Anda di halaman 1dari 23

KELOMPOK B.

3
Indera Pendengaran
Ni Komang Tri Utami H 13700108
Bagus Putu Anom Nugraha P 13700110
Lita Cahayati 13700112
Eka Mutiara Putri 13700114
Sri Uminingsih 13700116
Teguh Adi Pratama 13700118
Novy Vivianty 13700120
Ni Putu Gladys Arys P 13700122
Lalu AristaSuwaji 13700140
HASIL PRAKTIKUM
• Nama orang coba : Ni Putu Gladys Arys P.
• Usia : 20 tahun
3.1 Hasil Pemeriksaan Garpu Tala Cara Rinne

Frekuensi Garputala Telinga Kanan Telinga Kiri


(detik) (detik)
426,6 Hz (+) 15 detik (+) 13 detik
Keterangan: Positif ( + ) bila AC > BC
Negative (-) bila BC > AC
3.2 Hasil Pemeriksaan Garpu Tala Cara
Schwabach KANAN KIRI

O O
C C
/ /
FREKUENSI O O
GARPU P KESIMPUL P KESIMPUL
TALA T OPT/ OC AN T OPT/ OC AN

426,6 Hz - - Normal - - Normal

Keterangan :
• OPT = Operator, OC = Orang Coba
• Beri tanda ( + ), bila masih terdengar , atau ( - ) bila
tidak terdengar lagi
• Kesimpulan : normal / memanjang / memendek
3.3. Hasil Pemeriksaan Garpu Tala Cara
Weber
Frekuensi Hasil Pemeriksaan
Garputala
426,6 Hz Tidak Ada Lateralisasi
3.4 Hasil pemeriksaan dengan sumbatan hanya
pada telinga kanan.
Hasil Pemeriksaan Rinne
Frekuensi Garputala Telinga Kanan Telinga Kiri
(detik) (detik)
426,6 Hz (-) (+) 14 detik
Keterangan:
• Positif ( + ) bila AC > BC
• Negative ( - ) bila BC > AC
3.5 Hasil Pemeriksaan Garpu Tala Cara
Schwabach KANAN KIRI

FREKUENSI
GARPU OC / OPT/ KESIMPUL OC / OPT/ KESIMP
TALA OPT OC AN OPT OC ULAN

426,6 Hz - + memanjang - - Normal

Keterangan :
• OPT = Operator, OC = Orang Coba
• Beri tanda ( + ), bila masih terdengar , atau ( - ) bila
tidak terdengar lagi
• Kesimpulan : normal / memanjang / memendek
• 3.6 Hasil Pemeriksaan Garpu Tala Cara
Weber

Frekuensi Garputala Hasil Pemeriksaan

426,6 Hz Lateralisasi Kanan


PEMBAHASAN
4.1.Diskusi Hasil Praktikum
4.1.1. Tes Rinne
Dari hasil praktikum kelompok kami , didapatkan
hasil dari Tes Rinne yang ada pada garpu tala dengan
frekuensi 426,6 Hz
Kedua telinga tanpa sumbatan : (+)
Telinga kanan : (-)
Telinga kiri : (+)
Menurut teori:
Hasil positif (+) : normal
Hasil negatif (-) : adanya gangguan atau tuli pada
bagiuan telinga yang memiliki
gangguan tersebut.
Hal ini terbukti pada praktikum kelompok kami,
dimana pada saat tidak diberi sumbatan hasil tes rinne
pada orang coba kami menunjukkan hasil positif (+)
pada kedua telinganya, dan menunjukkan hasil negative
(-) pada telinga kanan saat diberi sumbatan pada telinga
kanan. Sumbatan diberikan dengan anggapan bahwa
telinga yang diberi sumbatan adalah telinga yang sedang
mengalami gangguan atau ketulian.
Hal ini sesuai dengan teori dimana saat telinga
mengalami gangguan maka Bone Conduction
telinga seseorang akan lebih peka dari pada Air
Conduction, dan hasilnya akan menunjukkan
pemanjangan pendengaran pada pemeriksaan Tes
Schwabach.
4.1.3 Tes Weber
Dari hasil praktikum kelompok kami , didapatkan hasil
dari keseluruhan Tes Weber yang ada pada garpu tala
dengan frekuensi 426,6 Hz
Telinga kanan tanpa sumbatan : normal, yang menunjukkan
tidak ada lateralisasi
Telinga kanan dengan sumbatan : ada lateralisasi ke kanan,
meurut teori jika terdapat
sumbatan maka
suara akan terdengar lebih
kencang pada telinga yang
disumbat itu.
Diskusi
1. Bagaimana dasar-dasar teori cara pemeriksaan
yang dipakai pada praktikum indera pendengaran
ini ?
Jawaban :
a. Test Rinne
Tujuan melakukan tes Rinne adalah untuk
membandingkan antara hantaran udara (AC)
dengan hantaran tulang (BC) pada satu telinga
pasien.
Ada 2 macam Tes Rinne , yaitu :
• Garpu tala kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan
tangkainya tegak lurus pada planum mastoid pasien
(belakang meatus akustikus eksternus). Setelah pasien
tidak mendengar bunyinya, segera garpu tala kita
pindahkan didepan meatus akustikus eksternus pasien. Tes
Rinne positif jika pasien masih dapat mendengarnya.
Sebaliknya Tes Rinne negatif jika pasien tidak dapat
mendengarnya
• Garpu tala kita bunyikan secara lunak lalu menempatkan
tangkainya secara tegak lurus pada planum mastoid pasien.
Segera pindahkan garputala didepan meatus akustikus
eksternus. Kita menanyakan kepada pasien apakah bunyi
garpu tala di depan meatus akustikus eksternus lebih keras
dari pada dibelakang meatus skustikus eksternus (planum
mastoid). Tes Rinne positif jika pasien mendengar di depan
meatus akustikus eksternus lebih keras. Sebaliknya tes
Rinne negatif jika pasien mendengar di depan meatus
akustikus eksternus lebih lemah atau lebih keras di
belakang.
Ada 3 interpretasi dari hasil tes rinne :
1) Normal : hasil Tes Rinne positif
2) Tuli konduksi : hasil Tes Rinne negatif (getaran dapat
didengar melalui tulang lebih lama)
3) Tuli persepsi, terdapat 3 kemungkinan :
a) Bila pada posisi II penderita masih mendengar
bunyi getaran garpu tala.
b) Jika posisi II penderita ragu-ragu mendengar atau
tidak (tes rinne: +/-)
c) Pseudo negatif : terjadi pada penderita telinga
kanan tuli persepsi pada posisi I yang mendengar
justru telinga kiri yang normal sehingga mula-mula
timbul.
Kesalahan pemeriksaan pada Tes Rinne dapat
terjadi baik berasal dari pemeriksa maupun pasien.
Kesalahan dari pemeriksa misalnya:
• Meletakkan garpu tala tidak tegak lurus, tangkai garpu
tala mengenai rambut pasien dan kaki garputala
mengenai aurikulum pasien.
• Juga bisa karena jaringan lemak planum mastoid
pasien tebal.
Kesalahan dari pasien misalnya:
• pasien lambat memberikan isyarat bahwa ia sudah
tidak mendengar bunyi garpu tala saat kita
menempatkan garputala di planum mastoid pasien.
Akibatnya getaran kedua kaki garpu tala sudah
berhenti saat kita memindahkan garpu tala ke depan
meatus akustikus eksternus.
2. Test Schwabach
Tujuan melakukan Tes Schwabach adalah membandingkan
daya transport gelombang udara melalui tulang mastoid
antara pemeriksa (normal) dengan orang coba.
• Dasar :
Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat
ditimbulkan oleh : Getaran yang datang melalui udara,
getaran yang datang melalui tengkorak, khususnya osteo
temporale.
• Cara Kerja :
- Penguji meletakkan pangkal garpu tala yang sudah
digetarkan pada puncak kepala probandus.
- Orang coba akan mendengar suara garpu tala itu
makin lama makin melemah dan akhirnya tidak
mendengar suara garpu tala lagi.
- Pada saat garpu tala tidak mendengar suara garpu
tala, maka penguji akan segera memindahkan garpu
tala itu, ke puncak kepala orang yang diketahui normal
ketajaman pendengarannya (pembanding/penguji itu
sendiri).
- Bagi pembanding dua kemungkinan dapat terjadi :
akan mendengar suara, atau tidak mendengar suara.
• Jika Schwabach memanjang (pasien masih
mendengar),
kesimpulan : tuli konduktif
• Jika Swabach memendek (pasien tidak mendengar
kita masih), kesimpulan : tuli saraf.
3. Test Weber
Tujuan kita melakukan Tes Weber adalah untuk
membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga
pasien.
• Cara melakukan tes weber yaitu :
- membunyikan garpu tala lalu tangkainya kita letakkan
tegak lurus pada garis horizontal bisa vertex (dahi),
hidung, dagu, dan bagian medial lainnya yang berada
di sekitar wajah.
- Menurut pasien, telinga mana yang mendengar atau
mendengar lebih keras. Jika telinga pasien mendengar
atau mendengar lebih keras 1 telinga maka terjadi
lateralisasi ke sisi telinga tersebut. Jika kedua pasien
sama-sama tidak mendengar atau sama-sama
mendengar maka berarti tidak ada lateralisasi
• Getaran melalui tulang akan dialirkan ke segala
arah oleh tengkorak, sehingga akan terdengar di
seluruh bagian kepala. Pada keadaan patologis
pada MAE atau cavum timpani misal : otitis
media purulenta pada telinga kanan. Juga adanya
cairan atau pus di dalam cavum timpani ini akan
bergetar, bila ada bunyi segala getaran akan
didengarkan di sebelah kanan.
• Interpretasi :
a. Bila pendengar mendengar lebih keras pada sisi di sebelah
kanan disebut lateralisasi ke kanan, disebut normal bila antara
sisi kanan dan kiri sama kerasnya.
b. Pada lateralisasi ke kanan terdapat kemungkinannya:
1) Tuli konduksi sebelah kanan, misal adanya ototis media di
sebelah kanan.
2) Tuli konduksi pada kedua telinga, tetapi gangguannya pada
telinga kanan lebih hebat.
3) Tuli persepsi sebelah kiri sebab hantaran ke sebelah kiri
terganggu, maka didengar sebelah kanan.
4) Tuli persepsi pada kedua telinga, tetapi sebelah kiri lebih
hebat daripada sebelah kanan.
5) Tuli persepsi telinga dan tuli konduksi sebelah kanan jarang
terdapat.
Hasil pemeriksaan ketiga uji ini harus klop / sesuai. Jika
harus memilih salah satu dari ketiga macam pemeriksaan di
atas maka pakailah pemeriksaan Weber (karena mudah
diterapkan dan dengan cepat jika pasien kooperatif dan dapat
dengan mudah hasilnya kita ketahui).
2. Kemungkinan kelainan apa saja yang dapat ditemukan bila
:
a. Rinne : positif
b. Weber : Tidak ada lateralisasi
c. Schwabach : Memanjang
Jawaban :
Jika ada hasil pemeriksaan yang menunjukkan hasil di
atas maka akan menunjukkan kemungkinan bahwa
pasien / orang coba tersebut dalam kondisi normal
dan dapat juga diperkirakan menderita tuli konduktif
(pada hasil Tes Schwabach) namun pada Tes Rinne
dan Tes Weber bisa dipastikan kemungkinan besar
pendengaran orang coba masih dalam keadaan
normal.
Kesimpulan, sesuai kasus soal ini pendengaran orang
coba masih dalam keadaan normla karena dua dari
tiga tes pendengaran tadi menunjukkan kondisi
normal.
4.3. Faktor Kesalahan
Dalam praktikum ini tidak pasti dan mutlak membuktikan
dan mendiagnosis orang coba dalam keadaan sehat atau
mengalami gangguan pada sistem indera pendengarannya.
Ketidakakuratan dari hasil praktikum ini ditentukan dari
beberapa faktor seperti :
Kesalahan pemeriksa :
• Peletakkan garpu tala tidak tegak lurus, mengenai rambut orang
coba/pasien dan kaki garpu tala mengenai aurikulum pasien.
• Juga bisa arena jaringan lemak pada prosesus mastoideus orang
coba terlalu tebal sehingga menghalangi hantaran gelombang
suara.

Kesalahan orang coba/pasien :


• Orang coba terlambat memberikan isyarat bahwa ia sudah tidak
mendengar bunyi garpu tala saat garpu tala ditempatkan di
prosesus mastoideus. Akibatnya getaran garpu tala yang
menghasilkan gelombang suara/bunyi menjadi cepat hilang atau
bahkan berhenti saat dipindahkan ke depan meatus acusticus
externus.
Serta hasil yang didapatkan pada semua
pemeriksaan di atas tersebut belum tentu akurat
dikarenakan proses pelaksanaan pemeriksaan yang
kurang sesuai yakni keadaan ruangan yang tidak
tenang atau terlalu ramai yang dapat menghalangi
kepekaan pendengaran si orang coba maupun
pemeriksa, sehingga dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan dan tes-tes pendengaran pada praktikum
ini.
Daftar Pustaka
• Ganong, W.F.2008.Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran edisi 22.EGC: Jakarta
• Guyton, Arthur C. MD dan J.E Hall.1997. Buku
Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9.EGC : Jakarta
• Guyton, Arthur C. MD dan Hall.2007.Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran
• edisi 11.EGC: Jakarta
• Ward, J. and Robert Clarke.2009.At a Glance
Fisiologi.EMS: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai