Anda di halaman 1dari 22

Jumat, 20 April 2018

GM- 301

03311440000091 Bustam Fiqor Maulana

03311540000044 Emma Vio Nisa Barunawati


03311540000094 Sintikhe Mieke Nola Tadius Pampanglola
03311540007001 Safri Yanti Rahayu
03311640000021 M. Ubayu Rizqi Rohmat Tulloh

Departemen Teknik Geomatika


Fakultas Teknik Sipil Lingkungan dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2018
Masalah keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) secara umum di
Indonesia masih sering terabaikan.
Hal ini ditunjukkan dengan masih
tingginya angka kecelakaan kerja.
Kondisi keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) perusahaan di Indonesia
secara umum diperkirakan termasuk
rendah, padahal tenaga kerja adalah
faktor penting bagi kegiatan
perusahaan, karena perusahaan tidak
mungkin bisa lepas dari yang
namanya tenaga kerja.
Menurut Ramli (2010:28) pada tahun 2007 terjadi 89000
kecelakaan kerja diseluruh perusahaan yang menjadi
anggota jamsostek yang meliputi 7 juta pekerja. Jika
jumlah pekerja di Indonesia mencapai 90 juta orang maka
jumlah kecelakaan diperkirakan lebih 700.000 kejadian
setiap tahun. Karena itu, ILO memperkirakan kerugian
akibat kecelakaan mencapai 2-4% dari GNP suatu
negara.
Menurut Siregar (2005:1) faktor manusia sebagai unsur penyebab utama
kecelakaan kerja menurut catatan adalah 85% (ILO, pencegahan kecelakaan
kerja) dan 15% merupakan faktor kondisi yang berbahaya. Oleh karena itu
kecelakaan kerja lebih banyak disebabkan faktor manusia.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan
timah menyadari sepenuhnya resiko dan dampak yang
ditimbulkan dari aktivitas pertambangan. Seluruh jajaran
manajemen dan karyawan PT TIMAH (Persero) tbk sepakat dan
bertekad untuk mengoptimalkan dampak positif dan
meminimalkan resiko serta dampak negatif dengan menerapkan
Good Mining Practice atau praktek penambangan yang baik
dengan cara:
Menaati peraturan perundangan serta norma-norma Keselamatan Kesehatan Kerja
dan pengelolaan Lingkungan Hidup
 Mencegah sedini mungkin terjadinya pencemaran, kecelakaan kerja, dan penyakit
akibat kerja
 Meningkatkan keterampilan karyawan dalam pemeliharaan Keselamatan Kesehatan
Kerja serta pengendalian dampak lingkungan
 Meningkatkan kepedulian terhadap masalah Keselamatan Kerja dan Lingkungan
Hidup
 Melakukan perbaikan secara terus menerus dalam bidang Keselamatan Kerja dan
Lingkungan Hidup.
 Kebijakan ini berlaku untuk karyawan dan para pemangku kepentingan di lingkungan
PT TIMAH (Persero) Tbk dan akan di dokumentasikan, dipelihara dan ditinjau
secara berkala serta terbuka untuk umum.
Kategori 2013 2014
Ringan 3 orang 1 orang
Berat 1 orang 2 orang
Fatal 5 orang 5 orang
Total 9 orang 8 orang

Kecelakaan di wilayah Insiden kecelakaan kerja PT Timah Tbk. tahun


tambang 2014 berjumlah 8 kali, mengakibatkan hilangannya
( Sumber : jatimpost) hari kerja/injury dengan 5 korban kategori fatal,
2 korban kategori berat dan 1 korban kategori
kecelakaan ringan).
Tahun 2013, jumlah jam kerja adalah 7.557.244 jam dan
hilang hari kerja akibat kecelakaan kerja adalah 44 hari.
Tahun 2014, jumlah jam kerja adalah 27.582.623 jam dan
hilang hari kerja akibat kecelakaan sebesar 1.276 hari.
PT TIMAH (Persero) Tbk. melakukan identifikasi terhadap
jenis pekerjaan, pekerja dan lokasi yang berisiko tinggi terkena
Penyakit Akibat Kerja (Occupational Disease Rate/ODR).

Jenis hazard yang berisiko paling banyak terjadi


untuk setiap satuan kerja terkait adalah terpapar
radiasi/debu/panas, tertimpa, tertabrak dan terjatuh.

Unit Metalurgi adalah unit kegiatan yang memiliki potensi risiko


penyakit dan kecelakaan (bagian Keteknikan dan Sarana, K3LH,
Laboratorium, Produk Khusus, dan Peleburan Material).
Jenis hazard yang diinventarisir terdiri dari 32 jenis yang memiliki
beberapa dampak, mulai dari dampak ergonomis sampai
terpapar radiasi dan Barro Trauma.
POTENSI
BAHAYA
Serangkaian kegiatan
pertambangan tidak
dapat dipisahkan dari
penggunaan teknologi-
teknologi canggih yang
memiliki resiko bahaya
sangat tinggi serta
faktor lingkungan yang
ekstrem sehingga
potensi terjadinya
kecelakaan kerja
sangat besar.
Kebakaran
Potensi kebakaran ini
bersumber dari
penggunaan energi
listrik bertegangan
tinggi, tumpukan batu
bara serta penggunaan
bahan-bahan kimia di
lokasi pertambangan .
Ledakan

Ledakan dapat
menimbulkan tekanan
udara yang sangat tinggi
disertai dengan nyala api.
Setelah itu akan diikuti
dengan kepulan asap yang
berwarna hitam. Ledakan
merambat pada lobang
turbulensi udara akan
semakin dahsyat dan
dapat menimbulkan
kerusakan yang fatal.
Tertimpa
benda berat
Pengangkutan bahan-
bahan hasil tambang
menggunakan crane
memiliki potensi
kecelakaan yang besar
yaitu tertimpa material. Hal
ini bisa disebabkan oleh
,isalnya karena rantai yang
putus, ketidak sesuaian
antara operator dengan
aba-aba yang diberikan,
jarak pandang operator
crane terbatas, dan beban
berlebih.
Kecelakaan
lalu-lintas
barang
Kepadatan lalu-lintas
barang serta kondisi
jalan yang dilalui truk-
truk pengangkut hasil
tambang juga sangat
mempengaruhi
keselamatan kerja di
aera pertambangan.
Terjatuh /
Terpeleset
Kodisi kelerengan tanah
di area pertambangan
yang terjal dan licin
dapat menyebabkan
terjadinya kecelakaan
kerja pada perusahaan
tambang khususnya di
PT Timah
Longsor
Longsor di pertambangan
biasanya berasal dari
gempa bumi, ledakan yang
terjadi di dalam
tambang,serta kondisi
tanah yang rentan
mengalami longsor. Hal ini
bisa juga disebabkan oleh
tidak adanya pengaturan
pembuatan terowongan
untuk tambang.
Peraturan
Pemerintah
Kep Direksi No. 093.K/DIR/2005 tentang UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pedoman Keselamatan Lingkungan Pengelolaan Lingkungan Hidup

UU Nomor 23 Tahun 1997 tentang PERMEN Negara Lingkungan Hidup No 11 Tahun 2006
Pengelolaan Lingkungan Hidup tentang Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Yang
Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup
Tujuan
“Optimalisasi Dampak Positif dan
Minimalisasi Dampak Negatif
Pertambangan terhadap Lingkungan”

Cara mencapai tujuan :


◙ Menaati peraturan perundangan serta norma-norma Keselamatan Kesehatan Kerja dan
pengelolaan Lingkungan Hidup
◙ Mencegah sedini mungkin terjadinya pencemaran, kecelakaan kerja, dan penyakit akibat kerja
◙ Meningkatkan keterampilan karyawan dalam pemeliharaan Keselamatan Kesehatan Kerja serta
pengendalian dampak lingkungan
◙ Meningkatkan kepedulian terhadap masalah Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup
◙ Melakukan perbaikan secara terus menerus dalam bidang Keselamatan Kerja dan Lingkungan
Hidup.
∞ Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teknis karyawan dalam menjaga kualitas
lingkungan.
∞ Menjadikan etika dan ketentuan mengenai kepedulian pelestarian lingkungan
∞ Mewajibkan mitra usaha tambang untuk mematuhi ketentuan praktik penambangan yang baik
∞ Memberikan perhatian khusus bagi perbaikan kembali kualitas lingkungan terutama pada
masa pasca tambang
∞ Mengembangkan konsep Hutan Tanaman Industri (HTI). Jenis dari tanaman dalam
pelaksanaan reklamasi adalah tanaman unggul yang dapat dinikmati hasilnya dalam kurun
waktu tidak terlalu lama, antara 5-6 tahun setelah tanam.
Industri tambang merupakan industri
dengan tingkat kemungkinan terjadinya risiko
kesehatan dan keselamatan kerja, risiko
lingkungan serta risiko usaha yang sangat besar
jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu,
PT. TIMAH (Persero) Tbk selalu
mengembangkan Sistem Manajemen Risiko
untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
risiko
Berikut merupakan Sistem Manajemen Risiko yang
diterapkan dalam perusahaan PT. TIMAH (Persero)
Tbk dalam buku pedoman “Tata Kelola Perusahaan.”
Menetapkan Konteks Risiko
Identifikasi Risiko
Analisa Risiko
Evaluasi Risiko
Penanganan Risiko
Pemantauan dan Peninjauan Risiko
Dalam pelaksanaan Sistem Manajemen Risiko tersebut terdapat poin-
poin :
• Direksi, dalam setiap pengambilan keputusan/tindakan harus
mempertimbangkan risiko usaha.
• Direksi wajib membangun dan melaksanakan program manajemen
risiko korporasi secara terpadu yang merupakan bagian dari
pelaksanaan program GCG (Code of Corporate Governance/Tata
Kelola Perusahaan).
• Pelaksanaan program manajemen risiko dapat dilakukan dengan :
1. Membentuk unit kerja tersendiri yang ada di bawah Direksi.
2. Memberi penugasan kepada unit kerja yang ada dan relevan
untuk menjalankan fungsi manajemen risiko.
• Direksi wajib menyampaikan laporan profil
manajemen risiko dan penanganannya
bersamaan dengan laporan berkala
Perusahaan.
• Sistem Manajemen Risiko yang dikembangkan
Perusahaan dilakukan secara terintegrasi di
tingkat korporat dan berbasis teknologi
informasi.
Daftar Pustaka

• http://www.goldenenergymines.com/id/index.php/kesehatan-keselamatan-kerja-lingkungan
13.55
• PT Timah. “Pengelolaan Kebijakan Lingkungan Hidup”
[http://www.timah.com/v3/ina/pengelolaan-lingkungan-kebijakan-k3-amp-lingkungan-hidup/]
Diakses pada 19 April 2018 Pukul 14.01
• Gultam Law Consultant. 2013. “Daftar Peraturan Perundang-undangan terkait Pertmambangan”
[www.gultomlawconsultants.com/daftar-peraturan-perundang-undangan-terkait-
pertambangan/#] Diakses Pada 19 April 2018 Pukul 14.22
• CNN Indonesia. 2014. “Lubang Tambang Maut, Pembantaian Sistematis atas Warga Kaltim”
[https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160628120252-20-141487/lubang-tambang-maut-
pembantaian-sistematis-atas-warga-kaltim] Diakses pada 19 April 2018 Pukul 14.37
• Mareta, Yustia. 2011. Laporan Umum : Magang Tentang Keselamatan dan kesehatan Kerja di Unit
Metalurgi Muntok di PT Timah (Persero) TBK Bangka Belitung. Surakarta : Universitas Sebelas
Maret.

Anda mungkin juga menyukai