Anda di halaman 1dari 49

Yuliarni Syafrita

Bagian Neurologi FK Unand


RS DR M Djamil
“Allah, Dia-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,
kemudian Dia menjadikan kamu sesudah keadaan lemah itu menjadi
kuat, kemudian Dia menjadikan kamu sesudah kuat itu lemah
kembali dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya
dan Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” QS 30 (Ar
Rum) : 54

“ Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu


ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia
tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa” QS. 16 (An Nahl) : 70
 Batasan-batasan usia lanjut. Menurut World Health
Organitation (WHO) lansia meliputi :
 a. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 – 59 th
 b. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
 c. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
 d. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
Pendahuluan
 Kognitif berasal dari kata Co dan Gnosis
 Gnosis = tahu -------- > Cognitive = tahu dan mengetahui
Suatu proses dimana semua masukan sensoris (taktil,
visual dan auditorik) akan diubah, diolah, disimpan dan
selanjutnya digunakan untuk hubungan interneuron
secara sempurna sehingga individu mampu melakukan
penalaran terhadap masukan sensoris tersebut
Ranah Kognitif :

- Atensi - Orientasi
- Bahasa - Visuospatial
- Memori - kalkulasi
- Fungsi Eksekutif
 Dalam pemeriksaan formal dikategorikan
dalam fungsi:
- menerima materi pembelajaran
- berfikir abstrak (pribahasa)
- memecahkan masaalah
- berhitung secara aritmatik
- merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan, evaluasi
TAHAPAN PROSES MENGINGAT
I. Belajar : Untuk memperoleh informasi,
encoding, penyandian atau mencatat
informasi
II. Retensi : Untuk menyimpan informasi
yang telah di peroleh
III. Retrival : Untuk mencari kembali
informasi yang telah disimpan
Proses Mengingat Tahap I
Memperoleh Informasi
Ada 2 cara memperoleh informasi:
1. Dengan sengaja (intentional learning)
menggunakan strategi memori ttt
2. Secara kebetulan (incidental learning).
tidak menggunakan strategi memori ttt
Proses Mengingat Tahap II
Menyimpan Informasi
 Menyimpan informasi yang telah dipelajari ke
dalam model penyimpanan memori
 Ada 2 jenis model penyimpanan memori
(Elbert W. Russel)
1. Secara neurologi klinis, terbagi atas :
a. Immediate memory (memori segera)
b. Recent memory (memori baru)
c. Remote memory (memori jarak jauh)
 Secara Psikologis (berkaitan dengan
.
rentang waktu memori), terbagi atas :
a. Sensory memory (memori
sensorik)
b. Short term memory (memori
jangka pendek)
c. Long term memory (memori
jangka panjang)
Proses Mengingat Tahap III
Retrieval : Memanggil kembali
 Pada tahap ini memori dapat diingat dan diambil
kembali.
 Memori yang disimpan dalam simpanan memori
jangka panjang diambil dan dimasukkan
kedalam memori jangka pendek.
 Kadang kadang memori tsb bisa utuh dan
kadang hanya inti/garis besarnya saja yang
dapat diingat kembali(mengalami transformasi)
Bentuk Simpanan memori jangka panjang
1. Memori Deklaratif /Eksplisit
Terbagi atas :
a. Memori Episodik
Memori tentang pengalaman-pengalaman sendiri
yang berhubungan dengan riwayat hidup.
b. Memori Semantik
Berisikan jumlah total pengetahuan yang dimiliki
seperti perbendaharaan kata, pemahaman
matematika dan segala fakta yang kita ketahui
2. Memori Nondeklaratif/Implisit/Prosedural
Berisikan antara lain kemahiran, kategori, priming,
hubungan dasar dan ketrampilan
Lahan cognitive (substrat anatomi)

 Korteks serebri tempat proses cognitive


 Korteks serebri terletak di 2 hemisferium
(kiri dan kanan)
 Hemisferium dibentuk oleh 4 lobus
- lobus frontalis.
- lobus parietalis.
- lobus temporalis.
- lobus oksipitalis.
● Lobus frontalis berhubungan dengan
perencanaan (planning) dan gerakan
(movement)
● Lobus parietalis dgn sensasi somatik
● Lobus oksipitalis dgn penglihatan
(vision)
● Lobus temporalis dgn pendengaran
(audition) pembelajaran (learning),
daya ingat(memory) dan emosi
(emotion)
Rangkaian Mudah Lupa Wajar -- > Demensia

 Lupa wajar (Forgetfullness)

 Gangguan Fungsi Kognitive Ringan (Mild


Cognitive Impairment)

 Demensia (Pikun)
Kemunduran Memori Fisiologis

Mudah lupa (forgetfulness) bisa terjadi pada :


 Proses otak menua (fisiologis)
 Proses penyakit otak a.l.alzheimer (patologis)

Mudah lupa
 Banyak pada lansia
 Gangguan mengingat informasi kembali (recall)
 Gangguan mengeluarkan apa yang tersimpan
dalam memori (retrieval)
 Dapat dibantu dengan memberikan isyarat (cue)
Mudah Lupa Ringan
Benign senescent forgetfulness (BSF)
 Terkait usia tua
 Gangguan mengingat kembali (recall)
masih fisiologis, ump.lupa nama teman,
nama presiden pertama RI
 Mudah Lupa
Wajar pada usia lanjut, Usia > 50 tahun
 Ditemukan sekitar 30 % dari usia lanjut,
 Keluhan dapat berupa:
􀃎 Lupa menaruh benda
􀃎 Lupa janji
􀃎 Lupa nama /wajah orang
􀃎 Lupa nama benda
􀃎 Lupa nama peristiwa, dll

 Aktivitas sehari-hari normal, fungsi kognitif lainnya


normal.
Gangguan Kognitif Ringan (Mild Cognitive
Impairment/MCI)

 Gangguan memori lebih berat, mudah lupa lebih


parah dan agak lama untuk bisa ingat kembali.
 Fungsi kognitif lain secara umum masih baik.
 Dapat melakukan aktivitas dasar sehari hari
 Aktivitas yang kompleks mulai terganggu
 10 – 12 %/tahun  Penyakit Alzheimer
 Test fungsi kognitif dan memori dibawah rata rata
 Ada gangguan memori
 Kognitif baik
 Sebagai risiko tinggi untuk menjadi alzheimer
(setelah ± 4 tahun 50% menjadi demensia)
 Patologis : sudah ada gangguan di hipokampus,
bagian otak yang mengurus memori
 Di korteks ada bercak-bercak amiloid difus
KRITERIA DIAGNOSIS

1. Pasien melapor sendiri atau orang lain yg menyaksikan


kemunduran memori/kognitif, dibanding keadaan
sebelumnya
2. a. Aktivitas hidup sehari-hari (Activity Daily Living = ADL)
masih baik
b. ADL yg kompleks (Instrumental Activity Daily Living =
IADL) mulai terbatas
3. Mini Mental Status Examination (MMSE) bisa tidak
terganggu, sesuai pendidikan dan umur
4. Adanya gangguan memori atau kognitif lainnya harus
dibuktikan dengan skor yang sudah baku
5. Belum ada gangguan untuk didiagnosis sebagai demensia
ADL mencakup :

 Aktivitas Dasar (basic ADL) :


berpakaian, perawatan diri, makan minum,
toilet, berpakaian, jalan, mandi, mobilitas,
dll
 Aktivitas Instrumental (IADL) :
mengurus keuangan pribadi, memasak,
menelepon, berbelanja ke pasar,
bepergian, berobat, dll
Kriterianya : minimal ada 2 dari gejala sebagai
berikut :

1. Tersesat bepergian
2. Kemunduran pekerjaan yg disaksikan teman
sekerja
3. Kesulitan menyebut nama atau kata, sedangkan
temannya tidak kesulitan
4. Sedikit materi yg diingat setelah membaca satu
bab buku
5. Sulit mengingat nama orang yg baru
diperkenalkan
6. Kehilangan atau salah menaruh barang berharga
7. Gangguan konsentrasi yang nyata pada tes klinis
Diagnosis MCI dipastikan setelah :

a. Mewawancarai teman/ anggota keluarga


berkenaan fungsi intelek
b. Memeriksa pasien mencari gangguan
kognitif secara objektif
c. Menyingkirkan gangguan psikiatrik,
kerusakan otak seperti stroke, tumor
atau efek obat-obatan
Demensia

Suatu kondisi klinis yang ditandai oleh


kemerosotan daya ingat, intelektualitas
dan emosional. Sehingga mengakibatkan
ketidakmampuan melakukan kegiatan
sehari-hari secara normal.
Klasifikasi demensia
1. Berdasarkan umur : senilis, presenilis
2. Berdasarkan gejala klinis : global, afasik, visuo
perseptif
3. Berdasarkan anatomi ; kortikal, subkortikal
4. Berdasarkan perjalanan penyakit :
demensia “reversibel” + 10-12% disebabkan alkohol,
obat-obat, kelainan psikiatri, penyakit meningitis,
trauma kepala, hidrosefalus komunikan
demensia “non reversibel”: proses degeneratif
tergolong kedalamnya demensia yang paling banyak
ditemui : demensia alzheimer dan vaskuler
Demensia Alzheimer

 Biasanya ada faktor resiko : riwayat keluarga


alzheimer, umur > 50 thn, penyakit down`s
syndrome ,Parkinson, Apoe Allel 4, trauma
kepala, pendidikan yang rendah, dll
 Progresif, sangat kronis
Diagn. pasti dengan otopsi otak
Jadi diagn cukup dengan diagnosis ”probable”
Kriteria diagnosa “probable Alzheimer”:
1. Ditemukan demensia secara klinis (test mini
mental)
2. Defisit 2 atau lebih bidang kognitif (memori,
bahasa, atensi, orientasi, fungsi eksekutif,
visuospatial)
3. Perburukan memori/kognitif progresif
4. Tak ada gangguan kesadaran
5. Tak ada penyakit otak dan gangguan sistemik
(khas: perburukan intelektual dan tingkah laku,
mengganggu pekerjaannya dan lingkungan)
Gejala klinis dibagi 3 stadium:
1 Std Amnesia : yang menonjol : amnesia diskalkulia,
spontanitas , gangguan memori jangka pendek,
pertanyaan berulang-ulang tak mampu hafal no
telpon, bingung terhadap masalah, (memori jangka
panjang : baik) std ini berlangsung 2-4 tahun
2 Std Bingung, kognisi  progresif, afasia, agnosia,
apraksia, disorientasi waktu dan tempat,
mengembara, salah mengenal anak, suami, isteri,
kadang-kadang bicara porno, std ini berlangsung 2-
10tahun
3 Std Akhir (setelah 6-12 tahun sakit) akinetik, membisu
hampir vegetatif, inkontinesia, lemah, langkahnya
kecil-kecil, mudah terinfeksi (saluran kemih, nafas).
Tujuan pengobatan
 Mempertahankan kualitas hidup
 Memperlambat progresivitas
 Mengobati penyakit penyerta
 Membantu keluarga, memberi informasi cara-
cara penanganan yang bermanfaat
Terapi farmakologi
 Golongan acetylcholin esterase inhibitor :
 Donepizil hcl 1x5-10mg
 Rivastigmin 1x1,5-6mg
 Golongan esterogen me aktivitas cholinergik
 Antioksidan
 Nootropik agent
 Golongan NSAID
Terapi non farmakologik bertujuan

 Menentukan program aktivitas harian


 Modifikasi perilaku
 Informasi pelatihan kepada keluarga
Demensia Vaskuler

 Disebabkan penyakit pembuluh darah


serebral (ump : stroke)
 Ditemukan infark multipel di otak
 15-25% dari semua demensia
 onset pada usia yang lebih muda dan lebih
mendadak dibanding Alzheimer
Gejala klinis
 Biasanya menyusul penyakit stroke, muncul
demensia, perjalanan penyakit bisa mendatar
atau membaik, kemudian memburuk lagi dst …
berfluktuasi  “step wise”
 Konfusi mengembara
 Kepribadian masih terpelihara sampai std lanjut
 Terdapat gejala lesi di otak: hemisparese
gangguan esktrapiramidal, disathria, dll
 Defisit memori kurang menonjol tapi kognisi
lamban
 Disfungsi visuospatial
Gambar : Perbedaan perjalanan klinis demensia
Alzheimer dengan demensia Vaskuler

Dikutip dari Brown MM (1993) vascular dementia Alzheimer`s Review 3(2)57-


62
http://www.alzcot.org/info/vasculardementia.html
Diagnosis

1 Tentukan dulu apa ada demensia


2 Tentukan gangguan fungsi kognitif, memori,
emosional
3 Perjalanan penyakit “gradual” atau “stepwise”
4 Periksa gejala stroke : kelainan neurogi fokal
5 Cari faktor resiko stroke, hipertensi, DM,
cholesterol , merokok, dll
Pengobatan
Demensia vaskuler adalah akibat stroke sehingga
penting di pikirkan pencegahan : “secondary stroke
attack”.
Obat-obat
 Galatamin 2 x 4 mg  2 x 8 mg
 Rivastigmin 2 x 3 mg  2 x 6 mg
 Donepezil 1 x 5 mg  1 x 10 mg
 Pentoxifilin 3 x 400 mg
 Piracetam 3 x 800 mg – 1200 mg
 Ginkogiloba 2 x 40 mg – 60 mg
 Vit V 2 x 100 unit
Pencegahan
Sesuai dengan pencegahan serangan stroke
ulang
 Obati hipertensi, DM
 Kendalikan hiperlipidemia
 Hentikan rokok, alkohol
 Diet yang sesuai
 Gaya hidup sehat dengan olah raga, rendah
garam, kurangi stress
 Penderita dengan resiko tinggi, berikan obat anti
agregasi trombosit.

Anda mungkin juga menyukai