Anda di halaman 1dari 77

TERAPI CAIRAN

Dr. Hj. Endang Melati Maas, SpAn KIC KAP

Dep. Anestesiologi dan Terapi Intensif


RSMH Palembang /Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
2014
CAIRAN TUBUH
Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.
 Air dan zat-zat yang terlarut didalamnya (cairan
tubuh) menjadi pengangkut zat makanan ke
semua sel tubuh dan mengeluarkan bahan sisa
dari dalamnya untuk menunjang berlangsungnya
kehidupan.
 Jumlah air tubuh berberbeda-beda, tergantung
pada usia, jenis kelamin, dan banyak atau
sedikitnya lemak.
Komposisi Tubuh
 Rata-rata pada pria dewasa:

Body composition % of body weight

Protein, & related substances 18%

Fat 15%

Mineral 7%

Water 60%
4

Body Water Content


TERAPI CAIRAN

Tujuan Terapi Cairan :


• Untuk mengganti kekurangan air dan elektrolit
• Untuk memenuhi kebutuhan air dan elektrolit
• Untuk mengatasi syok
• Untuk mengatasi kelainan yang ditimbulkan karena
terapi yang diberikan (terutama pada masa perioperatif)
KESEIMBANGAN CAIRAN

 Dalam keadaan normal, jumlah cairan dan elektrolit selalu dalam

keseimbangan, artinya intake (asupan) air dan elektrolit akan dikeluarkan dalam

jumlah yang sama. Intake air dan elektrolit berasal dari minuman dan makanan

yang dikonsumsi sehari-hari serta dari hasil oksidasi dalam tubuh.

 Air dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk urin, tinja maupun insensible water

loss atau pengeluaran yang tidak dirasa seperti keringat dan pernapasan.

 Jika terjadi gangguan keseimbangan/homeostasis air dan elektrolit, harus segera

diberikan terapi untuk mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit tersebut,

dalam hal ini dilakukan terapi cairan.


Perbandingan CES dan CIS:
Pada orang dewasa 1 : 2
Pada kanak 2:3

Ekstraseluler Trans seluler


Intraseluler
Plasma Insterstisiel
CAIRAN TRANS SELULER
 Cairan otak
 Cairan pencernaan
 Cairan pleura
 Cairan perikardium
 Cairan peritonium
 Cairan persendian
FISIOLOGI KESEIMBANGAN CAIRAN
 Jumlah cairan yang terdapat dalam tubuh manusia sekitar 60%
dari berat badan dimana cairan ini terdapat pada berbagai
jaringan di dalam tubuh secara tidak merata.
 Padalaki-laki komposisi lemak lebih sedikit dibandingkan
dengan wanita, maka kandungan cairan di dalam tubuhnya lebih
banyak.
 Pada
wanita, cairan yang terdapat di dalam tubuhnya sekitar
50%.
 Dengan bertambahnya usia, persentasi total cairan akan
menurun. Hal ini disebabkan oleh penurunan massa otot yang
progresif sehingga tulang jaringan ikat mempunyai persentasi
terbesar.
BB 70 kg  cairan 60%  40% ICV; 20% ECV
Total air tubuh 42 L

 Intraselvol.  ECF
 (ICV) 28L  14L
 40%  20%

SDM PV---> PV 7%
2L 3L

Volume Darah Na 140 mEq/L


5L Interstisial
 Na 5 mEq/L Fluid = ECV – PV
11 L
Na
K
Elektrolit Cl
dll
Air Tubuh

Protein
Urea
Non-elektrolit
Kreatinin
Glukosa
ISI CAIRAN TUBUH
 Zat
bukan ion : protein, ureum,
kreatinin

 Zation (garam-garam)
- Kation : Na, K, Mg, Ca (+ lain)
- Anion : HCO3-, PO4-, asam organik
Komponen ini disebut CAIRAN ELEKTROLIT
14

• CES
•Konsentrasi natrium,
kalsium, klorida & ion
bikarbonat lebih tinggi

• CIS
• Konsentrasi kalium,
magnesium, fosfat, &
ion sulfat lebih tinggi
Perbedaan komposisi CES & CIS

ECF ICF
Cations: Anions: Cations: Anions:
Na+ (142mmol/L) Cl- (108) Cl- (4)
Na+ (14)
K+ (4.2) HCO3- (24) HCO3- (10)
K+ (140)
Mg2+ (0.8) Phosphate ions
Mg2+ (20)
Nutrients:
Nutrients:
O2, glucose, fatty acids, &
High concentrations of proteins.
amino acids.
Wastes:
CO2, Urea, uric acid,
excess water, & ions.
Konsentrasi cairan elektrolit
dihitung dalam:

Mili Equivalent per Liter = mEq/L


Rumus

k= valensi

 Contoh:
Larutan NaCl 0.9% = 155 mEq/L Berarti:
155 mEq/L Na+
155 mEq/L Cl-
Rumatan rutin harus diberikan selain mengganti
cairan yang hilang karena hal-hal lain.

Berat badan Kebutuhan/ kg/ jam


Sampai 10 kg 4 mL
10 – 20 kg + 2 mL
>20 kg + 1 mL

Contoh: kebutuhan cairan rutin setiap jam


untuk berat 25 kg ialah:
(10x4) + (10x2) + (5x1) = 65 mL/jam
Untuk menghitung jumlah cairan infus yang dibutuhkan agar
dapat mengganti volume intravaskuler yang hilang, dapat
dipakai rumus sebagai berikut.

Volume vaskuler yang hilang = volume infus x Pv / Vd

Pv = volume plasma
Vd = Volume distribusi
Contoh:
misalnya terjadi perdarahan akut sebanyak 500 ml harus diganti dengan RL (Ringer
Laktat). Berat badan pasien 70kg, maka RL didistribusikan ke ECF, intravaskuler, dan
interstisial.

 Vol. ECF + 20% x BB terdiri


 Vol. Interstisial 15% x BB
 Vol. Intravaskuler 5% x BB

 Pv = volume plasma = volume intravaskuler


= 5% x 70 = 3500

 Vd = ECF (karena RL didistribusikan dalam ECF) = 14.000


 500 = volume infus x 3.500 / 14.000
 Vol. infus (RL) = 2.000 L
IVV IFV ICV

KRISTALOID

IVV IFV ICV

KOLID IVV IFV ICV

IVV :Volume Intravaskular


IFC :Volume Intertisial
ICV :Volume Intraseluler

Kristaloid terutama meningkat IFV relatif terhadap IVV


Koloid terutama terbatas dalam ruang intravaskular
∆ PV = volume infus (Pv/Vd)
∆ PV = perubahan PV yang diharapkan
 Vd = volume distribusi cairan infus

Misal:
1. Berapa banyak D5% yang diperlukan untuk meningkatkan PV sebesar 2L?
Cairan tubuh total 42 L
PV = 3,5 L
2L = vol infus 3,5 L/42L
Vol ifs = 84/3,5 = 24L

2. Berapa banyak cairan yang diperlukan bila memakai 0,9% NaCl?


(VV = vol. Ekstraseluler 14 L)
2L = vol infus 3L/14L
vol infus = 28/3 = 9L

2. Berapa banyak 5% albumin yang diperlukan?


Vd = PV
2L = vol Infus 3L/3L
vol Infus = 6L/3L = 2 L
HIPERNATREMIA
Hypovolemic
hypernatremia Na+
Kehilangan H2O > Na+ Volume Deficit

Expanded Concentraiotn
Expanded Concentraiotn

ICF
Osmolarity 330
290 ECF
mOsm/l 290
Osmolarity 330
mOsm/l

H2O

24
22 liter 12 liter
10

Volume
Dextrose 5% solution (plasma
osmolarity)

Plasma
ICF Interstitium

Volume ICF & ECF 


KOREKSI HIPERNATREMIA
Normal TBW x 140 = TBW sekarang x Na+ plasma sekarang

 Misal pria 70 kg. Na plasma sekarang 160 mEq. TBW pria 60%.
Berapakah defisit air?

 (60% x 70) x 140 = TBW sekarang x 160


 TBW sekarang = 36,75
 Defisit air = TBW (normal – sekarang)
= (60% x 70) – 36,75
= 42 – 36,75
= 5,25 L
HIPONATREMIA
Hyponatremia
Hypovolemic Na+

Kehilangan Na+ > H2O


Volume Deficit

N
A
T
R
ICF ECF I
Osmolarity 290 mOsm/l U
Osmolarity M
D
Osmolarity 275 mOsm/l
260 mOsm/l E
P
L
Osmolarity E
T
290 mOsm/l I
H2O O
N
24
26 liter 12 liter
10

Volume
1025 mOsm
If fluid in ECF added … NaCl 3%

Omolarity 

ICF ECF
Osmolarity 275 mOsm/l

K+ 145 mEq/l Na+ 120


110 mEq/l

H2O

26 liter
24 10 liter
12
Hyponatremia
Hypervolemic Na+
Retensi H2O > Na+

Expanded Volume

N
A
T
R
ICF ECF I
Osmolarity 290 mOsm/l U
Osmolarity M
260 mOsm/l D
I
Osmolarity L
U
290 mOsm/l S
H2O I
24
26 liter 12
14 liter

Volume
 Koreksi hipokalemia biasanya lebih aman per oral,
sedangkan hiperkalemia jarang terjadi pada faal ginjal
baik. Ginjal normal sanggup mengeluarkan K+ 500
mEq/hari.

 Hipernatremia sering terjadi disebabkan karena defisit


air murni, masukan kurang atau keluaran berlebihan.
KOREKSI HIPONATREMIA
Defisit Na+ = TBW x (Na+ diinginkan) – (Na+ sekarang)

 Wanita berat badan 80 kg. Na+ sekarang 118 mEq/L. Na+ yang diinginkan 130 mEq/L.
TBW wanita 50%. Na+ yang diperlukan ialah (50% x 80) x (130-118) = 480 mEq.

 Koreksi dapat dilakukan dengan NaCl 0,9% atau 3%.

 1 Liter NaCl 0,9% mengandung 154 mEq Na+.

 Jadi, diperlukan (480 : 154) = 3,12 liter NaCl 0,9%.

 Infus NaCl 0,9% isotonis hanya akan mengisi ruang ekstrasel. NaCl tak dapat masuk ruang
intrasel karena untuk masuk diperlukan pompa Na+. Infus NaCl 0,45% hipotonis akan
mendorong air dari ekstra ke intrasel. Sebaliknya infus NaCl 3% hipertonik akan menarik
air dari intra ke ekstrasel.
Hypovolemia and shock

Decreased blood volume


Decreased cardiac output Septic Endotoxin
Decreased oxygen delivery shock release
Impaired macrocirculation

Vasoconstriction
Inadequate perfusion
Erytrocyte aggregation
Impaired microcirculation

Bowel
Tissue ischemia Organ failure
Kidney
Pada syok, tujuan resusitasi cairan adalah untuk
mengembalikan perfusi jaringan dan pengiriman
oksigen ke sel sehingga mengurangi iskemia jaringan
dan kemungkinan kegagalan organ.

 Titik akhir terapi yang dipilih harus


mempertimbangkan bukti adanya perbaikan dalam
aliran jaringan, perfusi jaringan, dan bahaya atau
kerugian bila terapi tersebut diteruskan.

 Salah
satu tantangan terbesar bagi klinikus adalah
memperkirakan cukup tidaknya curah jantung.
JENIS CAIRAN

 CAIRAN KRISTALOID
 CAIRAN KOLOID
CAIRAN KRISTALOID
Cairan kristaloid dibagi atas cairan elektrolit
(NaCl, RL,dll) dan non-elektrolit (desktrose,dll).
Cairan kristaloid dapat dibagi menjadi beberapa
jenis, yaitu untuk :
1) Cairan Pemeliharaan
Tujuannya untuk mengganti kehilangan air pada
tubuh lewat urine, feses, paru, dan keringat.
Cairan yang hilang dengan cara ini sedikit sekali
mengandung elektrolit, maka sebagian cairan
pengganti adalah cairan yang hipotonik.
2) Cairan Pengganti
Tujuannya adalah mengganti kehilangan air dalam tubuh yang
disebabkan oleh proses patologis misal (diare, muntah, kolera
dll). Cairan ini pengganti Digunakan sebagai cairan isotonik,
misalnya dextrose 5% dalam ringer laktat (RL) dan NaCl 0,9%.

3) Cairan untuk tujuan khusus


Adalah cairan kristaloid yang digunakan khusus, misalnya
Natrium Bikarbonat 7,5%, NaCl 3%, Hipertonik sodium laktat
dll.
CAIRAN KOLOID
• Cairan koloid adalah cairan yang mengandung
partikel onkotik dan karenanya menghasilkan
tekanan onkotik.
• Koloid memiliki BM lebih besar dari 35.000
dalton.
• Tujuan terapi koloid adalah untuk mengganti
kehilangan cairan Intravaskuler.

Jenis cairan koloid


1) Koloid alamiah
Ex : Albumin manusia, Pasteurised plasma protein.
2) Koloid Buatan
Ex : Gelatin, Dekstran, Hydroxyethyl Starch (HES).
 Lamanya suatu cairan koloid bertahan di dalam pembuluh
darah di pengaruhi oleh Berat Molekul (BM) koloid tersebut.
 Semakin besar BM semakin lama bertahan dalam pembuluh
darah karena koloid dengan BM yang besar semakin sulit
dipecah.
 Di sisi lain, semakin besar BM, semakin besar efek negatif
bagi ginjal mengingat molekul yang harus di filtrasi juga
semakin besar.
 Semakin besar BM, semakin besar pula pengaruh buruk pada
trombosit dan penurunan faktor pembekuan, sehingga
penggunaan koloid dengan BM tinggi dapat berisiko
terjadinya perdarahan.
HES (Hydroxy Ethyl Starch)
o HES atau kanji hidroxy ethil merupakan suatu polimer sintetik
yang terbuat dari hidroksilasi amilopektin dari jenis jagung
tertentu.
o Amilopektin ini terdiri dari satuan glukosa, molekulnya mirip
dengan karbohidrat dalam tubuh manusia yaitu glikogen.
o Molekul HES mirip dengan zat endogen, HES lebih jarang
menimbulkan reaksi alergi.
o Molekul amilopektin dihidrolisa oleh alpa amilase.

HES digolongkan berdasarkan BM-nya, yaitu:


• Low molecule : BM < 200.000
• Medium molecule : 200.000 < - BM < 400.000
• High molecule : BM > 400.000
Lamanya HES bertahan didalam tubuh darah
dipengaruhi sedikitnya oleh 3 hal, yaitu :
• Berat Molekul (BM)

• Derajat Subtitusi (ds)

• Ratio C2:C6
A. Berat Molekul (BM)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
semakin besar BM suatu HES akan semakin
lama bertahan dalam pembuluh darah.

Hanya HES dengan BM 100.000-300.000


Dalton yang memiliki efek penyumpal (sealing
effect) untuk menutup kebocoran plasma.
B. Derajat Subtitusi (ds)

 Derajat subtitusi pada HES berarti beberapa banyak gugus


hidroksi ethyl untuk setiap 10 molekul glukosa.

 Misalnya : HES dengan ds = 0,5 berarti HES yang memiliki


5 gugus hidroksi ethyl untuk setiap 10 unit glukosa.

 Semakin besar ds suatu koloid, semakin lama pula ds dalam


pembuluh darah, karena gugus hidroksi ethyl sulit dipecah.

 Seperti halnya BM, ds yang besar dihubungkan dengan


makin banyaknya efek buruk pada trombosit.
C. Rasio C2:C6

 Gugus hidroksi ethyl melekat pada satu sama lain dengan ikatan eter

terutama pada unit glukosa C-2 dan lebih sedikit pada C3 dan C6.

 Banyak gugus yang melekat pada C2 disebut Rasio C2:C6.

 Semakin besar rasio C2:C6 suatu koloid semakin lambat degradasi

enzimatik yang terjadi sehingga koloid tersebut semakin lama

bertahan dalam pembuluh darah.

 Besarnya rasio C2:C6 tidak mempengaruhi trombosit, sehingga

koloid yang dikembangkan dengan rasio tersebut dianggap

bertahan lama dalam pembuluh darah dengan efek samping yang

minimal.
II. GELATIN
 Gelatin terbuat dari hidrolisis kolagen sapi sehingga
lebih sering menimbulkan reaksi alergi dibanding koloid
lain.

 Gelatin tidak berpengaruh pada sistem koagulasi maka


tidak ada pembatasan dosis, disamping itu gelatin dapat
diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
bahkan pada pasien yang mengalami homodialisis.
III. DEKSTRAN
 Dekstran merupakan polisakarida yang dihasilkan dari fermentasi

sukrose.

 Dekstran untuk penggunaan klinis tersedia dalam dekstran 70 (BM

70.000) dan dekstran 40 (BM 40.000) dalam larutan NaCl atau RL.

 Dekstran 40 bersifat “ anti sludging” yang artinya mampu menurunkan

disagregasi sel dan perlengketan trombosit sehingga memperbaiki aliran

dalam pembuluh darah kecil.

 Pemberian dekstran lebih dari 1 Liter dapat mengganggu hemostasis

seperti terjadinya disfungsi trombosit, penurunan fibrinogen dan faktor

VIII sehingga berisiko perdarahan.


PRINSIP PEMILIHAN CAIRAN

Jenis cairan yang akan digunakan untuk resusitasi harus


disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya :
• Untuk mengisi intravaskuler dipilih cairan koloid
• Untuk mengisi interstisial dipilih cairan kristaloid
• Untuk mengisi interseluler dipilih cairan kristaloid dan
dekstrose
TERAPI CAIRAN
RUMATAN
CAIRAN RUMATAN
Terapi cairan rumatan dianggap sebagai salah
satu terapi pendukung yang penting bagi
pasien rawat inap.

Jika tujuan terapi cairan resustasi adalah


memperbaiki gangguan hemodinamik, maka
tujuan terapi cairan rumatan adalah
memelihara homeostasis pada pasien yang
kurang asupan cairan per oral
Untuk resusitasi Diberikan dengan
digunakan “cairan jumlah besar dan
pengganti” seperti kecepatan tinggi (20-
normal saline, ringer 30 mL/kg/jam) cairan
asetat/ringer laktat ini digunakan pada
yang bersifat keadaan emergensi
untuk menggantikan
isotonik . kehilangan akut.
Produk-produk siap pakai juga sudah lama
dikenalkan yakni larutan-larutan KAEN dan larutan
DGAA (larutan setengah Darrow).

Larutan KAEN dan DGAA memiliki kandungan


kalium yang cukup untuk memelihara kebutuhan
homeostasis.
Cairan rumatan telah berevolusi dari sekedar
mengandung elektrolit basal (Na dan K dll)
juga dilengkapi dengan mikromineral, asam
amino dan glukosa.
Terapi cairan yang sebetulnya penting
dianggap sebagai pelengkap terapi saja. Jika
pasien bisa diselamatkan dari resusitasi, peran
produk tersebut tidak terlalu ditonjolkan.
Namun, jika pasien mengalami penyulit, yang
pertama disalahkan adalah produk cairan
Sampai saat ini tersebut.
masih banyak
persepsi di antara
RL & normal saline yang sebenarnya
para klinisi merupakan cairan pengganti, digunakan juga
terhadap terapi untuk indikasi rumatan secara luas.
cairan, antara lain:
Memberikan 2 L D5%/hari dianggap wajar-
wajar saja. Banyak dokter yang tidak
mengetahui bahwa D5 tersebut sebenarnya
hanya air bebas dan bisa mengakibatkan atau
memperberat hiponatremia.
Terapi cairan rumatan secara rasional
Berbagai keadaan bisa dialami oleh pasien rawat inap dan
ini sering tidak disadari oleh dokter

Mayoritas pasien
sudah berada dalam Pasien mungkin sudah
keadaan dehidrasi berhari-hari di rumah
moderat, namun dengan asupan air
hemodinamik masih yang kurang
baik

Demam tinggi ini


menyebabkan
peningkatan
insensible water loss
Cemas, depresi atau takut. Ini cenderung
terjadi pada pasien-pasien yang sudah
mencoba berobat ke sana kemari dan tidak
kunjung sembuh

Malaise atau letih (fatigue) mungkin


merupakan alasan pasien dibawa ke rumah
sakit

Pasien tidak terbiasa dengan makanan rumah


sakit
Asupan oral kurang
karena pasien terlalu
lemah untuk
Jam makan yang kaku
pengunyah dan lidah
terasa pahit karena
kering

Anorexia (tidak napsu


makan), nausea Kesadaran menurun
(mual), atau stres
TUJUAN TERAPI RUMATAN
Memenuhi
Mencegah
kebutuhan air dan
gangguan elektrolit
elektrolit harian
dan asam basa
untuk homeostasis.

Mendukung terapi primer

Membantu proses
Memacu
enzimatik & sintesis
penyembuhan
protein
Ciri-ciri larutan rumatan yang unggul

Praktis, mudah dan aman diberikan

Disamping elektrolit basal (Na, K, Cl)


juga mengandung mikromineral
(Mg, Ca, P) yang dibutuhkan untuk
metabolisme sel.
Adanya zinc membantu penyembuhan
jaringan, karena zinc memacu deposisi
kolagen pada jaringan yang rusak.

Mengandung asam amino kualitas


tinggi (diperkaya BCAA, tinggi EAA)
untuk memacu sintesis protein.

Glukosa untuk mempertahankan kadar


gula normal (euglycemia).
Fungsi ASPEN Aminofluid
Air (mL) Komponen sel dan kompartemen cairan 30-40 mL/kg 2000
tubuh lain, pengatur suhu, pelarut,
pelumas
Na(mEq) Bersama klorida mempertahankan volume 1-2 mEq/kg 70
dan osmolaritas darah, mengatur muatan
listrik di neuromuscular junction dan
mempengaruhi asam-basa
K(mEq) Kepekaan neuromuskular (neuromuscular 1-2 mEq/Kg 40
excitability), sintesis protein dan kolagen,
proses enzimatik dalam produksi energi
sel. Bersama Na dan K memelihara irama
jantung. Bagian dari sistem dapar tubuh
untuk mengatur asam-basa.
Cl (mEq) Bersama natrium memelihara osmolaritas Sesuai 70
cairan ekstrasel (ECF). Memelihara kebutuhan
imbangan cairan. Memelihara asam-basa. untuk
Pertukaran oksigen dan CO2 disel darah memelihara
merah, komponen getah lambung. asam-basa
Mg (mEq) Sangat penting untuk sistem enzim. 8-20 10
Aktivitas neuromuskular. Esensial untuk
metabolisme ATP, Na, K pump. Sekresi
hormon paratiroid dan fungsi jantung.
Ca (mEq) Pertumbuhan gigi dan tulang, fungsi 10-15 10
neuromuskular, pembekuan darah, asam
basa dan aktivasi enzim tertentu.
P (mmol) Esensial untuk metabolisme nutrien. Ko- 20-40 20
faktor dalam berbagai sistem enzim.
Komponen ATP.
Zinc merupakan trace element yang
dikandung dalam Aminofluid

Fungsi Ekskresi Urine Aminofluid


Zinc Memacu penyembuhan jaringan. 7.6 mikromol/hari 10 micromol/L
Zinc perlu untuk pembentukan
kolagen, yang merupakan bahan
penting untuk penyembuhan dan
perbaikan jaringan.
Zinc juga memiliki aktivitas imunitas
selular.
Dibutuhkan untuk metabolisme
nutrien dan sintesis asam nukleat
(DNA dan RNA).
Mengapa dalam larutan rumatan ada
BCAA (Branch Chained Amino Acids) ?

Leucine, isoleucine dan valine merupakan asam amino


rantai cabang dan merupakan asam amino yang
terbanyak diteliti.
Leucine paling jelas efeknya dan berguna untuk sintesis
protein. Ini telah diteliti pada sepsis dan luka bakar.

BCAA meningkatkan napsu makan dengan menghambat


masuknya triptofan (prekursor serotonin ke dalam
susunan saraf pusat, dengan berkurangnya kadar
serotonin), maka perangsangan sistem melanokortin akan
berkurang di hipotalamus.
Ada dua sistem di hipotalamus Melanocortin (Proopiomelanokortin)
merupakan sistem saraf serotoninergik. Jia Melanocortin dirangsang
maka akan terjadi anoreksia (tidak napsu makan.). Kebalikannya NPY
bersifat prophagic artinya jika dirangsang mka napsu makan akan
meningkat. Interaki kedua sistem inilah yang mengatur imbangasupan
dan pemakaian energi.
Pada banyak pnyakit sistemik, sitokin akan diproduksi oleh sel darah putih, dan ini akan
merangsang pembentukan serotonin dan merangsang melanocortin. Efek perangsangan ini
adalah anoreksia. Serotonin berasal dari triptofan. Triptofan masuk ke dalam sistem saraf pusat
melalui saluran yang sama dengan BCAA. Jadi, triptofan bersaing dengan BCAA. Ada bukti
bahwa peningkatan triptofan di otak akan menyebabkan central fatigue.
Pemberian BCAA (leusin, iseusin, valin) akan
memblok masuknya triptofan, disusul dengan
penurunan serotonin, kemudian nafsu makan akan
meningkat.
Bagaimana larutan rumatan
berbeda dengan nutrisi
parenteral ?

• Suatu produk sebagai • sedangkan kandungan


larutan rumatan, jika asam amino dan
komponen air dan glukosa menyediakan
elektrolit ( dalam sekedar kebutuhan
konsentrasi moderat ) basal untuk
sebagai unsur homeostasis dan bukan
dominan untuk replesi protein
dan energi
MONITORING DAN
KOMPLIKASI POTENTIAL
 Monitoring adalah hal terpenting dalam rantai terapi
cairan rumatan. Bila tersedia fasilitas lab, idealnya
diperiksa panel elektrolit dan metabolik (Na+, K+, Cl-,
HCO3-, BUN, glucose, creatinine) sebelum
memberikan cairan.
 Pada kasus yang cukup serius atau berat paling tidak harus
diperiksa Na+ dan K+. Tidak sesuai untuk memberikan cairan
natrium rendah (hipotonik) ke pasien dengan hiponatremia.

 Tidak tepat jika cairan dengan natrium tinggi (misal NS)


diberikan kepada pasien dengan hipernatremia

 Larutan rumatan bisa digabung dengan larutan pengganti


(Asering, RL, normal saline) atau produk nutrisi parenteral.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai