Anda di halaman 1dari 32

Bahan Kuliah

• UU No 8 Tahun 1983 jo.


UU No 42 Tahun 2009
• Untung Sukardji : PPN
revisi 2015
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
1. Filosofi dan Sendi-Sendi Dasar PPN
2. Objek PPN
3. Subjek Pajak
4. Faktur Pajak
5. Dasar Pengenaan Pajak
6. Pengkreditan Pajak Masukan
7. Pemungut PPN
8. Fasilitasi di Bidang PPN
9. Perhitungan PPN Terutang
10. SPT Masa PPN
Overview Pertemuan Pertama

Sejarah PPN

Legal Karakter PPN

Mekanisme PPN

Dasar Hukum PPN

Sistematika UU PPN
PERKEMBANGAN PAJAK TIDAK LANGSUNG
DI INDONESIA
PAJAK PEMBANGUNAN I
1 Juni 1947

UU No 32/1956

MENJADI PAJAK DAERAH

PAJAK PEREDARAN
UU No 12/1950 mulai berlaku 1 Januari 1951

PAJAK PENJUALAN
UU No 18 Drt/1951 jo UU No 85/1953
mulai berlaku 1 Oktober 1951

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI


UU No 8 /1983 stdd UU No. 11/1994, UU No 18/2000
dan UU No. 42/2009 mulai berlaku 1 April 1985
PAJAK PEREDARAN (PPe)
( UU Darurat No.12/1950, mulai berlaku 1 Januari 1951)

Objek Pajak : Penyerahan barang dan jasa yang dilakukan dalam


lingkungan perusahaan pengusaha
Dasar Pengenaan Pajak : - penyerahan barang : harga jual
- penyerahan jasa : penggantian
Tarif : 3%
Saat pajak terutang : 1 (satu) tahun kalender
Dualisme sistem pemungutan, yaitu bagi:
a. pengusaha yg tdk mampu menghitung sendiri pajak yg terutang,
pada awal tahun diterbitkan surat ketetapan sementara. Pada a-
khir tahun diterbitkan surat ketetapan rampung. Pajak yg kurang
dibayar dikenai sanksi bunga 2% per bulan;
b. pengusaha yg mampu menghitung sendiri, mengisi SPT dan me-
nyetor sendiri pajak yg terutang, Terhadap pajak yg kurang dise-
tor diterbitkan “Tagihan Susulan” dg sanksi denda 200%.
Bersifat kumulatif : secara tdk langsung menimbulkan pengenaan pa-
jak berganda
PAJAK PENJUALAN (PPn)
UU Darurat No.19/1951, mulai berlaku 1 Oktober 1951)

Objek Pajak : Penyerahan barang oleh Pabrikan dan jasa yg dilakukan dlm
lingkungan perusahaan/pekerjaan pengusaha
Dasar Pengenaan Pajak : - penyerahan barang : harga jual
- penyerahan jasa : penggantian
Tarif : 0%, 1%, 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 20%
Saat pajak terutang : 1 (satu) bulan kalender
Dualisme sistem pemungutan, yaitu bagi:
a. pengusaha yg tdk mampu menghitung sendiri pajak yg terutang, pd a-
wal tahun diterbitkan surat ketetapan sementara. Pada akhir tahun di-
terbitkan surat ketetapan rampung. Dlm hal pajak kurang disetor,
dikenai sanksi Bunga 2% per bulan;
b. pengusaha yg mampu menghitung sendiri, mengisi SPT utk menghi-
tung dan menyetor sendiri pajak yang terutang, Dlm hal pajak kurang
disetor diterbitkan “Surat Tagihan Tambahan” dg sanksi denda 400%.
Bersifat kumulatif : secara tifdak langsung menimbulkan pengenaan pajak
berganda
KELEMAHAN UU PPn 1951
KELEMAHAN UU PPn1951

1. Sudah sering diubah shg sulit dipahami & dilaksanakan


2. Menganut dualisme sistem pemungutan pajak
a. self assessment system bagi WP yg mampu pembukuan
b. official assessment system bagi WP non pembukuan
3. Menganut tarif majemuk (multiple rate)
4. Dalam pelaksanaannya, secara tdk langsung menimbulkan
pengenaan pajak berganda (bersifat kumulatif) shg tdk ne-
tral baik dlm perdag di dlm negeri maupun internasional

REFORMASI SISTEM PERPAJAKAN


NASIONAL (TAX REFORM) 1983

UU PPn 1951 diganti dengan


UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 1984
PPN ITU, APA?

PPN
(Pajak
Pertam-
bahan Nilai)

pajak atas konsumsi dalam negeri yg dihitung atas nilai tambah, yang
memisahkan kedudukan pemikul be-ban pajak dengan penanggung jawab
penyetoran pa-jak dan menempatkan eksistensi objek pajak sebagai
faktor dominan menimbulkan kewajiban pajak.
Pihak pemikul beban pa-
jak berbeda dengan pihak
Pajak atas konsumsi penanggung jawab penye-
dalam negeri toran pajak

Unsur-
unsur
PPN

Objek pajak
Pajak dihitung menimbulkan
atas nilai tambah kewajiban pajak

MENGKRISTAL DALAM LEGAL


KARAKTER PPN
KRISTALISASI UNSUR-UNSUR PPN

Pihak pemikul beban


pajak berbeda de-
ngan pihak penang- PAJAK TIDAK LANGSUNG
gung jawab penye-
toran pajak

Objek pajak
menimbulkan PAJAK OBJEKTIF
kewajiban pajak
MULTI STAGE LEVY

Pajak dihitung INDIRECT SUBTRACTION METHOD


atas nilai tambah
NON CUMULATIVE

TARIF TUNGGAL

Pajak atas konsumsi


CONSUMPTION TYPE VAT
dalam negeri
PAJAK TIDAK LANGSUNG

MULTI STAGE LEVY


INDIRECT SUBTRACTION/
CREDIT/INVOICE METHOD
PAJAK ATAS KONSUMSI
DALAM NEGERI
LEGAL KARAKTER PPN
(Indonesia)
CONSUMPTION TYPE VAT

TARIF TUNGGAL

NON CUMULATIVE

PAJAK OBJEKTIF
PPN adalah PAJAK TIDAK LANGSUNG

NEGARA
Pemikul beban
Penanggung PPN (destinataris)
jawab pajak
BARANG
PENJUAL PEMBELI
PPN

• Dlm hal Pembeli sdh membayar harga barang dan PPN


kepada Penjual sama halnya dengan Pembeli sudah me-
nyetor PPN ke Kas Negara.
• Dlm hal Penjual tidak memungut PPN dari Pembeli, me-
rupakan tanggung jawab Penjual, bukan tanggung jawab
Pembeli.
PPN adalah PAJAK OBJEKTIF

Timbulnya kewajiban pajak sangat ditentukan oleh adanya


objek pajak

Kondisi subjektif subjek pajak bukan faktor yang relevan

Tidak memperhatikan asas keadilan pemungutan pajak

Dampak regresif (kesenjangan beban pajak)

Untuk mengurangi regresivitas PPN, bagi konsumen yang me-


ngkonsumsi BKP yang Tergolong Mewah dikenai PPnBM
di samping PPN.
MULTI STAGE LEVY namun NON KUMULATIF
PK = PPN =
PABRIKAN 100.000 100.000
KN

BKP HARGA JUAL =1.000.000 PPN 10%


100.000

PEDAGANG BESAR PM = 100.000 PPN =


PK = 130.000 30.000 KN
HARGA BELI =1.000.000
BKP NILAI TAMBAH = 300.000 PPN 10%
HARGA JUAL =1.300.000 130.000

PEDAGANG ECERAN PM = 130.000 PPN =


PK = 150.000 20.000 KN
HARGA BELI = 1.300.000
BKP NILAI TAMBAH = 200.000 PPN 10% PPN disetor ke KN identik dg
HARGA JUAL= 1.500.000 150.000 10% x nilai tambah

KONSUMEN BEBAN PAJAK Jml PPN yg disetor ke KN iden-


tik dg beban pajak yang dipikul
oleh konsumen
Perbandingan antara
PERBANDINGAN PPn KUMULATIF& PPN NON KUMULATIF

PPn kumulatif dg PPN non kumulatif


KAS NEGARA PABRIKAN KAS NEGARA

PPn HARGA JUAL HARGA JUAL PPN


100.000 1.000.000 1.000.000 100.000

PEDAGANG PPN
BESAR 30.000
HARGA BELI = 1.100.000 HARGA BELI = 1.000.000
PPn NILAI TAMBAH = 300.000 NILAI TAMBAH= 300.000 PPN
140.000 HARGA JUAL=1.400.000 HARGA JUAL = 1.300.000 130.000

PEDAGANG PPN
ECERAN 20.000

PPn HARGA BELI = 1.540.000 HARGA BELI = 1.300.000


NILAI TAMBAH = 160.000 NILAI TAMBAH = 200.000
PPN
170.000 HARGA JUAL =1. 700.000 HARGA JUAL= 1. 500.000 150.000

KUMULATIF KONSUMEN NON KUMULATIF


17
PPN
SISTEM PEMUNGUTAN PPN

SISTIM PEMUNGUTAN PPN atas

Nilai Tambah

HARGA BELI BIAYA


HARGA JUAL
BH BAKU = 500
BH PEMBANTU = 300
PENYUSUTAN
BUNGA/SEWA
= 50
= 100
1700
SUKU CADANG GAJI/UPAH = 300
DLL. = 200 MANAJEMEN = 150
----------- LABA USAHA = 100
JUMLAH = 1000
JUMLAH = 700

Nilai Tambah =700

SUBTRACTION METHOD INDIRECT SUBTRAC- ADDITION METHOD


TION/CREDIT/IN-
VOICE METHOD
METODE PENGHITUNGAN
CALCULATION METHOD

(Calculation Method)

INDIRECT SUBTRACTION/
SUBTRACTION METHOD
INVOiCE/CREDIT METHOD

HARGA JUAL = 1.700 HARGA JUAL = 1.700


HARGA BELI = 1.000 PPN = 10% x 1.700 = 170
DPP = 700 HARGA BELI = 1.000
PPN 10% = 70 PPN = 10% x 1.000 = 100
PPN DISETOR KE -
KAS NEGARA = 70
ADDITION METHOD

PENYUSUTAN = 50
BUNGA = 20
SEWA = 80
GAJI/UPAH = 300
MANAJEMEN = 150
LABA USAHA = 100
Jumlah = 700
PPN 10% = 70
PPN adalah
PAJAK ATAS KONSUMSI DALAM NEGERI

PPN BUKAN PAJAK PPN MENGANUT


ATAS KEGIATAN BISNIS DESTINATION PRINCIPLE

PEMIKUL BEBAN PAJAK DIKENAKAN DI


TEMPAT TUJUAN BARANG
PAJAK ADALAH ATAU JASA AKAN
KONSUMEN DIKONSUMSI

DALAM HAL MENYANGKUT ARUS LINTAS BATAS WILAYAH NEGARA


(CROSS BORDER AREA), TEMPAT KONSUMSI/PEMANFAATAN
MERUPAKAN FAKTOR DOMINAN MENIMBULKAN UTANG PAJAK
Biaya pem-
GROSS PRODUCT TYPE belian br. Mo-
TIPE VAT

VAT dal tidak dpt


dikurangkan
dari DPP.

Biaya pem-
TIPE CONSUMPTION TYPE
belian barang
Modal dpt di-
VAT VAT kurangkan
seluruhnya
dari DPP.

Biaya pembeli-
an br. modal
NET INCOME TYPE dikurangkan
VAT dari DPP se-
banding dg
penyusutan.
Membantu likuiditas perusahaan

Menunjang iklim investasi yang sehat


Sisi positive
Consumption
Type vat Mendorong pengusaha secara berkala
melakukan regenerasi barang modal

Tidak menimbulkan pengenaan


pajak berganda
Tarif Tunggal

Tarif PPN 10%

15%

Dengan Peraturan
Pemerintah dapat diubah

5%
MEKANISME PEMUNGUTAN PPN

FP : 100.000 FP : 120.000

PKP BKP/JKP BKP/JKP


PKP PKP
A 1.000.000 B 1.200.000 C
1.000.000 + 1.200.000 +
PPN 100.000 PPN 120.000
PK PM PK PM

SPT MASA PPN


PKP B PENGKREDITAN
PK = 120.000 PAJAK MASUKAN
PM = 100.000 - (Indirect Subtrac-
SETOR tion Method)
KE KN = 20.000
1. UU menjadi lebih sederhana sehingga lebih mudah
dilaksanakan
2. Mengurangi biaya kepatuhan oleh WP
3. Meningkatkan kepatuhan WP karena tidak ada
pengenaan pajak kumulatif
4. Penerimaan Pajak Meningkat
DASAR HUKUM DAN NAMA UU PPN

UU NOMOR 8 TAHUN 1983

PERUBAHAN I PERUBAHAN II PERUBAHAN III


UU No.11/1994 UU No.18/2000 UU No. 42/2009
mulai 1 - 1 - 1995 mulai 1 - 1 - 2001 mulai 1 – 4 - 2010

Pasal 1 s.d. Pasal 17 Pasal 1 s.d. Pasal 16C Pasal 1 s.d. Pasal 16F
tidak berurutan tidak berurutan tidak berurutan

Pasal 18 : Peraturan Peralihan


Ps.19 : Hal-hal yg belum diatur dlm UU ini diatur lebih lanjut dg PP
Ps 20 : UU ini dpt disebut UU Pajak Pertambahan Nilai 1984

Pasal 21 : UU ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1984

Nama Tetap : UU PPN 1984


PERKEMBANGAN PERATURAN
PELAKSANAAN UU PPN 1984

UU No. 8 Tahun 1983 PP No. 22/1985


( UU PPN 1984) 13 Maret 1985
mulai berlaku 1 April 1985 mulai berlaku 1 April 1985

UU PPN 1984 jo PP No. 50/1994


UU No. 11 Tahun 1994 28 Desember 1994
(9 November 1994) mulai berlaku 1 Januari 1995
mulai berlaku 1 Januari 1995
PP No. 143/2000
UU PPN 1984 jo
22 Desember 2000
UU No. 18 Tahun 2000
mulai berlaku 1 Januari 2001
(2 Agustus 2000 )
diubah dg PP No. 24/2002
mulai berlaku 1 Januari 2001
mulai berlaku 1 Juni 2002
UU PPN 1984 jo
PP No. 1/2012
UU No. 42 Tahun 2009
( 15 Oktober 2009) 3 Januari 2012
mulai berlaku 4 Januari 2012
mulai berlaku 1 April 2010
Sistematika UU PPN

BAB I KETENTUAN UMUM


- Pasal 1 Pengertian
- Pasal 1A Ruang Lingkup Penyerahan Barang Kena Pajak
- Pasal 2 Transaksi Hubungan Istimewa

BAB II PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK


- Pasal 3 Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

BAB IIA KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA DAN KEWAJIBAN


MEMUNGUT, MENYETOR DAN MELAPORKAN PAJAK YANG
TERUTANG
- Pasal 3A Pengusaha Kena Pajak, Pengusaha Kecil, BKP tidak berwujud dan JKP
dari Luar Daerah Pabean
Sistematika UU PPN

BAB III OBJEK PAJAK


- Pasal 4 Obyek Pajak Pertambahan Nilai
- Pasal 4A Jenis Barang dan Jasa Tidak Kena Pajak
- Pasal 5 Obyek PPnBM
- Pasal 5A Retur Penjualan/Pembelian
- Pasal 6 (dihapus)

BAB IV TARIF PAJAK DAN CARA MENGHITUNG PAJAK


- Pasal 7 Tarif Pajak Pertambahan Nilai
- Pasal 8 Tarif PPnBM
- Pasal 8A Cara Menghitung PPN
- Pasal 9 Pajak Masukan dan Pajak Keluaran
- Pasal 10 Cara Menghitung PPnBM
Sistematika UU PPN

BAB V SAAT DAN TEMPAT TERUTANG DAN


LAPORAN PENGHITUNGAN PAJAK
- Pasal 11 Saat Terutang Pajak
- Pasal 12 Tempat Terutang Pajak
- Pasal 13 Faktur Pajak
- Pasal 14 Larangan Membuat Faktur Pajak
- Pasal 15 (dihapus)
- Pasal 15a Jangka Waktu Penyetoran Pajak dan Penyampaian
SPT Masa
- Pasal 16 (dihapus)

BAB V A KETENTUAN KHUSUS


- Pasal 16A Pemungut PPN
- Pasal 16B Fasilitas Pajak
- Pasal 16C PPN Kegiatan Membangun Sendiri
- Pasal 16D PPN atas Penyerahan Aktiva Yang Menurut Tujuan semula
Tidak Untuk Diperjualbelikan
- Pasal 16E Permintaan Kembali PPN dan PPnBM
- Pasal 16F Tanggung Jawab Renteng Pembayaran Pajak
Sistematika UU PPN

BAB VI KETENTUAN LAIN-LAIN


- Pasal 17 Tata Cara Pemungutan (lex specialist)

BAB VII KETENTUAN PERALIHAN


- Ketentuan peralihan

BAB VIII KETENTUAN PENUTUP


- Pasal 19 Ketentuan tentang peraturan pelaksanaan
- Pasal 20 Nama UU PPN 1984
- Pasal 21 Mulai Berlaku UU PPN

Anda mungkin juga menyukai