Anda di halaman 1dari 41

Teknik Operasi Penutupan Celah Bibir Teknik

Millard 1 dan 2

Renaldo Guruh P.U


Celah bibir dan palatum (cleft lip
and palate/CLP)
 kelainan bawaan berupa celah pada bibir, gusi, dan
langit-langit.
 Etiologi:
gangguan pada kehamilan trisemester I 
terganggunya proses tumbuh kembang janin.
 Faktor penyebab:
 kekurangan nutrisi
 obat-obatan
 Infeksi virus
 Radiasi
 Stres
 Trauma
 Faktor genetik
koreksi dari cleft didasarkan oleh 5 hal
(Millard, 1966 ) :
1.Penampilan yang alami
2.Fungsi pengunyahan baik
3.Pendengaran yang baik
4.Pengucapan baik
5.Profil muka yang baik
Oleh karena itu dibutuhkan tugas dari beberapa tim
spesialis :
1.Dr anak
2.Prostodontis
3.Ortodontis
4.Pedodontis
5.THT
6.Dr Bedah
7.psikiatris
Keputusan paling vital untuk mencapai hasil
terbaik dari operasi bibir adalah untuk
mempertimbangkan waktu yang optimum
dari operasi.
Millard (1966) mengatakan “the primary
surgical repositioning of the lip and nose at
present is being carried out at about three
months. This tentative date has been set
to allow the soft tissues to increase in
quantity and to avoid any inhibiting effects
from surgery on the growth of the maxillary
components”
Rule over tens

 Tindakan operasi perbaikan terhadap


celah bibir disebut cheiloraphy
 Dilakukan pada:
 Usia 3 bulan atau lebih dari 10 minggu
 Berat badan telah mencapai 5 kilogram (10
ponds)
 Hb lebih dari 10 gr%
Untuk mentransformasikan celah bibir
dengan deformitas nasal kepada bentuk
yang normal, maka terlebih dahulu kita
harus mengetahui yang normal.
diambil dari Millard 19
Bibir dan hidung normal
(Millard, 1964)
• Hidung yang normal mempunyai kolumela
yang lurus dengan didukung septum
• Sumbu alar yang simetris didukung oleh
kartolago
• Cupid bow dengan vermilion tuberce dibatasi
oleh white skin roll
• Harus mmempunyai tulang yang adekuat
untuk mendukung jaringan lunak dari hidung
dan bibir
Variasi Cleft (Millard, 1964)
• Unilateral incomplete dengan deformitas
nasal
• Unilatteral complete dengan nasal
deformitas
• Bilateral incomplete dengan adekuat
kolumela
• Bilateral complete dengan kolumela tidak
adekuat
Anatomi bibir

sumber : Djohansah Marzoeki, M. Jailani, David S.P., Teknik Pembedahan Celah


Bibir dan Langit-langit. 1st ed.Sagung Seto, Jakarta 2002 p: 2,9-29
Klasifikasi celah bibir
1. Luas celah (komplit/inkomplit)
2. Lokasi dari Celah : Unilateral dan
bilateral
Cara penulisan lokasi
CLP oleh Otto Kriens :
L = bibir
A = Gusi
Palatum : H=durum dan s
= molle
celah komplit : huruf
besar
• Celah inkomplit : huruf
kecil
Spektrum CLP

1. Normal
2. Celah bibir unilateral
3. Celah bibir dan palatum primer unilateral
4. Celah bibir dan palatum primer bilateral termasuk kanalis insisivus
5. Celah palatum sekunder
6. celah bibir dan palatum primer, kanalis insisivus, palatum sekunder
unilateral
Kriteria Steffensen (1953)
• Akurasi penutupan dari kulit, otot dan
membran mukosa
• dasar lubang hidung yang simetris
• tepi vermilion yang simetris
• eversi ringan dari bibir
• scar operasi yang minimal.
Protap penatalaksanaan
penderita CLP
 Pasien baru lahir:
Pekerja sosial/dokter : penerangan bagi keluarga
penderita, harapan riil perawatan menyeluruh,
memberi minum bayi, status psikososial pasien.
 Pasien usia 3 bulan:
 Operasi bibir dan hidung
 Pencetakan model gigi
 Evaluasi telinga
 Pemasangan grommets bila perlu
 Pasien usia 10-12 bulan:
 Operasi palatum
 Evaluasi pendengaran dan telinga
Protap penatalaksanaan
penderita CLP
 Pasien usia 1-4 tahun
Evaluasi bicara, 3 bulan pasca operasi, follow
up dilakukan oleh terapis bicara.
 Pasien usia 4 tahun
Kalau bicara tetap jelek dipertimbangkan
repalatoraphy dengan atau pharyngoplasty
 Pasien usia 6 tahun
 Evaluasi gigi dan rahang, pembuatan model;
 Melakukan nasendoscopy bagi yang memerlukan
 Evaluasi pendengaran
Protap penatalaksanaan
penderita CLP
 Pasien usia 9-10 tahun
Alveolar bone graft
 Pasien usia 12-13 tahun
Final touch untuk operasi yang dulu pernah
dilakukan bila masih ada kekurangan.
 Pasien usia 17 tahun
 evaluasi tulang-tulang muka
 operasi advancement osteotomy Le Fort I
Peralatan
• Alat dan Bahan
• satu set instrumen celah bibir
standar
• lidokain 0,5%
• adrenalin 1:100.000 s.d
200.000 dalam 10 cc larutan
lidokain
• spuit 5 cc dengan jarum no 25
• benang : plain cat gut 4.0
cutting, polypropylene/nylon 6-
0 cutting
• larutan savlon 1:30 (cetrimide
0,5%+ chlorhexidine dengan
aquadest)
Teknik operasi
Millard.
Diambil dari rotation
advancement in lip
closure, Millard
(1964)
Diambil dari : a
radical rotation in
single harelip,
millard (1960)
Teknik operasi millard 1
Teknik operasi millard 1
a. Membuat titik 1 pada
tengah cupid’s bow
b. Menentukan puncak
cupid’s bow pada sisi
non-cleft sbg titik 2 (±
4 mm)
c. Titik 3 merupakan garis
akhir dari white roll pada
sisi non cleft dengan
jarak sama dg titik 1-2
Teknik operasi millard 1
d. Titik 4 merupakan dasar
kolumela
e. Titik 5 merupakan alar
base pada sisi normal.
f. Jarak dari 2 ke 4 adalah
tinggi normal bibir
g. Jarak dari 4 ke 5 adalah
lebar nostril normal.
h. Jarak dari 3 ke 6 mewakili
tinggi bibir pada sisi celah
Teknik operasi millard 1
i. Jarak 2 ke 4 sama
dengan jarak 3 ke 6
diteruskan ke x
j. Titik 5” pada alar base
k. Titik 6” pada dasar
nostril
l. Jarak x-6-7 = 5’-6”
m. Jarak 2-8 = 3”-8”
Dibuat insisi sepanjang garis AB sebagai traksi
dan dipertahankan pada tuberkel. Insisi
dilanjutkan sampai cupid’s bow dapat diputar
kebawah pada posisi normal. Tepi atas dari
insisi dapat diperpanjang hingga mencapai
garis tengah namun tidak boleh sampai
melebihi pilar dari philtral pada sisi normal atau
akan terjadi pemanjangan bibir pada sisi yang
sehat setelah operasi.

Kemudian dibuat flap lateral maka CD


sama dengan AB. Pada celah yang lebar
diperlukan untuk memindahkan titik D
mendekati komisura mulut daripada seperti
yang ditunjukkan pada diagram. Kemudian
dikerjakan advancement flap pada sisi
lateral ala ke posisi yang diinginkan.
Terkadang perlu untuk memasukkan
segitiga kecil ke dalam dasar nostril.
E. Flap X yang terdapat diantara insisi
AB dan margin yang baru terbentuk dari
celah diputar pada posisinya untuk
membentuk sill dari nostril. Flap akan
membantu untuk mendorong columela
dan membran pada septum nasi ke
posisi yang diinginkan.

F. Dibuat insisi longitudinal AB diikuti


dengan membuat garis natural dari
colum philtrum. Z plasty pada tepi atas
dari bibir disembunyikan dengan
bayangan dan dengan meninggikan
garis dari dasar nostril.
G.Kebanyakan dari tarikan yang dihasilkan oleh metode ini terjadi ketika bibir
secara normal sudah lengket.
- Operasi ini merupakan operasi satu tahap, sisi medial dapat diperpanjang
apabila diperlukan dengan memanjangkan insisi pada columela sejauh
mungkin pada sisi yang intak atau dengan membentuknya di bagian bawah
sebagai cakar yang halus.
H. Pada celah bibir yang komplit dan lebar
sangat sulit untuk menerapkan teknik millard
ini untuk mendapatkan cupid bow terkecuali
bila insisi diperpanjang melewati dasar
columela pada sisi yang intak. Masalah ini
dapat diatasi dengan cara melakukan back
cut. Kesulitan akan muncul juga saat
merencanakan untuk membuat flap lateral
cukup luas untuk menutup defek dengan
cara melakukan rotasi dari segmen medial.
Keuntungan
• Merupakan teknik yang sering dipilih untuk celah
bibir derajat ringan dan sedang.
• Mempertahankan tidak hanya cupid’s bow tetapi
philtral dimple. Scar yang terbentuk dapat
dikamuflase
• Mempertahankan bagian bawah dari bibir untuk
prosedur rekonstruksi
• Dengan disain yang fleksibel memungkinkan
untuk dilakukan revisi.
• Jarang terjadi pertumbuhan yang tidak pada
proporsinya
Kerugian
• kerugian utama adalah kesulitan untuk
menentukan disain adekuat atau tidak
pada flap bagian lateral pada celah bibir
yang komplit dan lebar.
Teknik Operasi Millard 2
• Keuntungan
– memiliki seluruh keuntungan dari teknik millard 1
– sangat flexibel
• Kerugian
– sama dengan millard I
– diperlukan tambahan flap pada bibir bagian lateral
– pemendekan dari jarak komisura oral pada sisi celah
pada apeks ipsilateral dari cupid’s bow
Tehnik Millard II
A. Seperti pada teknik yang
mempertahankan cupid’s
bow, ketinggian lengkung
pada sisi normal (1) dan
ketebalan dari bow pada
garis tengah (2) ditandai .
titik 3 adalah margin dari
cleft, maka garis 2-3
sama dengan garis 2-1.

Smith WH. The atlas of cleft lip and cleft palate surgery. 1983. 34
Grune & Stratton inc. New York.
…Tehnik Millard II
titik 3 merupakan ketinggian
dari cupid’s bow pada sisi
yang akan diperbaiki. Insisi
dibuat diatas dari titik 3 akan
membentuk philtral dimple
dan dibawah basis
columelar ke arah titik 5
yang berada antara garis
tengah dan pilar philtral
pada sisi yang sehat.

Smith WH. The atlas of cleft lip and


35 cleft palate surgery. 1983.
Grune & Stratton inc. New York.
… Tehnik Millard II
Titik 5 merupakan titik yang
memiliki variasi lokasi
bergantung pada jumlah rotasi
yang diperlukan untuk
membawa cupid’s bow pada
lokasi yang benar. Jika
diperlukan garis 3-5 dapat
diperpanjang dengan
melakukan back cut
membentuk titik x yang
letaknya lebih medial dari pilar
philtral normal. Posisi dari titik
x juga bervariasi tergantung
dari rotasi yang diperlukan

Smith WH. The atlas of cleft lip and cleft palate surgery. 1983. 36
Grune & Stratton inc. New York.
…Tehnik Millard II
Insisi dari flap
advancement lateral juga
dibentuk disekitar alar
pada bagian superior dan
membagi tepi cleft dari titik
6 ke titik 7 menjadi bagian
medial dan inferior. Jarak
titik 6 ke titik 7 harus sama
dengan jarak dari titik 3 ke
titik x. Area bayangan
akan terbentuk disekitar
vermilion.

Smith WH. The atlas of cleft lip and cleft palate surgery. 1983. 37
Grune & Stratton inc. New York.
B. Cupid’s bow akan kembali pada posisi normal
dengan melakukan rotasi ke inferior. Kait pada
apeks dari cleft pada bagian nostril digunakan
untuk menarik flap C pada posisi yang benar
dan memanjangkan columela pada sisi celah
bibir. Dilakukan undermining secukupnya dari
flap C untuk reposisi

C. Titik 9 dan titik x didekatkan dan flap


C dijahitkan pada tempatnya
D. Bibir pada bagian lateral dan sisipan alar
dipisahkan dari maksila melalui insisi yang
merupakan perluasan dari sulcus labialis
superior sepanjang dari apertura pyriformis ke
arah midline. Perubahan tempat dari kawah alar
pada sisi celah bibir dapat direposisi dan
direkatkan dengan kawah yang normal dengan
benang yang tidak diserap.

E. Titik 6 didekatkan dengan titik x


dan dijahitkan.
F. Tepi x-3 pada sisi medial dan 6-7 pada flap
lateral tidak otomatis sama besar. Maka harus
dilakukan pengurangan untuk mendapatkan
kecocokan satu dengan lainnya tetapi tidak boleh
mengganggu posisi titik 3. flap yang telah
ditautkan dari garis vermilion-cutaneuos dapat
diperbaiki pada titik 7 untuk membuang scar yang
melewati cupid’s bow.

G. Kemudian dilakukan perbaikan pada dasar


nostril, dan operasi selesai. Jarak antara titik 4
dan titik 1 harus sama dengan titik 8 dan titik 7
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai