Anda di halaman 1dari 49

INSOMNIA

DINA SOFIANA
LULU AYU NUARI
TIDUR NORMAL
Tidur merupakan salah satu perilaku hidup
manusia, 1/3 dari hidup manusia dipergunakan
untuk tidur.
Tidur merupakan proses yang diperlukan oleh
otak supaya dapat berfungsi secara normal.
Mengalami gangguan tidur yang cukup lama
dapat mengakibatkan gangguan fisik dan
kognitif, terkadang sampai dengan kematian.
Tidur muncul melalui proses yang pasif, tetapi
kenyataannya tidur merupakan hasil aktifitas
dari otak.
Sleep wake rhythm
1. Dipengaruhi oleh biological rhythms
2. Dalam 24 jam, orang dewasa tidur 1
kali terkadang 2 kali
3. Rhythm ini berkembang setelah 2
tahun awal kehidupan.
4. Tidur siang pada waktu yang berbeda
memiliki proporsi yang berbeda pula pada
NREM dan REM.
FUNGSI TIDUR

Restorasi
Fungsi homeostatis
Thermoregulasi
Pemulihan energi
Sleep Deprivation
Dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan ego disorganization, halusinasi
dan waham.

Sleep Requirements
- Short sleeper : 6 jam atau kurang/malam
- Long sleeper : 9 jam atau lebih/malam
kebutuhan waktu tidur meningkat dalam
kondisi sakit, hamil, peningkatan aktivitas fisik,
stres.
ELEKTROFISIOLOGI TIDUR
Tidur secara fisiologi terdiri dari dua
bagian:
A. Non-rapid eye movement (NREM)
B. Rapid eye movement (REM)
NON-RAPID EYE MOVEMENT
(NREM)
 pada tahap ini aktifias fisiologis lebih rendah dari pada saat kita
terjaga atau sadar
 NREM merupakan saat yang tenang dibandingkan dengan saat
kita tersadar.
 Nadi, respirasi dan tekanan darah lebih rendah daripada saat kita
tersadar.
 Secara episodik gerakan tidak disadari dari tubuh dapat muncul
pada saat NREM
Pada tahap 3-4 NREM, ketika 30 menit – 1 jam dari mulai tertidur,
terjadi disorientasi dan disorganized thinking.
Pada tahap 3-4 NREM dapat muncul gangguan seperti :
1. Enuresis
2. Night-mares
3. Somnabulisme
4. Night terror
Setelah 90 menit dari mulai tertidur, NREM akan memasuki REM
yang pertama
Mimpi pada NREM bersifat lucid dan purposefull
RAPID EYE MOVEMENT (REM)
Pada REM ditandai dengan aktifitas otak yang sangat tinggi dan
aktifitas fisiologi hampir sama seperti saat kita sadar.
Perubahan fisiologis selama REM yaitu terjadinya hampir total
paralisis dari otot rangka (potensial otot lebih rendah saat REM) 
Tidak terjadinya pergerakan tubuh saat REM
Pengukuran Polygraph selama REM menunjukkan pola yang
irregular mirip seperti pola saat kita terjaga.
REM disebut juga paradoxical sleep
Nadi, respirasi dan tekanan darah lebih tinggi selama REM
dibandingkan dengan NREM bahkan saat kita terjaga.
Kebutuhan oksigen otak meningkat selama REM
Periode REM muncul setiap 90-100 menit
dalam 1 malam
Pada REM terjadi mimpi yang bersifat
abstrak dan aneh
 Normal fase laten REM yaitu 90 menit
ditemukan pada dewasa.
Memendeknya fase laten muncul pada
beberapa penyakit, seperti narkolepi dan
depresi.
REGULASI TIDUR
1. SEROTONIN
Regulasi tidur sangat dipengaruhi oleh serotonin
Serotonin di otak di sintesis & didestruksi di nukleus
dorsalis yang berdekatan dengan serotonergic cell
bodies  Gangguan di sini  gangguan tidur
Sintesis dan pelepasan serotonin oleh serotonergic
cell bodies dipengaruhi keberadaan asam amino L-
tryptophan
L-tryptophan merupakan prekursor dari serotonin,
melatonin dan niasin
Konsumsi L-tryptophan (1-15 mg ) mengurangi fase
laten tidur dan bangun di malam hari
Defisiensi L-tryptophan berhubungan dengan
singkatnya fase di REM
2. NOREPINEPHRIN
Norepinefrin pada locus seruleus berperanan penting
dalam mengatur pola tidur yang normal.

3. ASETILKOLIN
Acetylcholin terlibat dalam pengaturan tidur, gangguan
aktifitas cholinergic dihubungkan dengan perubahan tidur
pada ganguan depresi mayor

4. DOPAMIN
Bukti menunjukkan peningkatan dopamin mengakibatkan
manusia tetap terjaga.
5. MELATONIN

Suprachiasmatic nucleus di kelenjar


hipotalamus berperan untuk circadian
pacemaker dengan mengatur sekresi
melatonin dan 24-hour sleep-wake cycle
Sekresi melatonin dari kelenjar pineal
diinhibisi oleh cahaya yang terang,
konsentrasi melatonin sangat rendah saat
pagi sampai sore hari.
GANGGUAN TIDUR : INSOMNIA
Insomnia  Kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur.
gangguan tidur yang sering dikeluhkan oleh pasien
Dapat terjadi sementara atau menetap.
prevalensi insomnia pada dewasa sekitar 30-40%.
KLASIFIKASI INSOMNIA
DSM-5
1. Insomnia
2. Hipersomnia
3. Narkolepsi
4. Gangguan tidur berhubungan dengan pernafasan (Breathing-Related Sleep
Disorder)
5. Circadian Rhythm Sleep-Wake Disorder
6. Parasomnia
7. Non-rapid Eye Movement Sleep Arousal Disorder
8. Nightmare Disorder
9. Rapid Eye Movement Sleep Behavior Disorder
10. Restless Legs Syndrome
11. Substance/Medication-Induced Sleep
Disorder
Pengertian DSM-5:
A. Ketidakpuasan dalam tidur baik secara kualitas maupun kuantitas yang
dikaitkan dengan satu atau lebih dari gejala-gejala berikut :
1. Kesulitan dalam memulai tidur
2. Kesulitan dalam mempertahankan tidur
3. Terbangun pada early morning disertai dengan kesulitan utk
tertidur lagi.
B. Gangguan tidur menyebabkan penderitaan dan mempengaruhi dalam
hubungan sosial, pekerjaan, akademik atau fungsi penting lainnya.
C. Kesulitan tidur muncul minimal 3 hari dalam 1 mingggu
D. Kesulitan tidur muncul muncul minimal
selama 3 bulan.
E. Kesulitan tidur terjadi meskipun terdapat peluang untuk tidur.
F. Insomnia tidak dapat dijelaskan dan tidak terjadi pada gangguan sleep-
wake lainnya.
G. Insomnia bukan merupakan efek samping dari zat (cth : PGZ atau
medikasi)
H. Adanya gangguan jiwa dan kondisi medis lainnya tidak cukup
menjelaskaan keluhan utama insomnia.
PPGDJ-III

F.51 Gangguan Tidur Non Organik


a.Dyssomnia : kondisi psikogenik primer dimana gangguan utamanya
adalah jumlah, kualitas atau waktu tidur yang disebabkan oleh hal-hal
emosional, misal : Insomnia, hipersomnia, gangguan jadwal sleep awake.
b.Parasomnia : peristiwa episodik abnormal yang terjadi selama tidur,
misal : somnambulism, teror tidur, mimpi buruk.
F51.0 Insomnia Non-organik
F51.1 Hipersomnia Non-organik
F51.2 Gangguan Jadwal Tidur-jaga non organik
F51.3 Somnabulisme ( Sleep walking )
F51.4 Teror Tidur ( Night Teror )
F51.5 Mimpi Buruk ( Nightmares )
F51.8 Gangguan Tidur Non-organik lainnya
F51.9 Gangguan tidur YTT
DSM-IV-TR
1. Primary sleep disorders
a. Dissomnia
1) Insomnia Primer
2) Hipersomnia Primer
3) Narkolepsi
4) Gangguan tidur berhubungan dengan pernafasan
(Breathing-Related Sleep Disorder)
5) Circadian Rhythm Sleep-Wake Disorder
6) Dissomnia yang tidak dapat diklasifikasikan
b. Parasomnia
2. Sleep disorders related to another mental disorder
3. Other sleep disorders
Insomnia Primer :
keluhan utama adalah tidur yang tidak nyenyak kesulitan untuk
memulai tidur atau mempertahankan tidur, keluhan bertahan
sampai 1 bulan.
INTERNATIONAL CLASSIFICATION OF SLEEP
DISORDERS
Insomnia : 1. Psychophysiological insomnia
2. Sleep state misperception
3. Idiopathic insomnia
INSOMNIA
Insomnia merupakan kondisi yang independen  Oleh sebab
itu, pengobatan dalam penanganan insomnia lebih ditekankan
pada penanganan penyebab, bukan sebagai simtom

Insomnia dapat berlangsung singkat ( brief), sementara (transient)


atau menetap ( persisten )

Hanya sedikit orang dengan insomnia kronis yang mencari


pengobatan ( 9%), sisanya (40%) self limited
Insomnia Secondary to
Insomnia Secondary to
Symptom Psychiatric or
Medical Conditions
Environmental Conditions
Difficulty falling asleep Any painful or uncomfortable Anxiety
condition Tension anxiety, muscular
Central nervous system Environmental changes
(CNS) lesions Circadian rhythm sleep
Conditions listed below, at disorder
times
Difficulty remaining asleep Sleep apnea syndromes Depression, especially
Nocturnal myoclonus and primary depression
restless legs syndrome Environmental changes
Dietary factors (probably) Circadian rhythm sleep
Episodic events disorder
(parasomnias) Posttraumatic stress disorder
Direct substance effects Schizophrenia
(including alcohol)
Substance withdrawal effects
(including alcohol)
Substance interactions
Endocrine or metabolic
diseases
(Courtesy of Ernest L. Hartmann, M.D.)
Durasi pada insomnia, yaitu :
1. Transient : sementara
2. Short term/ episodik : > 1 bulan tapi < 3 bulan.
3. Long term : > 3 bulan.
4. Recurrent : 2 atau lebih episode / 1
tahun
Brief insomnia dihubungkan dengan anxietas dan antisipasi dari
pengalaman yang memacu anxietas
Transient insomnia dihubungkan dengan dukacita, kehilangan, stress
ataupun perubahan dalam hidup

Keduanya tidak membutuhkan pengobatan spesifik


( tapi harus diingat bahwa kondisi insomnia seperti di atas
seringkali mengawali episode psikotik atau depresi )
Persisten insomnia dihubungkan dengan
somatisasi, anxietas, dan respon dari suatu
kondisi  Keluhan lain tidak ada hanya insomnia,
seringkali berulang dengan stressor di pekerjaan
atau rumah, dan hilang dengan berlibur
Secara deskripsi, Insomnia dapat dikategorikan menurut
bagaimana insomnia mempengaruhi tidur seseorang, yaitu :
1. Sleep-onset insomnia
2. Sleep-maintenance insomnia, atau
3. Terbangun di pagi hari (early-morning awakening)
INSOMNIA PSIKOFISIOLOGIS
Disebut juga conditioned insomnia, karena insomnia ini muncul
karena terprovokasi oleh suatu objek, biasanya tempat tidur,
kamar tidur muncul bersamaan dengan cemas dan stres
Karakteristik insomnia psikofisiologis:
1.khawatir berlebihan tentang tidak bisa tidur
2.Berusaha keras untuk tidur
3.Ruminasi saat mencoba untuk tidur
4.Ketegangan otot meningkat saat akan masuk tidur
5.manifestasi somatik lain dari kecemasan
6.Bisa tertidur saat tidak mencoba
7.Bisa tidur lebih baik saat bukan di kamar tidurnya sendiri
Terapi terbaik : Stimulus control therapy ( selain sleep hygiene
dan terapi relaksasi )
INSOMNIA PARADOKSIKAL
Disebut juga :
-Sleep state misperception atau
-Subjective insomnia atau
-Pseudoinsomnia
Perbedaan antara pengalaman tidur seseorang dengan pengukuran
yang dilakukan menggunakan polygraphic measures of sleep 
seseorang mengeluh sulit masuk tidur atau sulit dalam
mempertahankan tidur tapi tidak diketemukan masalah secara objektif
dari pemeriksaan
Penyebab: waham somatik, hipokondriasis, pengobatan yang tidak
efektif terhadap anxietas atau depresi
Penanganan : Psikoedukasi, CBT atau anxiolitik
INSOMNIA IDIOPATIK
-Keluhan dirasakan sejak awal kehidupan dan berlangsung
seumur hidup, penyebabnya belum diketahui.
-Diduga disebabkan oleh ketidakseimbangan neurotransmiter
di formasi retikular pada batang otak, disfungsi basal
forebrain, gangguan regulasi tidur di batang otak.
-Pengobatannya sulit, karena pasien tidak pernah memiliki
pengalaman tidur yang normal
a. Meningkatkan sleep hygiene
b. Terapi relaksasi
c. Terapi relaksasi
d. Farmakoterapi ( farmakoterapi kronis masih kontroversi )
INSOMNIA YANG BERHUBUNGAN
DENGAN GANGGUAN MENTAL

35 % pasien gangguan jiwa memiliki keluhan insomnia,


setengahnya adalah pasien gangguan mood
1. Depresi Mayor
2. Bipolar
3. Skizofrenia
4. GAD
5. Penyalahgunaan Zat
TERAPI INSOMNIA
FARMAKOLOGI
1. Benzodiazepin
2. Non-Benzodiazepin

NON FARMAKOLOGI
1. CBT
-Universal sleep hygiene
-Stimulus control therapy
-Sleep Restriction therapy
-Terapi relaksasi & Biofeedback
2. Paradoksal intention
FARMAKOLOGI
Terapi Farmakologi :

Pengobatan yang diberikan diharapkan tidak melebihi


dari 2 minggu, karena dapat terjadi toleransi dan gejala putus
obat.
1. Benzodiazepines
a. Nitrazepam sediaan tab 5 mg,
dosis 5-10 mg/malam
b. Estazolam sediaan tab 1 mg dan 2 mg,
dosis 1-2 mg/malam
c. Flurazepam sediaan tab 15 mg dan 30 mg,
dosis 15-30mg/malam
2. Non-Benzodiazepines
a. Zolpidem sediaan tab 10 mg,
dosis 10-20 mg/malam
b. Ramelteon sediaan tab 8 mg,
dosis 8-16 mg/malam
NON-FARMAKOLOGI
1. CBT (Cognitive-Behavioral Therapy)
-Universal sleep hygiene
-Stimulus Control Therapy
-Sleep Restriction Therapy
-Relaxation Therapy and Biofeedback
a. Universal sleep hygiene
Penemuan secara umum bahwa gaya hidup seseorang mendorong
pada kejadian gangguan tidur.

1. Menjaga rutinitas jam tidur


2. Menghindari konsumsi kafein yang berlebihan
3. Tidak mengkonsumsi ‘makanan berat’ sebelum tidur
4. Olahraga yang rutin
b. Stimulus Control Therapy
Mengkondisikan ulang paradigma.
Aturan pertama :
a. Pasien pergi ke tempat tidur bila hanya sudah mengantuk.
2. Aturan kedua :
a. Gunakan tempat tidur hanya untuk tidur
b. Jangan menonton televisi di tempat tidur
c. Jangan membaca di tempat tidur
d. Jangan menerima telp di tempat tidur.
3. Aturan ketiga :
 Jangan rebahan di tempat tidur dan menjadi frustasi ketika tidak bisa
tidur.
 Sesudah beberapa menit, bangun lalu pindah ke ruangan lain dan
lakukan kegiatan yang santai dan tidak membangkitkan semangat
sampai rasa kantuk datang kembali.
4. Aturan keempat dan final :
Instruksi untuk bangun setiap pagi pada waktu yang sama dan
hindari tidur siang
c. Sleep Restriction Therapy
Mengurangi waktu yang dihabiskan di tempat tidur selagi pasien
terbangun.
Terapi ini ditujukan bagi pasien yang rebahan di tempat tidur tapi
tidak bisa memulai tidur.

d. Terapi relaksasi dan Biofeedback


Contohnya : Self-hypnosis, latihan pernafasan, progresif relaksasi,
semua tehnik efektif apabila dapat membuat pasien relaks.
Biofeedback merupakan stimulus yang mengisyaratkan bahwa
pasien sudah lebih relaks.
2. Paradoxical intention

Pasien yang sulit masuk tidur, diinstruksikan untuk tetap terjaga


selama mungkin.
Ansietas akan berkurag dan sleep latency akan meningkat.
REFERENSI

Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s


Synopsis of Psychiatry. Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. 2007.
Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s
Synopsis of Psychiatry. Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry, 11th Edition. 2014
Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa,
tahun 2013.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai