Anda di halaman 1dari 59

Edukasi Pentingnya Pola Perilaku Hidup Sehat

sebagai Upaya Meningkatkan Kesehatan di


Desa Pakisjajar
Bismillahirrahmanirrahim
Bab 1 PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Identifikasi Masalah
Latar Belakang
◇ Perilaku Hidup Sehat merupakan perilaku kesehatan atas
kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan
aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masayarakat .

◇Masalah kesehatan di Dusun Krajan yaitu rendahnya


pengetahuan akan pola hidup sehat (PHBS) dan beberapa
masalah kesehatan pada lansia dan balita.

◇Dari beberapa masalah yang ada, kelompok memilih untuk


melakukan intervensi yaitu Edukasi Pentingnya Pola Hidup
Sehat Sebagai Upaya Meningkatkan Kesehatan Balita di Desa
Pakisjajar
Identifikasi Masalah
ASI, DDST, KB (Ibu Mira, 19 thn)
◇Punya 2 anak (2 tahun dan 4 bulan)
◇Hanya menyusui ASI selama 1 minggu pasca melahirkan
 SUFOR
◇Tidak mau menggunakan KB karena takut flek di wajah
◇Belum pernah mendapat informasi mengenai MPASI dan
tukem bayi dan balita
Kepala Keluarga
Merokok
◇Bapak A sudah merokok sejak kelas 6 SD hingga
sekarang. Bapak A memiliki dua orang putri yang masih
berumur 2.5 tahun dan 4 bulan.
◇Sehari minimal 2 pak
◇Tidak pernah olahraga
◇Tekanan darah normal yaitu 120/84 mmHg.
PHBS
◇Adanya ventilasi yang cukup membuat pertukaran
udara di rumah sudah cukup baik.
◇Kamar mandi pun sudah cukup bersih dan dibersihkan
satu minggu sekali.
◇Kurang memahami pentingnya mencuci tangan
sehingga kami memberikan intervensi mengenai
pentingnya cuci tangan serta mengedukasikan mengenai
enam langkah cuci tangan yang baik dan benar.
Status Gizi Balita
◇Status gizi balita dalam kategori normal yaitu z score
0.41 SD berdasarkan indeks BB/TB, dan balita dalam
status gizi baik yaitu z score -1,22 SD balita berdasarkan
indeks BB/U.
◇Intervensi yang kami berikan yaitu edukasi mengenai
gizi seimbang yang dibutuhkan balita untuk masa
pertumbuhan dan perkembangan.
Balita Tidak Suka
Makan Sayur
◇Menggali data menggunakan form recall 24H pada
kunjungan pertama dan didapatkan hasil bahwa balita
tidak suka makan sayur karena kesulitan dalam
mengkonsumsi sayur seperti sayi, bayam.
◇ Intervensi yang diberikan yaitu membuatkan 2 jenis
makanan yang mudah dan murah namun memenuhi zat
gizi yang dibutuhkan serta rasa disukai oleh balita.
Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. ASI Eksklusif
2. DDST II
3. Alat Kontrasepsi Keluarga Berencana
4. Bahaya Merokok
5. PHBS
6. Status Gizi dan Pola Makan
ASI Eksklusif
◇ASI Eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin
setelah lahir sampai bayi berumur 6 bulan, tanpa
tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu,
air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat
seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi,
dan tim.
DDST II
◇DDSTII (Denver Development Skrinning Test) atau
DenverII adalah salah satu dari metode skrining terhadap
kelainan perkembangan bayi atau anak usia 0-6 tahun
yang dilakukan secara berkala dengan dengan 125 tugas
perkembangan.
◇Terbagi dalam 4 sektor, yaitu: sektor personal sosial
(kemandirian bergaul), sektor fine motor adaptive
(gerakan-gerakan halus), sektor language (bahasa), dan
sektor cross motor (gerakan-gerakan kasar).
Alat Kontrasepsi
◇Kontra berarti menolak, konsepsi berarti pertemuan
antara sel telur wanita (ovum) yang sudah matang
dengan sel mani pria (sperma) sehingga terjadi
pembuahan dan kehamilan. Dengan demikian
kontrasepsi adalah mencegah bertemunya sel telur yang
matang dengan sel mani pada waktu bersenggama,
sehingga tidak akan terjadi pembuahan dan kehamilan
(Farrer, 2001).
Merokok
◇Bustan (2007), membagi perokok dibagi atas tiga
kategori, yaitu ringan (1- 10 batang perhari), sedang (11-
20 batang perhari) dan berat (lebih dari 20 batang
perhari). Klasifikasi perokok juga dapat ditentukan oleh
Indeks Brinkman (IB) dengan rumus: jumlah rata-rata
konsumsi rokok perhari (batang) x lama merokok (tahun),
dengan hasil ringan (0-199), sedang (200- 599) dan
berat (>600).
PHBS
◇Perilaku Hidup Sehat dan Sehat (PHBS) adalah
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar
kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang
menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau
masyarakat mampu menolong dirinya sendiri
(mandiri) dibidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Status Gizi
◇ Status gizi merupakan kondisi keseimbangan asupan
zat gizi terhadap kebutuhannya dan dikatakan status gizi
baik bila berada dalam keadaan sesuai.
◇Status gizi dapat didasarkan pada indeks berat badan
menurut umur (BB/U), indeks panjang badan menurut
umur (PB/U) atau (TB/U), dan indeks berat badan
menurut panjang badan (BB/PB) atau (BB/TB).

Gizi Seimbang
◇Gizi Seimbang mengandung komponen-komponen
yaitu: cukup secara kuantitas, cukup secara kualitas,
mengandung berbagai zat gizi (energi, protein, vitamin
dan mineral) yang diperlukan tubuh untuk tumbuh (pada
anak-anak), untuk menjaga kesehatan dan untuk
melakukan aktivitas dan fungsi kehidupan sehari-hari
(bagi semua kelompok umur dan fisiologis), serta
menyimpan zat gizi untuk mencukupi kebutuhan tubuh
saat konsumsi makanan tidak mengandung zat gizi yang
dibutuhkan.
HASIL DAN
Bab 3 PEMBAHASAN
ASI
 Intervensi Kegiatan : Edukasi tentang ASI
Ekslusif
 Waktu Pelaksanaan : Sabtu, 16 Desember
2017
 Tempat Pelaksanaan khusus: Rumah Keluarga
Bu Mira
 Peserta : Bu Mira (Istri)
 Sasaran / target kegiatan :
Keluarga yang terpilih menjadi fokus
permasalahan kelompok kami yaitu masalah
PHBS (terkait ASI Eksklusif)

 Tujuan kegiatan
Meningkatkan pengetahuan Ibu tentang manfaat
ASI dibandingakan susu formula
Meningkatkan kemauan Ibu untuk memberikan
ASI lagi kepada bayinya.
Pelaksanaan
Kegiatan
 Edukasi tentang ASI dilakukan dengan metode
penyuluhan yang disertai diskusi dengan Ibu Mira.
 Media yang digunakan adalah leaflet
 Kelebihan: Edukasi ASI yang dilakukan langsung
kepada sasaran menggunakan media yang menarik
mengakibatkan materi yang disampaikan lebih
mudah dipahami oleh Bu Mira.
 Kekurangan: Tidak adanya suami sehingga
mahasiswa kurang mengetahui pendapat suami
mengenai ASI eksklusif, selain itu pengalaman Bu
Mira mengenai bayinya membuat Bu Mira takut
memberikan ASI kembali.
 Diberikan soal pretest dan post test
DDST II
 Intervensi Kegiatan : Penilaian status perkembangan
balita menggunakan skor Denver atau DDST II.
 Waktu Pelaksanaan : Jumat, 1 Desember 2017
 Tempat Pelaksanaan khusus: Rumah Keluarga Bu
Mira
 Peserta : Bu Mira (Istri), Salsa (anak)
 Sasaran / target kegiatan :
Keluarga yang terpilih menjadi fokus permasalahan
kelompok kami yaitu masalah PHBS (terkait tumbuh
kembang anak)
 Tujuan kegiatan
1. Sarana dalam kolaborasi antar tenaga kesehatan
dalam menjalin kerjasama yang sinergis dalam
melakukan demonstrasi cuci tangan 6 langkah.
2. Aplikasi dari salah satu tri dharma perguruan tinggi,
yaitu pengabdian masyarakat sehingga dapat
meningkatkan kepedulian dan kemampuan
mahasiswa dalam mempelajari dan mengatasi
permasalahan kesehatan keluarga.
 Jadwal kegiatan rinci
Melakukan penilaian Denver pada balita Salsa (usia 2
tahun 6 bulan 10 hari) pada tanggal 1 Desember 2017.
 Pencapaian hasil : Dilihat dari hasil Denver
 Pelaksanaan kegiatan
Tes Denver dilakukan pada balita Salsa yang berusia 2
tahun 6 bulan 10 hari dengan tujuan untuk menilai status
perkembangannya. Berdasarkan hasil pemeriksaan
didapatkan bahwa Salsa status perkembangannya
normal.
 Kelebihan: dapat menilai status perkembangan balita.
 Kekurangannya : Salsa kadang malu dan igin
diampingi ibunya sehingga terkadang menolak
beberapa tugas yang diberikan namun mau setelah
dibujuk.
Alat Kontrasepsi
KB
 Intervensi Kegiatan : Edukasi tentang alat kontrasepsi
KB
 Waktu Pelaksanaan : Jumat, 8 Desember 2017
 Tempat Pelaksanaan khusus: Rumah Keluarga Bu
Mira
 Peserta : Pak A (Suami), Bu Mira (Istri)
 Sasaran / target kegiatan :
Keluarga yang terpilih menjadi fokus permasalahan
kelompok kami yaitu masalah PHBS (terkait Keluarga
Berencana)
 Tujuan kegiatan
1. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang alat-
alat kontrasepsi
2. Meningkatkan kemauan keluarga untuk memakai
alat kontrasepsi
 Jadwal kegiatan rinci
 Edukasi mengenai efektifitas, kontraiindikasi, kelebihan dan
kekurangan setiap metode kontrasepsi dengan media lembar balik.
 Pencapaian hasil : Pengetahuan responden meningkat sebesar 90%
dari hasil pre test dan pos test (indikator keberhasilan telah
tercapai)
 Pelaksanaan Kegiatan
Pemberian edukasi tentang metode kontrasepsi dilakukan dengan cara
penyuluhan yang disertai diskusi dengan keluarga Bu Mira. Sedangkan
media yang digunakan adalah lembar balik.
 Kelebihan: Edukasi metode kontrasepsi yang dilakukan langsung
kepada sasaran menggunakan media yang menarik mengakibatkan
materi yang disampaikan lebih mudah dipahami oleh Bu Mira.
 Kekurangan: Tidak ada dukungan dari keluarga Bu Mira agar Bu
Mira menggunakan salah satu metode kontrasepsi sehingga
mahasiswa kesulitan mengarahkan Bu Mira, selain itu ketakutan Bu
Mira mempunya flek hitam jika menggunakan alat kontrasepsi
membuat suami juga mengikuti kemauan Bu Mira.
EDUKASI
MEROKOK
 Waktu Pelaksanaan : Selasa, 14 November 2017
 Tempat Pelaksanaan khusus: Rumah Keluarga Mbak Mita,
Desa Pakisjajar
 Peserta : Keluarga Mbak Mita
 Sasaran / target kegiatan : Keluarga yang terpilih menjadi
fokus permasalahan kelompok yaitu keluarga yang kepala
keluarganya merokok
 Tujuan Kegiatan
1. Sebagai wadah dalam mengaplikasian ilmu preklinik
mengenai bahaya merokok
2. Aplikasi dari salah satu tri dharma perguruan tinggi, yaitu
pengabdian masyarakat sehingga dapat meningkatkan
kepedulian dan kemampuan mahasiswa dalam
mempelajari dan mengatasi permasalahan kesehatan
keluarga.
 Pencapaian Hasil
Bapak Andi mengetahui serta mengerti mengenai
bahaya merokok
 Pelaksanaan Kegiatan
Edukasi bahaya merokok kepada Bapak Andi beserta
semua keluarganya. Intervensi ini dilakukan dengan cara
memperlihatkan poster yang berisi mengenai bahaya –
bahaya merokok serta dijelaskan mengenai bahaya dari
rokok itu sendiri. Untuk mengevaluasi keberhasilan dalam
penyuluhan maka dilakukan pretest dan postest dengan
hasil baik
Cuci Tangan
 Intervensi Kegiatan : Edukasi Pentingnya Cuci Tangan
 Waktu Pelaksanaan : Selasa, 14 November 2017
 Tempat Pelaksanaan khusus: Rumah Keluarga Mbak
Mita, Desa Pakisjajar
 Peserta : Keluarga Mbak Mita
 Sasaran / target kegiatan : Keluarga yang terpilih
menjadi fokus permasalahan kelompok yaitu keluarga
yang belum memahami pentingnya cuci tangan
 Tujuan Kegiatan
1. Sebagai wadah dalam mengaplikasian ilmu preklinik
mengenai pentingnya cuci tangan
2. Aplikasi dari salah satu tri dharma perguruan tinggi,
yaitu pengabdian masyarakat sehingga dapat
meningkatkan kepedulian dan kemampuan
mahasiswa dalam mempelajari dan mengatasi
permasalahan kesehatan keluarga.
Likopen

Flavonoid

Asam askorbat
Rumusan Masalah
Apakah pemberian ekstrak kulit tomat dapat mencegah
terjadinya penebalan tunika intima hingga media aorta
tikus (Rattus novergicus) Wistar model DM Tipe 2?
Tujuan Penelitian
Umum
Membuktikan adanya pengaruh pemberian ekstrak kulit
tomat (Lycopersicon esculentum) terhadap ketebalan tunika
intima hingga media aorta pada tikus (Rattus novergicus)
Wistar model DM Tipe2.

Khusus
1. Mengetahui ketebalan tunika intia hingga media aorta
tikus (Rattus novergicus) Wistar yang diberi diet normal
dibandingkan dengan model DM Tipe 2.
2. Mengetahui ketebalan tunika intima hingga media aorta
tikus (Rattus novergicus) Wistar model DM Tipe 2
dengan diberi ekstrak kulit tomat dosis 50 mg/kgBB,
100mg/kgBB, 150mg/kgBB.
3. Membuktikan hubungan antara dosis ekstrak kulit tomat
dengan ketebalan tunika intima hingga media aorta
pada tikus (Rattus novergicus) Wistar model DM Tipe 2.
Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA
Stress Oksidatif

DM Tipe 2 Aterosklerosis

Dislipidemia
EKSTRAK KULIT TOMAT

Likopen Flavonoid Asam askorbat


KERANGKA KONSEP
Bab 3 DAN HIPOTESIS
1. Kerangka konsep penelitian
2. Hipotesis penelitian
Kerangka Konsep Penelitian
Hipotesis
penelitian
◇ Pemberian ekstrak kulit tomat dapat mencegah
terjadinya penebalan tunika intima hingga media
aorta tikus (Rattus novergicus) Wistar model DM Tipe
2 yang diinduksi STZ dan diet tinggi lemak
◇ Adanya hubungan antara dosis ekstrak kulit tomat
dengan ketebalan tunika intima hingga media aorta
tikus (Rattus novergicus) Wistar model DM Tipe 2
yang diinduksi STZ dan diet tinggi lemak.
Bab 4 METODE PENELITIAN
1. Rancangan penelitian
2. Variabel penelitian
3. Definisi operasional
Kelompok Perlakuan Variabel Penelitian

• Variabel bebas : Dosis


• Perlakuan I : Kontrol negatif
pemberian ekstrak kulit
• Perlakuan II : Kontrol positif tomat.
• Variabel terikat : Ketebalan
• Perlakuan III : Ekstrak kulit tunika intima hingga media
aorta tikus
tomat dosis 50 mg/kgBB
• Variabel kendali : Jenis, usia,
• Perlakuan IV : Ekstrak kulit jenis kelamin tikus, berat
badan awal, pakan hewan
tomat dosis 100 mg/kgBB dan kondisi lingkungan
kandang.
• Perlakuan V : Ekstrak kulit
tomat dosis 150 mg/kgBB
Definisi
Operasional
Tikus Model DM
Ekstrak Kulit Tomat Ketebalan Aorta
Tipe 2
Tomat berasal dari Tunika intima-media
Tikus putih (Rattus Pasar Besar Malang
norvegicus) galur Pengukuran
Wistar dengan Berat Proses ekstraksi kulit menggunakan software
Badan 120-200 gram tomat dengan pelarut dot slide Olyvia
yang di injeksi aseton.
Streptozotocin (STZ)
dengan dosis 30
ml/kgBB serta diberi
diet tinggi lemak
Rancangan
Penelitian
HASIL PENELITIAN DAN
Bab 5 ANALISIS DATA
1. Hasil penelitian
2. Analisis data
Hasil Gula Darah Tikus pada Minggu
ke 8
Kelompok Mean ± SD

KN 99 ± 24,48

KP 224,25 ± 128,497

KP1 277,75 ± 118,480

KP2 232,00 ± 176,716

KP3 250,25 ± 126,784

berhasil diinduksi Diabetes mellitus


Gambaran Histopatologi Aorta Tikus (H&E
400x) Kelompok Kontrol Negatif
Gambaran Histopatologi Aorta Tikus (H&E
400x) Kelompok Kontrol Positif
Gambaran Histopatologi Aorta Gambaran Histopatologi Aorta Gambaran Histopatologi Aorta
Tikus (H&E 400x) Kelompok Tikus (H&E 400x) Kelompok Tikus (H&E 400x) Kelompok
Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3
Ketebalan Tunika Intima hingga Media Aorta pada
Tikus (Rattus novergicus) Wistar model DM tipe 2
120.00

Ketebalan Tunika Intima hingga Media Aorta


100.00 96.72  1.25
89.71  17.18
79.24  10.11 81.52  8.66 80.72  9.28
80.00

60.00

40.00

20.00

0.00
KN KP KP1 KP2 KP3
Analisis Data
One-way
Uji Uji
ANOVA
Normalitas homogenitas
0.301
> 0.05 > 0.05
(p>0.05)

Tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan pemberian


ekstrak kulit tomat terhadap ketebalan tunika intima hingga
media aorta tikus (Rattus novergicus) Wistar model DM Tipe 2
Hubungan dosis-ketebalan
tunika intima hingga media

Uji korelasi Rank Spearman

> 0.05

Tidak ada hubungan yang signifikan antara dosis ekstrak kulit


tomat dengan ketebalan aorta tikus
Bab 6 PEMBAHASAN
Kontrol Positif dibandingkan dengan
Kontrol Negatif

Kontrol positif memiliki rerata ketebalan tunika


intima hingga media aorta yang lebih tinggi


dibandingkan kontrol negatif

Stres oksidatif

DM Tipe 2 Aterosklerosis

Dislipidemia
KP 1 dan KP 2 dibandingkan Kontrol Positif

KP 1 dan KP 2 memiliki rerata ketebalan tunika


intima hingga media aorta lebih kecil
dibandingkan kontrol positif

Kulit tomat mengandung likopen, flavonoid,


asam askorbat yang merupakan antioksidan
poten  hambat oksidasi LDL  tidak terbentuk
plaq aterosklerosis
KP 3
KP 3 memiliki rerata ketebalan tunika intima
hingga media aorta lebih tinggi dibanding
kontrol positif, KP1, dan KP2.


Mekanisme pro oksidan
Semakin tinggi dosis ekstrak  Prooksidan
Memicu tingginya laju oksidasi  memicu
disfungsi sel endotel bahkan kematian sel
endotel
Bab 6 PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
kesimpulan
1. Pemberian ekstrak kulit tomat belum (tidak) mampu
mencegah terjadinya penebalan tunika intima hingga
media aorta tikus (Rattus novergicus) galur Wistar
model DM Tipe 2 yang diinduksi STZ dan diet tinggi
lemak.

2. Tidak didapatkan hubungan antara dosis ekstrak


kulit tomat dengan ketebalan tunika intima hingga
media aorta tikus (Rattus novergicus) galur Wistar
model DM Tipe 2 yang diinduksi STZ dan diet tinggi
lemak.
Saran
1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai dosis
yang paling efektif terkait efek ekstrak kulit tomat
untuk menurukan ketebalan tunika intima hingga
media aorta tikus (Rattus novergicus) Wistar model
DM tipe 2.
2. Perlu diadakan penelitian mengenai uji toksisitas
ekstrak kulit tomat sebagai terapi alternatif terhadap
komplikasi DM.
TERIMAKASIH
◇Penjelasan gambar, tabel, grafik
◇Kesimpulan harus konsisten
◇Pembahasan belum lengkap (pembahasan
berdasarkan data didukung atau ditolak oleh bab 2)
◇Cara memasukkan kapsul dapat memicu stress
◇Rattus norvegicus
◇Pembuatan HE  tidak ada dekalsifikasi
◇Pewarnaan HE dicari yang benar
◇Pembahasan jurnal masukkan di BAB 6

Anda mungkin juga menyukai