Anda di halaman 1dari 15

OLEH: Dr. Andriani Nurdin, S.H., M.H.

UNDANG-UNDANG DASAR 1945

Indonesia adalah negara berdasarkan hukum hukum


(Rechtstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka
(Machtsstaat) (Penjelasan)
TRIAS POLITIKA
1. Eksekutif
2. Legislatif
3. yudicatif
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman

 Kekuasaan kehakiman :
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan dan keadilan berdasarkan
Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia.
Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 telah
membawa perubahan dalam kehidupan
ketatanegaraan. Berdasarkan perubahan tersebut
ditegaskan bahwa kekuasaan kehakiman dilaksanakan
oleh:
 Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di
bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, dan lingkungan peradilan tata usaha negara.
 Mahkamah Konstitusi
 Selain itu terdapat pula Peradilan Syariah Islam di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, yang merupakan pengadilan
khusus dalam Lingkungan Peradilan Agama (sepanjang
kewenangannya menyangkut kewenangan peradilan
agama)dan peradilan umum .
 lembaga baru yang berkaitan dengan penyelenggaraan
kekuasaan kehakiman yaitu Komisi Yudisial, yang bersifat
mandiri, berwenang mengusulkan pengangkatan hakim
agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat serta perilaku hakim.
Sistem Peradilan Indonesia
MAHKAMAH AGUNG

PENGADILAN TINGGI

PENGADILAN TINGKAT PERTAMA:

1. Pengadilan Negeri : a. Pengadilan HAM


b. Pengadilan Niaga
c. Pengadilan Hubungan
Industrial
d. Pengadilan Perikanan
2. Pengadilan agama
3. Pengadilan militer
4. Pengadilan TUN
ASAS-ASAS PERADILAN
 Peradilan dilakukan "DEMI KEADILAN
BERDASARKAN “KETUHANAN YANG MAHA ESA".
 Peradilan negara menerapkan dan menegakkan
hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila.
 Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan
biaya ringan.
 Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, hakim wajib
menjaga kemandirian peradilan. Segala campur
tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain di luar
kekuasaan kehakiman dilarang.
 Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak
membeda-bedakan orang. Pengadilan membantu pencari
keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan
rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang
sederhana, cepat, dan biaya ringan.
 Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-
nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat.
 Hakim harus memiliki integritas dan kepribadian yang
tidak tercela, jujur, adil, profesional, dan berpengalaman di
bidang hukum. Hakim wajib menaati Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim.
 Tidak seorang pun dapat dihadapkan di depan
pengadilan, kecuali undang-undang menentukan lain.
 Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak
membeda-bedakan orang.
 Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha
mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk
dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat,
dan biaya
 Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali
apabila pengadilan karena alat pembuktian yang sah
menurut undang-undang, mendapat keyakinan bahwa
seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab,
telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas
dirinya.
 Tidak seorang pun dapat dikenakan penangkapan,
penahanan, penggeledahan, dan penyitaan, kecuali
atas perintah tertulis dari kekuasaan yang sah dalam
hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang.
 Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan,
dituntut, atau dihadapkan di depan pengadilan wajib
dianggap tidak bersalah sebelum ada putusan
pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan telah
memperoleh kekuatan hukum tetap. Dalam
mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim
wajib memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat
dari terdakwa
 Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus suatu perkara yang diajukan
dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,
melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya.
 Pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
dengan susunan majelis sekurang-kurangnya 3 (tiga) orang
hakim, kecuali undang-undang menentukan lain. Susunan
hakim sebagaimana dimaksud terdiri dari seorang hakim
ketua dan dua orang hakim anggota. Hakim dalam
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara dibantu oleh
seorang panitera atau seorang yang ditugaskan melakukan
pekerjaan panitera. Dalam perkara pidana wajib hadir pula
seorang penuntut umum, kecuali undang undang
menentukan lain.
 Pihak yang diadili mempunyai hak ingkar terhadap hakim
yang mengadili perkaranya. Hak ingkar sebagaimana
dimaksud adalah hak seseorang yang diadili untuk
mengajukan keberatan yang disertai dengan alasan
terhadap seorang hakim yang mengadili perkaranya.
 Seorang hakim wajib mengundurkan diri dari persidangan
apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda
sampai derajat ketiga, atau hubungan suami atau istri
meskipun telah bercerai, dengan ketua, salah seorang
hakim anggota, jaksa, advokat, atau panitera.
Pengawasan Hakim
 Internal : - Mahkamah Agung
- teknis yuridis, administrasi dan keuangan

 Eksternal: - Komisi Yudisial


- Dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim

Anda mungkin juga menyukai