Anda di halaman 1dari 36

RHINOSINUSITIS

KRONIK

Clinical Report Session

Ferdy Anggara
G1A217089
RHINOSINUSITIS
KRONIK (RSK)

Inflamasi mukosa hidung dan Tanda & gejala: Temuan CT Scan :


sinus paranasal dengan  Nyeri wajah spontan atau Perubahan mukosa pada
pada penekanan
jangka waktu gejala ≥ 12 kompleks osteomeatal
minggu.  Berkurangnya atau dan atau sinus paranasal
kehilangan sensasi
Ditandai oleh dua atau lebih
penghidu
gejala, salah satunya berupa
 Temuan endoskopik berupa
hidung tersumbat atau
polip atau sekret
obstruksi atau sekret nasal mukopurulen ada meatus
medius
(anterior, posterior nasal drip)
Nama : Ny. I

LAPORAN Umur : 30 tahun

KASUS Jenis Kelamin: Perempuan


Alamat : RT.13 PAAL V
Kebangsaan : Indonesia
IDENTITAS PASIEN
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : IRT

Pasien datang keluhan hidung tersumbat sejak 4 bulan yang


KELUHAN UTAMA lalu

KELUHAN TAMBAHAN Pasien datang dengan keluhan susah nafas, nafas melalui
mulut, penurunan fungsi penciuman, dan gangguan tidur. 3
Pasien mengeluhkan
datang ke Polisulit
THT tidur
RSUD diRaden
malamMattaher
hari, dimana pasien
Jambi
RIWAYAT
hanya
dengantidur dari jam
keluhan 8 hingga
hidung 1 malam.
tersumbat sejakKeluhan telinga
± 4 bulan yang bengap
lalu
PERJALANAN
(-),
dankeluar cairan
semakin (-), nyeri
memberat telinga(-),
sejak suara
2 bulan. sengau
Keluhan (+), demam
dirasakan
PEYAKIT
(-), sakit pada dahi
terus-menerus, dan pipi
keluhan (-). Riwayat
semakin alergi
memberat debu
pada (+),malam
saat riwayat
asma (+) saat cuaca dingin. Keluhan juga disertai susah
hari serta
nafas, bernafas melalui mulut. Pasien mengatakan pernah
seperti mencium bau makanan ayam serta bau busuk seperti
kotoran pada 3 bulan yang lalu, dan 1 bulan kemudian hingga
sekarang pasien mengeluh penurunan fungsi penciuman
dimana pasien sudah sulit mencium wangi maupun bau.
RIWAYAT Riwayat Asma bronkial tahun 2015
PEYAKIT
DAHULU

RIWAYAT Tidak ada keluhan yang sama


PEYAKIT
KELUARGA
Keadaan umum : baik
PEMERIKSAAN Tanda Vital :
Kesadaran : compos mentis
FISIK TD :110/80 mmHg RR : 24 x/mnt
Nadi :81 x/mnt Suhu: 37,1ºC

Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Hidung : Epistaksis (-), sekret (-), Septum nasi deviasi, concha hipertofi
Mulut : Bentuk normal, bibir sianosis (-), bibir kering (-)
Tenggorokan: Faring dan tonsil hiperemis (-), Tonsil T1-T1
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid maupun KGB

Jantung : Suara jantung S1-S2 reguler, murmur -/-, gallop -/-


Paru : Suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Cembung, dinding perut supel, bising usus (+) normal, nyeri
tekan (-), nyeri lepas (-), hepatosplenomegali (-)

Ekstremitas superior : Akral hangat, CRT < 2 detik, edem (-/-)


Ekstremitas superior : Akral hangat, CRT < 2 detik, edem (-/-)

6
Jenis Pemeriksaan Hasil Normal
WBC 9.24 (3,5-10,0 103/mm3)
PEMERIKSAAN RBC 4.92 (3,80-5,80
PENUNJANG 106/mm3)
HGB 13.2 (11,0-16,5 g/dl)
▪ DARAH RUTIN HCT 26.1 (35,0-50,0 %)
PLT 201 (150-390 103/mm3)
MCV 78.7 (80-97 fl)
MCH 26.8 (26,5-33,5 pg)
MCHC 341 (320-360 g/dl)

KESAN:
NORMAL

7
PEMERIKSAAN
PENUNJANG Parameter Satuan Nilai Normal
Ureum 31 15 - 39 mg/dl
▪ FUNGSI GINJAL Creatinin 0,7 P= 0,6 – 1,1 mg/dl

▪ FAAL LEMAK Parameter Satuan Nilai Normal


Kolesterol 170 <200
Trigliserida 123 <150
HDL 29 >34
LDL 110 <120

▪ ELEKTROLIT Parameter Satuan Nilai Normal


Natrium (Na) 141,13 135 – 148 mmol/L
Kalium (K) 3,91 3,5 – 5,3 mmol/L
Chlorida (Cl) 103,59 98 – 110 mmol/L
Calsium (Ca) 1,23 1,19-1,23 mmol/L
PEMERIKSAAN CT-SCAN SINUS PARANASAL

9
PEMERIKSAAN CT-SCAN SINUS PARANASAL

10
PEMERIKSAAN CT-SCAN SINUS PARANASAL

Hasil pemeriksaan CT SCAN sinus


paranasal potongan aksial tanpa
kontras:
 Tampak penebalan pada mukosa sinus
maxillaris bilateral dan sinus
sphenoidalis
 Sinus frontalis dan ethmoidalis normal
 Tampak septum nasi deviasi dan concha
nasalis tampak melebar
Kesan: Sinusitis maxillaris bilateral
Sinusitis sphenoidalis
Septum nasi deviasi
Concha nasalis hipertofi

11
DIAGNOSIS Rhinosinusitis kronik

PENATALAKSANAAN  Kortikosteorid topikal hidung : Triamcinolone acetonide


1x220 mcg (2 semprotan pada setiap lubang hidung)
 Antihistamin : Cetirizine tab 1x10mg
 Antibiotik : Azitromisin tab 1 x 500 mg

PROGNOSIS Quo ad vitam : Dubia ad Bonam


Quo ad functionam : Dubia ad Bonam

12
TINJAUAN PUSTAKA

13
ANATOMI DAN FISIOLOGI HIDUNG

ANATOMI HIDUNG LUAR

Hidung luar dibentuk oleh:

Kerangka tulang  os nasalis,


prosesus frontalis os maksila dan
prosesus nasalis os frontal

Tulang rawan  kartilago nasalis


lateralis superior,kartilago ala
mayor, kartolago ala minor

14
ANATOMI DAN FISIOLOGI HIDUNG

ANATOMI HIDUNG
POTONGAN SAGITAL
Empat Konka:
konka inferior, konka media, konka
superior dan konka suprema

Meatus superior  celah yang sempit


antara septum dan massa lateral os
etmoid
Meatus media  terdapat muara sinus
maksila, sinus frontal dan bagian
anterior sinus etmoid
Meatus inferior  muara duktus
nasolakrimalis
15
ANATOMI DAN FISIOLOGI HIDUNG

Bagian depan septum terdapat


pleksus Kiesselbach

Nervus olfaktorius turun dari lamina


kribrosa dari permukaan bawah bulbus
olfaktorius dan berakhir pada sel-sel
reseptor penghidu
16
FUNGSI HIDUNG DAN SINUS
FISIOLOGI HIDUNG PARANASAL

01 Fungsi respirasi  Fungsi fonetik  03


air conditioning, penyaring resonansi suara,
01 membantu proses
udara, humidifikasi,
penyeimbang dalam berbicara dan mencegah
02 05 hantaran suara sendiri
pertukaran tekanan dan
mekanisme imunologik lokal melalui konduksi tulang

Fungsi statistik dan 04


03 04 mekanik  meringankan
02 Fungsi penghidu 
mukosa olfaktorius beban kepala, proteksi
(penciuman) dan reservoir terhadap trauma dan
udara untuk menampung pelindung panas
stimulus penghidu
Refleks nasal 05
SinusMaksila
Sinus Etmoid
Sinus
SinusSphenoid
Kompleks Frontal
Osteo Meatal
(KOM)
Dewasa 
Sinus terbesar bentuk seperti
Sinus
 Berhubungan
piramid
Bagian frontal
Bentuknyadari sinus dengan
kanan
segitiga danmeatus
etmoid kiri
superior
biasanya
anterior
Dinding melalui
tidak
anterior celah kecil
simetris
Bagian
menuju ke anterior
permukaan resesus fasial spheno-
sinus
os maksila
Sinus
Suatu
etmoidalis
(fosafrontalis
bermuara ke meatus
rongga
kanina) dipisahkan
diantara medius
konkaoleh
tulang
media yanglamina
dan
Dinding relatif papirasea
posterior tipis
dari orbita
Bagian
Batas-batas:
dan fossa serebri
permukaan posterior yang 
anterior
infratemporal
Superior
Terbentuk
infeksi
bermuaramudah
maksila ke
darifosa serebri
menjalar
meatus
membran, media
superior
Sample text
dan kelenjar
panjang
Dinding 3 mmmedial hipofisa
atau lebih.
dinding
This is a

Ostium
Sel
Inferior 
anterior
lateral atap
bermuara
rongga
sample dan nasofaring
hidung
text.
ke meatus
posterior
Lateral
Serabut
media
dipisahkan
Dinding  sinus
oleh
saraf
Insert
superior kavernosus
lempeng
dan
your pembuluh
dasar
dan
darah ANATOMI
tulang arteri desired text
karotis
transversal
biasanya
orbita masuk
here.
SINUS
interna
yang tipis
kedalam
Posterior
sinus melalui
Dinding 
PARANASAL fosa serebri
ostium
inferior  prosesus
This is a
sample text.
posterior didaerah pons
alveolaris dan palatum Insert your
desired text
here.
Fisiologi Sinus Paranasal

Sebagai pengatur Sebagai penahan Membantu Membantu


kondisi udara suhu keseimbangan resonansi
(air conditioning) (thermal insulators) kepala suara

Peredam Membantu
perubahan produksi
tekanan udara mukus
Inflamasi pada hidung dan sinus paranasal
RHINOSINUSITIS yang dikarakteristik oleh dua atau lebih gejala:
KRONIK

DEFINISI

European Position Paper Hidung tersumbat/


Penurunan atau
on Rinosinusitis and Nasal obstruksi/
menghilangnya
Polyps 2012 (EPOS 2012) kongesti atau Nyeri atau tekanan
daya penghidu
nasal discharge pada wajah
selama  12
(anterior/posterior
minggu
nasal drip)

20
ETIOLOGI

Fungsi silia  Pembersihan sinus  Mencegah


KERUSAKAN
inflamasi kronis  Ketidakmampuan silia mengangkut
SILIA
lendir  kerusakan siliaris  Rhinosinusitis kronik

Alergen  pelepasan mediator kimia  Limfosit T


ALERGI helper 2 (Th 2) menjadi aktif  melepaskan sejumlah
sitokin  respons inflamasi

Rinosinusitis dan asma juga sering namun hubungan


antaranya kurang dipahami.
ASMA
Terdapat penelitian yang menyimpulkan bahwa
hubungan asma lebih kuat pada orang yang
melaporkan rinosinusitis kronik 21
Rinosinusitis kronik dentogenik terjadi apabila membran
ETIOLOGI Scheneiderian teriritasi atau robek sebagai akibat infeksi gigi,
trauma maksilaris, benda asing kedalam sinus dan lain-lain
Beberapa penelitian mendapatkan pada pasien
SENSITIVITAS dengan sensitivitas 2aspirin 36-96% memiliki
MEKANISME
ASPIRIN rinosinusitis kronik dan 96% memiliki perubahan
radiografi padasinus paranasal

INFEKSI Dapat menjalar ke sinus Melalui infeksi kronik


DENTOGENIK melalui ruang pulpa gigi dan destruksi dari
yang menyebabkan soket gigi yang disebut
peridontitis marginal periodontitis

FAKTOR LAIN Infeksi gigi rahang atas  mudah menyebar secara langsung ke
sinus / melalui pembuluh darah dan limfe Sinus maksila hanya
terpisahkan oleh tulang tipis dengan akar gigi rahang atas 22
European Position Paper The American Academy
on Rinosinusitis and GEJALA of Otalyngic Allergy
Nasal Polyps 2012 KLINIS (AAOA), dan American
(EPOS 2012) Rhinologic Sosiety (ARS)

▪ Menggunakan VAS Score


▪ Rhinosinusitis kronik dapat
▪  skala dengan garis lurus 10 cm,
ditegakkan berdasarkan:
(0) penanda tidak ada nyeri dan (10)
menandakan nyeri hebat ▪ Dua gejala mayor atau lebih
▪ Rinosinusitis  bila skor ≤3, derajat atau,
sedang skor >3−7, dan derajat berat ▪ Satu gejala mayor ditambah
skor >7−10 dua gejala minor
GEJALA
GEJALA
MAYOR
MINOR

Nyeri atau rasa tekan pada


Sakit kepala
wajah
Halitosis
Ingus purulent
Rasa lelah
Gangguan penghidu
Nyeri gigi
Post nasal drip
Rasa nyeri/penuh telinga
Obstruksi nasal
Demam
Sekret di rongga hidung
Batuk
24
PENEGAKAN
DIAGNOSIS

ANAMNESIS PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN


FISIK PENUNJANG
RHINOSINUSITIS KRONIK
PEMERIKSAAN
RINOSKOPI

Rinoskopi anterior Rinoskopi posterior

Udem konka, Sekret purulen di


hiperemi, sekret nasofaring (post
(nasal drip), krusta, nasal drip)
deviasi septum,
tumor atau polip

26
TRANSILUMINASI Endoskopi Nasal
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Pemeriksaan sederhana Indikasi  evaluasi bila


terutama untuk menilai pengobatan konservatif
kondisi sinus maksila mengalami kegagalan

Pemeriksaan dianggap Rinosinusitis kronik


bermakna bila terdapat  endoskopi nasal
perbedaan transiluminasi mempunyai tingkat
antara sinus kanan dan kiri sensitivitas sebesar 46 %
dan spesifisitas 86 %.

27
Foto Polos, X-Foto Posisi Water, PA Dan Lateral
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Hanya mampu menilai kondisi sinus-sinus besar seperti
sinus maksila dan frontal
Kelainan akan terlihat perselubungan, batas udara-cairan
(air fluid level) atau penebalan mukosa

28
CT- Scan
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Gold standard diagnosis sinusitis
Mampu menilai anatomi hidung dan sinus, adanya
penyakit dalam hidung dan sinus secara keseluruhan dan
perluasannya

Contoh gambaran CT-scan


rinosinusitis kronik tanpa
polip nasi pada orang
dewasa

29
PEMERIKSAAN
PENUNJANG LAINNYA

Sitologi nasal, biopsi,


pungsi aspirasi dan Tes alergi Tes fungsi mukosiliar
bakteriologi

Laboratorium :
Penilaian aliran udara pemeriksaan
Tes fungsi olfaktori
nasal (nasal airflow) CRP ( C-reactive protein)
Antiinflamatori
Antibiotik
Terapi Spektrum
penunjang lainnya
Luas
Dekongestan oral/topikal 
golongan agonis α-adrenergik
Amoksisilin
Kortikosteroid + asam
Antihistamin sistemik
klavulanat
Stabilizer
bermanfaat pada sodium
sel mast,
Sefalosporin
rinosinusitis kronik
cefuroxime,
dengan
kromoglikat, sodium
cefaclor, cefixime
polip nasi dan rinosinusitis
nedokromil
Florokuinolon
Mukolitik
fungal alergi.
ciprofloksasin
Sample text
Antagonis leukotrien
Makrolid Thiseritromisin,
PENATALAKSANAAN
Kortikosteroid
Imunoterapi sample
klaritromisin,
is atopikal 
text.
azitromisin
Humidifikasi,
beklometason, yourflutikason,
irigasi dengan
MEDIKAMENTOSA
Klindamisin
mometason
Insert
desired text
salin, olahraga, avoidance
Metronidazole here.
terhadap iritan dan nutrisi yang This is a
sample text.
cukup Insert your
desired text
here.
INDIKASI FESS (functional endoscopic sinus
SINUS Irigasi sinus (antrum
surgery)
lavage), Nasal antrostomi,
MAKSILA Operasi Caldwell-Luc
Sinusitis (semua sinus paranasal) akut rekuren
TERAPI UTAMA atau kronis
Poliposis nasi
SINUS Etmoidektomi intranasal,
Mukokel sinus paranasal eksternal dan transantral
ETMOID
Mikosis sinus paranasal
Benda asing
Osteoma kecil
Tumor (terutama jinak, atau pada beberapa
Intranasal tumor
ekstranasal
Sample text
ganas) SINUS Frontal sinus septoplasty,
FRONTAL
TERAPI
This is a
sample text.
Dekompresi Fronto-etmoidektomi
orbita / n.optikus
Fistula likuor serebrospinalis dan meningo
PEMBEDAHAN
Insert your
desired text ensefalokel
here. Atresia koanae
This is a
sample text. Dakriosistorinotomi
SINUS Trans nasal
Insert your Kontrol SFENOID
epistaksis Trans sfenoidal
desired text
Tumor pituitari, ANJ, tumor pada skull base
here.
ANALISA KASUS

33
Keluhan hidung tersumbat sejak ± 4 bulan yang lalu
DIAGNOSIS dan semakin memberat sejak 2 bulan
PADA PASIEN:
RINOSINUSITIS Riwayat gangguan penciuman: mencium bau makanan
KRONIK ayam serta bau busuk seperti kotoran pada 3 bulan
BERDASARKAN:
yang lalu

Sulit mencium wangi maupun bau sejak 1 bulan


Anamnesis
Keluhan suara sengau (+), telinga bengap (-), keluar
cairan (-), nyeri telinga (-), demam (-), sakit pada dahi
Pemeriksaan dan pipi (-). Riwayat alergi debu (+), riwayat asma (+)
Fisik
Hasil pemeriksaan CT-Scan: Tampak penebalan pada mukosa sinus
maxillaris bilateral dan sinus sphenoidalis, sinus frontalis dan
CT- Scan ethmoidalis normal, sampak septum nasi deviasi dan concha nasalis
tampak melebar  rinosinusitis kronik 34
KESIMPULAN 1 Rinosinusitis  inflamasi pada hidung dan sinus
paranasal yang dikarakteristik oleh dua atau lebih
gejala, salah satunya harus berupa hidung
tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau nasal discharge
(anterior/posterior nasal drip), nyeri atau tekanan
2
pada wajah, penurunan atau menghilangnya daya
penghidu selama  12 minggu

2 Gejalanya adalah hidung tersumbat dari yang ringan


sampai yang berat, rinore dari yang jernih sampai
purulent, hiposmia atau anosmia

Terapi  kortikosteroid topikal hidung yaitu


3 Triamcinolone acetonide 1x220 mcg, antihistamin
Cetirizine tab 1x10 mg, serta diberikan antibiotik
Azitromisin tab 1x500 mg 35
TERIMA
KASIH

36

Anda mungkin juga menyukai