Anda di halaman 1dari 55

Hendra susanto

Identitas Pasien
 Nama : Ny.Y
 Usia : 66 tahun
 Status : Menikah
 Pekerjaan : Petani
 Pendidikan: SD
 Agama : Islam
 Suku : Jawa
 Alamat : Sengreng RT.07 RW.03
Riwayat Penyakit
 Keluhan utama
Sejak 1 bulan SMRS, pasien merasa badannya lemas.

 Riwayat Penyakit Sekarang


OS mengeluh badannya terasa lemas sejak ± 1 bulan
SMRS. Lemas dirasakan sepanjang hari. Pasien juga
mengeluh menjadi sering kencing sejak 2 bulan yang
lalu. Kencing tidak terasa sakit dan berwarna putih
kekuningan dengan frekuensi 8-10 x perhari. Pasien juga
mengeluh berat badan yang turun walaupun nafsu
makan bertambah. Pasien juga mengeluh semakin
sering merasa haus walau tidak melakukan aktifitas fisik
yang berat . Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
BAB tidak ada keluhan. Pasien mengaku jarang
berolahraga. Pasien mengkonsumsi rokok ± 1 bungkus
sehari dan kadang – kadang minum minuman
beralkohol. Pasien mengaku sangat menyukai
makanan manis dan jarang mengkonsumsi sayur atau
buah.
Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Dahulu:
 Riwayat alergi : disangkal
 Riwayat batuk berkepanjangan / TBC: disangkal
 Riwayat penyakit seperti ini sebelumnya : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:


 Ayah Pasien menderita penyakit DM
1. Riwayat kebiasaan:
 Riwayat merokok : suami Ny.T memiliki riwayat merokok tetapi
sudah berhenti sejak mengeluh sesak
 Riwayat minum alkohol : disangkal

, 

Riwayat olah raga
Riwayat pengisian waktu luang
berpergian
: Ny.T dan keluarga jarang olah raga
: Ny.T dan keluarga jarang berekreasi dan

2. Riwayat Pengobatan:
Pasien mengaku baru 5 bulan ini periksa dan mengonsumsi obat anti diabetes tetapi
tidak rutin.
3. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien berusia 66 tahun, seorang ibu dengan empat orang anak. Penderita sehari-hari
sebagai petani, suaminya juga seorang petani Empat anak lainnya sudah berumah
tangga dan tinggal di tempat yang berbeda. Kebutuhan sehari-hari pasien ditanggung
oleh suami dibantu dengan penghasilan pasien sebagai petani dan buruh tani.
4. Riwayat gizi
Penderita makan sehari-hari biasanya 2-3 kali dengan nasi, sayur, dan lauk pauk
tahu, tempe, terkadang dengan telur dan daging. Buah kadang-kadang seperti
pepaya, dan pisang. Kesan status gizi cukup.

5. Keadaan lingkungan
Lingkungan sekitar rumah Ny.Y tergolong bersih, padat penduduk, karakter
ekonomi menengah kebawah dan hubungan sosial antar tetangga cukup baik.
Resume
 OS mengeluh badannya terasa lemas sejak ± 1 bulan
SMRS. Lemas dirasakan sepanjang hari. Pasien juga
mengeluh menjadi sering kencing sejak 2 bulan yang
lalu. Kencing tidak terasa sakit dan berwarna putih
kekuningan dengan frekuensi 8-10 x perhari. Pasien
juga mengeluh berat badan yang turun walaupun
nafsu makan bertambah. Pasien juga mengeluh
semakin sering merasa haus walau tidak melakukan
aktifitas fisik yang berat . Pasien belum pernah
berobat sebelumnyaPemeriksaan penunjang GDS 254
mg/dl pada tanggal 1-2-2018, 288 mg/dl .
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum : tampak sakit ringan
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tek. Darah : 150/90 mmHg
 Laju nadi : 76 x/min
 Laju nafas : 24 x/min
 Temperatur : 37,2 0C
 Weight : 65 kg
 Height : 170 cm
 IMT : 22,49
Pemeriksaan Fisik
 Kepala : normocephali
 Mata : conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-,
pupil isokor 3mm/3mm
 Hidung : deformitas –, sekret -/-
 Telinga : membran tymphani tak diperiksa, sekret -
/-
 Leher : tidak ada massa, trakhea di tengah
 Thorax
 Jantung :
 I = ictus cordis di ICS IV, 2 cm lateral linea mid clavicularis sin
 P = ictus cordis teraba at ICS IV, 2 cm lateral linea mid
clavicularis sin
 P = atas : ICS II sin
kanan : linea sternalis dex
kiri : linea mid clavicularis sin
 A = bunyi jantung I and II reguler, murmur -, gallop -
 Paru :
 I = simetris
 P = stem fremitus kanan = kiri
 P = sonor pada semua lapang paru
 A = vesikular, ronkhi -/-, wheezing -/-
 Abdomen :
 I = tampak datar, venetaksi -
 P = supel, nyeri tekan -, Hepar/Lien tidak teraba
 P = timpani
 A = bunyi usus + 2-3 x/min
 Genitalia : tidak diperiksa
 Ekstremitas : akral hangat CRT < 2 sec, edema
-/-, anemia +/+
Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium 1 febuari 2018:
 Hb : 12,6 g/dl
 Ht : 38 %
 Leukocyte : 7.160/ul
 Trombocyte : 143.000/ul
 GDS : 254 mg/dl
 Ureum : 26 mg/dL
 Kreatinin : 0,7 mg/dL
Diagnosis
 Diabetes Mellitus tipe 2 ( normoweight)
 Hipertensi Grade I
Tatalaksana
 Edukasi
 Metformin Tab 500 mg 2x1
 Captopril Tab 12,5 mg 2x1
DISKUSI
Diabetes mellitus ??
 (WHO 1980), sesuatu yang tidak dapat
dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan
singkat tapi secara umum dapat dikatakan sebagai
suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi
yang merupakan akibat dari sejumlah faktor di
mana didapat defisiensi insulin absolut atau relatif
dan gangguan fungsi insulin .

 American Diabetes Association (ADA) 2010,


Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok
penyakit gangguan metabolisme karbohidrat
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin baik relative
maupun absolut, kerja insulin atau kedua-duanya
.
PERKENI ,2006 STANDART MEDICAL CARE, ADA 2009
KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS :

 Diabetes melitus tipe 1, yaitu diabetes melitus yang


dikarenakan oleh adanya destruksi sel β pankreas yang
secara absolut menyebabkan defisiensi insulin.

 Diabetes melitus tipe 2, yaitu diabetes yang dikarenakan


oleh adanya kelainan sekresi insulin yang progresif dan
adanya resistensi insulin.

 Diabetes melitus tipe lain, yaitu diabetes yang


disebabkan oleh beberapa faktor lain seperti kelainan
genetik pada fungsi sel β pankreas, kelainan genetik
pada aktivitas insulin, penyakit eksokrin pankreas
(cystic fibrosis), dan akibat Penggunaan obat atau bahan
kimia lainnya (terapi pada penderita AIDS dan terapi
setelah transplantasi organ).

 Diabetes melitus gestasional, yaitu tipe diabetes yang


terdiagnosa atau dialami selama masa kehamilan
FAKTOR RESIKO DM tipe 2
Tidak dapat dimodifikasi Dapat dimodifikasi
Ras Berat badan lebih ( IMT >23)

Riwayat Keluarga Kurang aktifitas fisik

Umur Hipertensi (≥ 140/90 mmHg)

Riwayat melahirkan bayi BB> 4000 gr / Dislipidemia ( HDL ≤ 35 mg/dL dan


Pernah menderita DM Gestasional atau Trigliserida ≥ 250 mg/dL )
Riwayat lahir dengan BBLR (<2500 gr) Diet tinggi gula dan rendah serat
Gejala klinis
 Keluhan klasik  Keluhan lainnya
 Penurunan BB & rasa  Gangguan saraf

lemah tepi/kesemutan

 Poliuri  Gangguan penglihatan

 Polidipsi
 Gatal/bisul

 Gangguan ereksi
 polifagi
 Keputihan
Sekresi insulin
Glukosa > 70 mg/dl

Sekresi insulin

Circulating insulin:
Basal : 5 -15 µU/ml
Peak : 60 – 90 µU/ml
Insulin di sel sasaran
 Insulin berikatan dengan
reseptor di permukaan sel
sasaran

Singnaling pathway
(autofosforilasi)

Translokasi GLUT 4

Glukosa masuk kedalam sel


DM TIPE 2 :
 2 DEFEK METABOLIK UTAMA, yang mendasari DM
tipe 2 :

 1. RESISTENSI INSULIN
 “ Penurunan kemampuan jaringan perifer untuk merespon insulin”

 2. DISFUNGSI SEL β LANGERHANS :


 “ Sekresi insulin tidak cukup setelah terjadi resistensi insulin dan hiperglikemia. “
1. Resistensi insulin (RI) :
 jadi , RI fenomena penurunan sensitivitas insulin pd org DM yg dpt terjadi o.k :
 1. Defek Genetik reseptor insulin & jalan sinyal insulin :
- Mutasi genetik kromosom 11 (jarang)
- Fosforilasi (pengaktifan )reseptor insulin
- Gangguan translokasi glut 4 ke permukaan sel
- Jumlah reseptor insulin

- Pada prinsipnya , resistensi insulin dpt terjadi pd tingkat reseptor insulin atau
pasca reseptor, o.k defek pada reseptor, atau eror post reseptor signaling
pathway. (GUYTON, 2007)
2.Difungsi sel β Pankreas
 Sekresi insulin oleh sel β Pankreas pd non DM, terdiri dari 2 fase :
a. Fase dini (Fase 1 / early peak ) : 3 – 10 menit pertama setelah makan.
b. Fase Lanjut (Fase 2 ) : sekresi insulin 20 menit setelah stimulasi glukosa.pd
Pd. DM tipe 2 :
Insulin fase 1  GD tidak turun.
Insulin fase 2  normogikemi

Exhausted Cell β  Failure

produksi insulin

HIPERGLIKEMIA KRONIS

Diabetes Mellitus tipe 2 E.C RI


Diagnosis DM tipe 2
( Konsensus Pengelolaan dn Pencegahan DM tipe 2 (A Criteria for the diagnosis of Diabetes Melitus type 2
, 2011): (American Diabetes Association 2011)

1. Pemeriksaan HbA1c > 6,5 1. A1C ≥ 6.5%. The test should be performed in a laboratory
using a method that is NGSP certified and
standardized to the DCCT assay.*
2. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan
Or
glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL sudah cukup
untuk menegakkan diagnosis DM. 2. FPG ≥126 mg/dl (7.0 mmol/l). Fasting is defined as no
caloric intake for at least 8 h.*

3. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL Or

dengan adanya keluhan klasik. 3. 2-h plasma glucose ≥200 mg/dl (11.1 mmol/l) during an
OGTT. The test should be performed as described by
the World Health Organization, using a glucose load
4. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO containing the equivalent of 75 g anhydrous glucose
dissolved in water.*
dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan spesifik
dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, Or
namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan
4. In a patient with classic symptoms of hyperglycemia or
tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang- hyperglycemic crisis, a random plasma glucose ≥200
ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan mg/dl (11.1 mmol/l)

karena membutuhkan persiapan khusus.


PENATALAKSANAAN DM TIPE 2:

(PERKENI , Konsensus DMT2, 2011)


 TUJUAN UMUM : Meningkatnya kualitas hidup penyandang diabetes.

 Tujuan penatalaksanaan :

- Jangka Pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa


nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.

- Jangka Panjang : Tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit


mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati.

 Tujuan akhir : Turunnya morbiditas dan mortalitas DM.


 PILAR PENATALAKSANAAN DM:

1. EDUKASI
2. TERAPI GIZI MEDIS
3. LATIHAN JASMANI
4. INTERVENSI FARMAKOLOGIS

EDUKASI:
 Perjalanan penyakit DM
 Perlunya pengendalian dan pemantauan DM
 Penyulit DM dan resikonya
 Intervensi Farmakologis dan non farmakologis
 Mengatasi sementara keadaan gawat darurat karena DM, mis : hipoglikemi
 Modifikasi gaya hidup dan perubahan prilaku
 TERAPI GIZI MEDIS :  LATIHAN JASMANI :
 KOMPOSISI MAKANAN YANG DIANJURKAN :
- Karbohidrat : 45 – 65 % total asupan energi
Makan 3 x sehari ,boleh selingan  Latihan Jasmani sehari – hari
buah.
secara teratur (3 – 4 x
 Lemak : 20 – 25 % kebutuhan kalori.tidak seminggu selama ± 30 menit)
boleh > 3
Lemak tak jenuh,
 Anjuran konsumsi kolesterol <300
mg/hr.

 Protein : 10 – 20 % total asupan energi. Prinsip :


 Sumber protein yg baik : kacang2an,
 CONTINUOUS –
 tahu, tempe, ikan, skim
 Serat : 25 g / 1000kkal /hr RYTHMYCAL – INTERVAL –
 KEBUTUHAN KALORI : PROGRESSIVE –
 Kebutuhan kalori basal : 25 – 30 kalori / KgBBI
 BBI : ( TB dlm cm – 100) – 10% ENDURANCE
 BB normal : BBI ± 10 %
 Kurus : < BBI – 10 %
 Gemuk : > BBI + 10 %
OBAT HIPOGLIKEMI
ORAL (OHO)

GOLONGAN OHO :
Pemicu sekresi insulin :

 Sulfonylurea

 Glinid

Penambah sensitivitas insulin:

 Thiazolidindion

Penghambat glukoneogenesis :

 Biguanid

Penghambat alfa glukosidase


Insulin sensitizer
1. Biguanid
Metformin
Tidak merangsang sekresi insulin
Euglycemic agent
Tidak pernah menyebabkan hipoglikemia
Tidak menaikkan BB
Turunkan GDP sbnyl 60 mg/dl, dan HbA1c 1,8 %

Kerja :
TEKAN GLUKONEOGENESIS & GLKOGENOLISIS
Meningkatkan jumlah reseptor insulin

Efek samping :
Gjl GIT : nausea, diare, muntah
Asidosis Laktat, Pemberian >> 1700 mg/ hr

K.I : Gagal ginjal & Penyakit Hati


Tiazolidindion

 PPAR-γ agonis

 K.I : pasien gagal jantun


 angioudem
gangguan faal hati

Dipakai kombinasi dengan metformin


Insulin secretagogue
sulfonilurea
DOC: untuk pasien DM baru dgn BB N & kurang.

Kerja :

- Meningkatkan sekresi insulin pada sel β pankreas.

- Meningkatkan performa dan ∑ insulin pada sel otot dan sel lemak

- Menurunkan produksi glukosa hati

- Meningkatkan potensial stimuli insulin terhadap transport karbohidrat ke sel


otot dan lemak.
Insulin secretagogue
glinid
Turunan sulfonilurea
Kerja :
meningkatkan sekresi insulin fase pertama
Efek hipoglikemik +, (ringan – sedang)

Efek Samping :
Gangguan GIT
ISPA
ALOGARITME PENANGANAN DM TIPE 2
Alogaritme penanganan DM tipe 2 (ADA, 2010)
HBA1C ( %) Estimated Average Glucose (mg/dl)
6 126
6,5 140
7 154
7,5 169
8 183
8,5 197
9 212
9,5 226
10 240
PREPARAT SUNTIK INSULIN EKSOGEN

Insulin diperlukan pada keadaan:

 • Penurunan berat badan yang cepat

 • Hiperglikemia berat yang disertai ketosis

 • Ketoasidosis diabetik

 • Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik

 • Hiperglikemia dengan asidosis laktat

 • Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal

 • Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)

 • Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidakterkendali dengan


perencanaan makan

 • Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

 • Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO


Kapan memulai
kombinasi OHO +
insulin??
 (Konsensus DMT2,PERKENI)
Apabila kadar gula darah tidak terkontrol
dengan baik dalam jangka waktu 3 bulan
(HbA1C ≥ 6,5 % ) dengan konsumsi 2 obat
oral  indikasi mulai terapi kombinasi.
Kriteria pngendalian DM tipe 2
Komplikasi DM

 Akut
 Ketoasidosis diabetik (KAD)
 Hiperosmolar Hiperglikemik Diabetik (HHD) / Hiperosmolar
NonKetotik (HONK)
 Hipoglikemia
 kronis
 Makrovaskuler :
 penyakit jantung koroner
 penyakit cerebrovaskuler
 penyakit pembuluh darah perifer (gangrene)
 Mikrovaskuler : -
 diabetik retinopati
 diabetik neuropati
 diabetik nefropati
HONK DKA

 Diagnosis :  Diagnosis :
 Kadar glukosa >  Kadar glukosa > 250
600mg% mg%
 pH >7,35  pH<7,35
 HCO3 > 15 meq/L  HCO3 < 15 meq/L
 Anion Gap normal  Anion gap tinggi (>12)
 Keton serum (-)  Keton serum (+)
 Osmolalitas >320  Osmolalitas <320
mOsm/Kg mOsm/Kg

Anda mungkin juga menyukai