Oleh :
Agnes Retno Wijayanti
Pembimbing:
dr. Anindita Soetadji, SpA(K)
kondisi yang jarang terjadi dan lebih banyak mengenai orang muda
dari berbagai area geografi dan etnis
3 tahun SMRS
demam tidak tinggi, hilang melanjutkan pengobatan ke Semarang
timbul,
Demam subfebril, batuk, napas cepat
batuk, sesak napas, napas
berbunyi/mengi (-), sesak dan napas berbunyi/mengi, dan tampak
napas tidak dipengaruhi tarikan ringan dinding dada.
perubahan cuaca,
BB sulit naik, mudah lelah saat aktivitas (+),
mudah lelah jika beraktivitas Sulit ikut pelajaran olahraga. Tidur
berat atau berjalan jauh.
dengan 1 bantal dan tidak terbangun
Berobat di Surabaya, pada malam hari.
dikatakan kemungkinan sakit
jantung bawaan. Diberi obat Dilakukan echocardiografi, didiagnosis
furosemid. kardiomiopati dilatasi dan gagal jantung
Selama beberapa bulan kongestif.
pengobatan, perbaikan
sehingga furosemid Menolak rawat inap rawat jalan,
dihentikan. mendapat furosemid, captopril, digoksin
dan carvedilol, dan rutin kontrol.
1 tahun SMRS
pegal pada badan (+), mudah lelah
TD 130/80 mmHg.
bila aktivitas berat, Bengkak (-), nyeri
Pusing (-), pandangan sendi (-), demam (-), nyeri kepala (-),
kabur (-), nyeri kepala pandangan kabur (-), sesak napas (-),
(-), nyeri dada (-). pucat (-). nyeri dada (-), nyeri leher (-),
kesemutan (-). Perasaan kebal/nyeri
Digoksin dihentikan,
pada ujung tangan dan kaki (-).
Dikelola dengan
nyeri telan (-), batuk (-), gatal/koreng
hipertensi ringan,
pada kulit (-).
captopril, carvedilol,
bengkak pada kelopak mata, perut,
dan furosemid
maupun kaki (-). BAK kuning jernih,
dilanjutkan. Digoksin
nyeri BAK (-).
dihentikan
Karena keluhannya membaik
Pasien kontrol teratur
mulai jarang kontrol.
1 hari SMRS IGD
tekanan darah 190/110 Pasang infus
mmHg
Anak sadar, dapat Nifedipin sublingual
berbincang-bincang,
nyeri kepala (-), Rawat inap ruang
pandangan kabur (-), rawat intensif level 2
nyeri dada (-), sesak
napas (-).
Bengkak pada kelopak
mata, perut, maupun
kaki (-), BAK warna
kuning jernih, nyeri saat
BAK (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Kesan:
Sosial ekonomi cukup
Pemeriksaan Fisik
BB 25 kg
TB 127 cm
WAZ : NA
HAZ : -2,23 SD
BMI for age: -0,80 SD
Kesan: gizi baik
perawakan pendek
(malnutrisi kronis).
Status pubertas: Tanner 2
Pemeriksaan Laboratorium
Hematology Reference 06/04/12 Biochemical Reference 06/04/12
Impresion:
jantung dalam batas normal, fungsi
ventrikel normal dengan EF 78,9%
USG ginjal
Kesan:
tampak perbedaan gambaran spectral Doppler arteri intra parenkimal kanan
dibanding kiri,
masih mungkin adanya stenosis A. renalis dextra.
Main arteri renalis dextra sulit dievaluasi.
Saran:
Pemeriksaan CT angiografi atau angiografi A. renalis
• Pasien diperbolehkan pulang setelah krisis hipertensi
teratasi dan melanjutkan pengobatan hipertensi
dengan rawat jalan.
Kesan:
Gambaran aneurisma aorta abdominal setinggi antara truncus
coeliac dan arteri mesenterika superior (SMA) dengan ukuran 12 x
10,8 mm, tidak tampak trombus di dalamnya.
Tampak stenosis berat arteri renalis kanan dari bagian proksimal
sampai sepanjang 12,1 mm.
Arteri renalis kiri normal, tidak tampak stenosis, diameter arteri
renalis kiri 4,4 mm.
• hipertensi dengan etiologi
Diagnosis stenosis arteri renalis kanan,
akhir aneurisma aorta abdominalis
e.c arteritis Takayasu.
eksklusi
aneurisma • pemasangan Gore-tex patch pada
infra-aorta yang diekstensikan ke
aorta proksimal arteri mesenterika superior.
abdominal
Urin rutin
warna kuning jernih,
pH 7,5,
nitrit negatif,
protein negatif,
eritrosit negatif,
leukosit 0 – 1/LPB,
bakteri negatif
Kontrol 2 bulan paska operasi
Hasil echocardiografi
regurgitasi aorta ringan,
dilatasi arteri koronaria kiri,
tidak ada hipertrofi ventrikel,
fungsi jantung baik,
tidak ada regurgitasi katup
yang signifikan
Kontrol 2 bulan paska operasi
Aorta setinggi arteri mesenterika dilatasi dengan ukuran 1,7 x 1,4 cm.
Tampak stent pada arteri renalis kanan.
Dimensi arteri renalis kanan (0,8 x 0,7 cm) lebih besar dibandingkan arteri renalis
kiri (0,4 cm).
Tampak klip bedah di dekat arteri renalis kanan.
Stent pada arteri renalis kanan paten dan tidak ada stenosis pada arteri renalis kiri.
Pemantauan 3 bulan paska
operasi
kondisi klinis baik,
tidak nyeri,
tidak sesak napas,
hasil tekanan darah normal,
tidak ada komplikasi paska operasi,
dihentikan minum obat.
Pasien dapat beraktivitas sehari-hari dan melanjutkan
sekolah.
PEMBAHASAN
KASUS
Definisi
Arteritis Takayasu
Arteritis inflamasi kronik yang mengenai pembuluh darah
besar, terutama aorta dan cabang-cabang utamanya.
Inflamasi pembuluh darah kemudian menjadi penebalan
dinding, fibrosis, stenosis, dan pembentukan trombus
5% pasien arteritis
Takayasu anak-anak Rasio penderita
dan remaja. Didiagnosis perempuan dan laki-
antara usia 8 – 13 laki sebesar 3:11,3
tahun1,3
1. Karnalli J, et al. Takayasu’s arteritis presenting with dilated cardiomyopathy: A rare case report. International Journal of World
Research. 2016; 25: 39-44.
2. Yadav MK, Leeneshwar H, Jai R. Pulseless cardiomyopathy. JAPI. 2006; 54: 814-816.
Hipertensi
Hipertensi: nilai rata-rata tekanan
darah sistolik dan atau diastolik
lebih dari persentil ke-95 Hipertensi sekunder
berdasarkan jenis kelamin, usia, disebabkan oleh
dan tinggi badan pada
pengukuran sebanyak 3 kali atau
lebih. Penyakit
Penyakit
parenkim
Hipertensi emergensi: hipertensi renovaskular
ginjal
berat disertai komplikasi yang
mengancam jiwa, seperti
ensefalopati (kejang, stroke, defisit
fokal), payah jantung akut, Koarktasio Kelainan
edema paru, aneurisma aorta, aorta endokrin
atau gagal ginjal akut.
Tatalaksana
Tatalaksana medikamentosa
Tatalaksana bedah
Tatalaksana Medikamentosa
Tujuan: mengendalikan fase inflamasi aktif dan
mengurangi cedera pada dinding arteri.
Kortikosteroid
Metotrexat
Azathioprine
Mycophenolate mofetil (MMF)
Siklosporin A, takrolimus, dan leflunomide
obat anti-TNF