Anda di halaman 1dari 28

Pengelolaan Anestesi pada Anak dengan Hidrosefalus

PEMBIMBING

dr. Duma S. Siahaan, SpAn, KIC

Disusun Oleh
Hoberthina Punyanan, S.Ked

SMF ANESTESI
RUMAH SAKIT UMUM JAYAPURA
2017
Hidrosefalus

• Suatu kelainan yang sering ditemukan pada anak


dimana terjadi dilatasi pada sistem ventrikel otak akibat
akumulasi cairan otak dengan berbagai penyebab

Secara Klinis

• Gambaran kenaikan tekanan intrakranial pada anak


berbeda sesuai dengan perkembangan usianya.
Tindakan alternatif

Pemasangan pintasan (shunt) → mengalirkan cairan


otak keluar → tekanan intrakranial kembali normal

Menajemen perioperatif anestesi

Dikhususkan berdasarkan kondisi klinis penderita

Pemilihan obat-obat anestesi yang digunakan

Pengelolaan jalan nafas dan perawatan pascabedah


Kata Kunci

Anak

Hidrosefalus

Menajemen Anestesi

Tekanan Intra Kranial


(TIK)
Hidrosefalus diperkirakan sekitar 7000
kasus per tahun yang masuk ke Rumah Sakit
di Amerika Serikat

Insiden ventrikulomegali tunggal sekitar


0,5-2 per 100 kelahiran hidup

Sikurlasi cairan serebrospinalis mempunyai


fungsi dan bersifat konstan

Cairan serebrospinalis terutama diproduksi


dalam sistem ventrikel
• Sekitar 0,35-0,4 mL/menit setara
Laju pembentukan
dengan 500 mL per hari

• Ventrikel lateral → foramen


intraventrikular (Monro) → ventrikel
Alur Cairan ketiga → aquaductus sylvii → ventrikel
Serebrospinalis keempat → voramen Luska dan
Magendi → rongga subarachnois dan
kanalis spinalis
Fisiologi Intrakranial

Anak-anak memiliki aliran darah otak


menyeluruh yang lebih tinggi dari orang dewasa

Anak kecil memiliki resiko iskemik

Respon terhadap hiperventilasi lebih besar dari


iskemia terjadi pada kadar PCO2 rendah
(< 20 mmHg)2
Patofisiologi Hidrosefalus
Secara hipotesis, hidrosefalus dibedakan atas 3 bentuk

Beberapa bentuk dari hidrosefalus belum dapat


diklasifikasijan secara jelas
Klasifikasi Hidrosefalus

Non
communicating
Comunicating
Manifestasi Klinis

Secara fisilogi, kenaikan


Gejala dan tanda tekanan intrakranial dapat
hidrosefalus dikaitkan terjadi bila tumor kecil
dengan adanya kenaikan terletak pada posisi kritis
tekanan intrakranial dan untuk menimbulkan
tergantung apakah obstruksi aliran
hidrosefalus ini bersifat serebrospinalis dan
akut atau kronik menyebabkan hidrosefalus
obstruksi akut
Tabel 1. Etiologi Hidrosefalus
0 -2 tahun
1. Infeksi intrauterin
 Anoksia
 Bakteri, granulomatosa, parasitik
 Perdarahan perinatal traumatik
2. Meningoensefalitis bakteri atau virus pada masa neonatus
3. Kista arakhnoid
4. Tumor intrakranial
5. Malformasi arterivena sistem galenik
6. Pasca infeksi (meningitis granulomatosa dan bakteri)
7. Gangguan perkembangan
 Stenosis aquaductus
 Myelomeningiokel
 Kista dandy-walker
 Ensefalokel
> 2 – 12 Tahun

1. Penekanan lesi massa pada sistem ventrikel


• Kraniofaringoma
• Tumor pineal
2. Tumor fossa posterior
• Medulloblastoma
• Astrocytoma
• Ependymoma
3. Gangguan perkembangan
• Stenosis aqueductus
• Malformasi Arnold-chiari
4. Pasca Infeksi
• Meningitis (bakteri dan granulomatosa)
5. Pasca perdarahan

Dikutip dari : Rizvi R & Anjum Q3


Prosedur Diagnostik
Lingkar Kepala
Computed
(head ultrasonografi
tomografi
circumference)

Magneting
pneumoencephal
Fusi sutura Resonance
ografi
Imaging (MRI)

Pemeriksaan Opthalmodinam
Ventriculografi
funduskopi ometri

Doppler
Rontgent kepala Punksi Lumbal
transkranial
Tatalaksana
Non Bedah
Bedah

1. Tindakan untuk mengurangi pembentukan cairan serebrospinalis

• Eksisi pleksus koroidalis


• Kauterisasi pleksus koroidalis

2. Tindakan untuk dekompresi ventrikel

• Punksi ventricular berulang


• Ventrikel drainase terbuka
• Ventrikel drainase tertutup

3. Teknik Terbaru
Operasi yang membuat jalur pintas dari sumbatan sistem ventrikel :

• Ventrikulostomi ketiga
• Kanulasi aquaduktal3
Tabel 2. Pertimbangan Perioperatif pada Bayi dan Anak dengan Penyakit Neurologis

Kondisi Implikasi Anestesi

Penyakit jantung kongenital Hipoksia dan kolaps kardiovaskular

Prematuritas Apnea pasca bedah

Infeksi saluran napas atas Laringospasme dan hipoksia pascabedah atau


pneumonia

Abnormalitas kraniofasial Kesulitan menajemen jalan napas

Cedera denervasi Hiperkalemia setelah suksinilkolin

Resisten dengan pelumpuh otot non depolarisasi

Epilepsi dengan terapi kronik antikonvulsan Abnormalitas hepar dan hematologik

Meningkatnya metabolisme anestetika


Malformasi arterivena Potensi terjadi gagal janutng kongestif

Penyakit neuromuskular Hipertemia maligna

Gagal napas

Serangan jantung mendadak

Malformasi Chiari Apnea

Pneumonia aspirasi

Lesi hipotalamus/pituitari Diabetes insipidus

Hipotiroidisme

Insufisiensi adrenal

Dikutip dari : Soriano SG, Eldrege EA, Rockoff MA.7


Tabel 3. Tanda dan Gejala Klinis untuk Memprediksikan Kegagalan Pintasan 2

Jejak cairan

Nyeri kepala

Demam

Iritabilitas

Ubun-ubun cembung

Mual muntah

Hilangnya salah satu perkembangan

Meningkatnya ukuran lingkar kepala


Waktu 0 0-3 menit 3-5 menit

Riwayat preintubasi Preoksigenasi Pertahankan preoksigenasi


Anamnesa Jalur intravena
identifikasi Verifikasi alat dan staf premedikasi
Persiapan obat

5-6 menit

Sedasi Lidokain 1 mg/kg


Tiopertal 3-5 mg/kg (paling sdikit disuntikkan
Penekanan Krikoid Alternatif dalam waktu 1 menit)
Midazolam 0,2-0,4 mg/kg
Etomidate 0,4 mg/kg

Pelumpuh otot
Rokuronium 0,6-1 mg/kg
intubasi Menajemen jalan nafas

Alur Diagram Rapid Sequence Intubation pada pasien dengan Kenaikan TIK
Dikutip dari : Filho EM, de Carvalho WB, Cavalheiro 6
POSISI

Untuk prosedur bedah ventrikuloperioneal shunt biasanya


digunakan posisi supine.

Kepala dimiringkan ke kontralateral sisi insersi shunt.

Karena kepala relatif lebih pendek, fleksi leher dapat


menyebabkan migrasi pipa endotrakeal ke dalam cabang
bronkus utama atau obstruksi vena dan meningkatkan volume
serta tekanan intrakranial.
Bayi dalam Posisi Supine.
Perhatikan bahwa kepala bayi ada pada posisi lebih tinggi dari keseluruhan badannya.
Hal ini menyebabkan lebih tinggi kemungkinan terjadinya emboli udara vena.
Dikutip dari : Soriano SG, Eldrege EA, Rockoff MA.7
Induksi dan Monitoring Anestesi

Standar monitoring, EKG, pulse oksimetri, tekanan darah, CO2, FiO2,


dan suhu, kecuali bila ada penyakit penyerta atau komorbid, diperlukan
alat monitoring tambahan

Induksi anetasi dipandu oleh kondisi medis penderita dan fisiologi


normal sesuai usia penderita

Biasanya, anak kecil dengan kenaikan TIK akut dan tidak mempunyai
jalur intravena akan diberikan induksi inhalasi melalui facemask
Rumatan Anestesi

Kontrol suhu merupakan suatu pertimbangan penting pada


menajemen penderita anak yang menjalani prosedur bedah saraf.

Hipotermia ringan sampai sedang bersifat neuroproteksi dan


mungkin bernilai terapeutik bila ada iskemia atau hipoksia.

Pada infant, turunnya suhu tubuh dapat diberikan beberapa kejadian


yang tidak diinginkan.
Menajemen Cairan

Tujuan dari terapi cairan adalah untuk mempertahankan perfusi otak,


yang biasanya diterjemahkan dengan rumatan volume darah yang
isovolemik, isoosmolar, dan isoonkotik.

Normal saline (NaCl 0,9%) merupakan cairan kristaloid yang


palin bayak digunakan dengan penderita dengan gangguan saraf.

NaCl 0,9% sedikit hiperosmolar (308 mOsm) dan diperkirakan


mampu mengurangi edema otak
Lanjutan Menajemen Cairan

Hiperglikemia dekaitkan dengan memburuknya cedera otak


setelah iskemia, karenanya pemberian dekstrosa tidak
digunakan secara rutin.

Furosemid, sering digunakan untuk menimbulkan diuresis dan


mengurangi produksi cairan serebrospinalis
Menajemen Cairan

Diakhir pembedahan, dapat diberikan

antagonis neostigmin (50mcg/kg) dikombinasikan dengan


antikolinergik (misal 25mcg/kg)

Sebagian besar penderita dapat diekstubasi secara sadar,


menghindari hiperkarbia, dengan teknik yang meminimalkan
risiko aspirasi (lateral atau duduk)
Simpulan

Dengan diuraikannya
Mengingat anatomi dan
menajemen anestesi
Menajemen aestesi pada patofisiologi anak dan
pada anak dengan
hidrosefalus masih khusus dan responnya
hidrosefalus, semoga
merupakan tantangan terhadap pemberian
dapat membantu dalam
bagi ahli anestesi obat-obat anestesi yang
menangani penderita
khusus pula
dengan lebih baik

Anda mungkin juga menyukai