Anda di halaman 1dari 19

Persamaan diferensial biasa

Kelompok 1:
Arie suryadi Muhammad (16306141008)
Alivia monita sari (16306141036)
Ridho utami (16306141025)
Pendahuluan

• Persamaan Differensial :
gabungan dari fungsi yang tidak diketahui dengan
turunannya.
• Kategori Persamaan Differensial :
• PD Biasa :
Persamaan Differensial yang hanya memiliki satu variabel bebas.
Berdasarkan turunan tertinggi yang dimiliki, PDB dikategorikan
menjadi :
• PDB Orde 1 : turunan tertingginya adalah turunan pertama
• PDB Orde 2 : turunan kedua merupakan turunan tertinggi
• PDB Orde 3 : turunan ketiga merupakan turunan tertingginya.
• Dan seterusnya
• PD Parsial
Persamaan Differensial yang memiliki lebih dari satu variabel
bebas.
PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA (PDB)

Persamaan diferensial biasa (PDB) adalah suatu suatu persamaan diferensial yang fungsinya hanya
mengandung satu buah variabel independen. Jika fungsinya mengandung lebih dari satu variabel independen,
maka persamaannya disebut persamaan diferensial parsial (PDP). Persamaan diferensial biasa mempunyai
bentuk:
𝑑𝑦
= f (x,y) 4.1
𝑑𝑥

Pada persamaan (4.1),x merupakan variabel independen dan y merupakan variabel dependennya.
Penyelesaian umum dari persamaan tersebut adalah :
𝑦𝑛+1 = 𝑦𝑛 + φ h 4.2

dengan  kemiringan (slope) dan h ukuran step. Kemiringan  digunakan untuk mengekstrapolasikan suatu
harga lama yn terhadap sebuah harga baru yn+1 disepanjang jarak h. Rumus ini dapat diterapkan langkah
demi langkah untuk perhitungan selanjutnya. Secara numerik PDB dapat diselesaikan dengan metode Euler
dan Runge-Kutta.
Kategorikan : (PD / bukan PD / PDP / PDB )
METODE EULER

Penyelesaiaan persamaan diferensial biasa seperti pada persamaan (4.2), menurut metode Euler ditafsirkan
sebagai :
𝑦𝑛+1 = 𝑦𝑛 + 𝑓(𝑥𝑛 , 𝑦𝑛 ) ℎ 4.3
𝑑𝑦
Dengan 𝑓(𝑥𝑛 , 𝑦𝑛 ) = adalah persamaan diferensial yang dievaluasikan pada xn dan yn .
𝑑𝑥

Penyelesaian persamaan (4.3) dengan program komputer diawali dengan memasukkan nilai awal x0 , y0 ,
besarnya langkah h dan nilai akhir xm yang akan ditentukan nilai ym-nya. Selanjutnya dengan nilai awal x0 ,
y0 , dan h dihitung y1dan x1. Demikian seterusnya iterasi dilanjutkan dengan penambahan langkah sebesar h
pada x sampai xm sehingga diperoleh nilai ym. Pengulangan iterasi program juga dapat dilakukan untuk
mendapatkan nilai ym yang benar-benar mendekati nilai sebenarnya dengan memperkecil nilai langkah h.
Iterasi dihentikan saat selisih nilai y baru dengan nilai y lama cukup kecil.
Contoh 4.1. : Carilah jarak yang ditempuh sebuah benda pada t = 10 detik jika benda bergerak dengan
kecepatan 𝑣 = 10 + 𝑡, dan S = 0 ketika t = 0.
penyelesaian

Program: 𝑦𝑛+1 → 𝑆𝑛+1 ; 𝑦𝑛 → 𝑆𝑛 ; 𝑓 𝑥𝑛 , 𝑦𝑛 → 𝑣 𝑡𝑛 ; 𝑡𝑛 = 𝑡0 + 𝑖 ∗ ℎ


Runge-Kutta
Metode Runge Kutta

• Orde 1
k1 = hf(xr , yr)
yr+1 = yr + a1k1 ; a1 = 1
yr+1 = yr + hf(xr,yr)  Rumus Euler
Galat :
Per langkah : O(h2)
Kumulatif : O(h)
Metode Runge Kutta

• Orde 2
k1 = hf(xr,yr)
k2 = h(f(xr+p1h, yr+q11k1)
yr+1 = yr + a1k1 + a2k2
Dengan penurunan rumus yang sudah ada didapatkan :
a1 = 1-a2 = 1-t
p1 = 1/(2a2) = 1/(2t)
q11 = 1/(2a2) = 1/(2t)
Artinya ada tak berhingga formula orde dua.

Dengan a1=a2 = ½, p1 = 1
yr+1 = yr + ½ (k1 + k2)  Metode Heun
Metode Runge Kutta

• Orde 3
k1 = hf(xr,yr)
k2 = h(f(xr+p1h, yr+q11k1)
k3 = h(f(xr+p2h,yr+q21k1+q22k2)
yr+1 = yr + a1k1 + a2k2 + a3k3
dengan menggunakan penurunan rumus yang ada didapatkan :
k1 = hf(xr,yr)
k2 = h(f(xr+1/2 h, yr+1/2 k1)
k3 = h(f(xr+h,yr-k1+2k2)
yr+1 = yr + 1/6( k1 + 4k2 + k3)
Metode Runge Kutta

• Orde 4
k1 = hf(xr,yr)
k2 = h(f(xr+p1h, yr+q11k1)
k3 = h(f(xr+p2h,yr+q21k1+q22k2)
k4 = h(f(xr+p3h,yr+q31k1+q32k2+q33k3)
yr+1 = yr + a1k1 + a2k2 + a3k3 + a4k4
dengan menggunakan penurunan rumus yang ada didapatkan :
k1 = hf(xr,yr)
k2 = h(f(xr+1/2 h, yr+1/2 k1)
k3 = h(f(xr+1/2h,yr+2k2)
k4 = h(f(xr+h,yr+k3)
yr+1 = yr + 1/6( k1 + 2k2 + 2k3 + k4)
Dibandingkan dengan metode Euler, tingkat pertumbuhan truncation error , pada kolom|wi−yi| (lihat Tabel 7.2),
jauh lebih rendah sehingga metode Runge-Kutta Orde Empat lebih disukai untuk membantu menyelesaikan
persamaan-diferensial-biasa. Contoh tadi tampaknya dapat memberikan gambaran yang jelas bahwa metode
Runge-Kutta Orde Empat dapat menyelesaikan persamaan diferensial biasa dengan tingkat akurasi yang lebih.

Anda mungkin juga menyukai