuat fassanaficularis baru pada glans penis
yang nantinya akan dihubungkan dengan canalis uretra yang telah
terbentuk sebelumnya melaluitahap pertama.Tidak kalah pentingnya
pada penanganan penderita hipospadia adalah penanganan pasca
bedah dimana canalis uretra belum maksimal dapat digunakan untuk
lewat urin karena biasanya dokter akan memasang sonde untuk
memfiksasi canalis uretra yang dibentuknya.
KOMPLIKASI
 Edema/pembengkakan yang terjadi akibat reaksi jaringan besarnya
dapat bervariasi, juga terbentuknya hematom/kumpulan darah dibawah
kulit, yang biasanya dicegah dengan balut tekan selama 2 sampai 3 hari
paska operasi
 Striktur, pada proksimal anastomosis yang kemungkinan disebabkan
oleh angulasi dari anastomosis
 Rambut dalam uretra, yang dapat mengakibatkan infeksi saluran
kencing berulang atau pembentukan batu saat pubertas
 Fitula uretrokutan, merupakan komplikasi yang sering dan digunakan
sebagai parameter untuyk menilai keberhasilan operasi. Pada prosedur
satu tahap saat ini angka kejadian yang dapat diterima adalah 5-10 %
EVALUASI
1.Orang tua memahami tentang hipospadi dan alasan
pembedahan, serta orang tua akan aktif dalam perawatan setelah
operasi
2.Anak tidak mengalami infeksi yang di tandai oleh hasil urinalisis
normal dan suhu tubuh kurang dari 37,8 ◦c
3.Anak akan memperlihatkan peningkatan rasa nyaman yang di
tandai dengan tidak ada tangisan, kegelisahan dan tidak ada
ekspresi nyeri
4.Anak tidak mengalami injuri yang di tandai oleh anak dapat
mempertahankan penempatan kateter urin yang benar sampai di
angkat oleh perawat atau dokter
5.Rasa cemas orang tua menurun yang di tandai dengan
pengungkapan perasaan mereka tentang adanya kecacatan pada
genitalia anak.
Wassalamu’alaikum wr wb

Anda mungkin juga menyukai