• Kortikosteroid inhaler (ICS) adalah termasuk pengobatan antiinflamasi
paling efektif bagi pasien asma persisten berat. • Baik dalam pedoman nasional maupun internasional, ICS dapat mengurangi gejala asma dan resiko terjadi eksaserbasi untuk pasien anak usia 5-11 tahun dengan asma persisten. • Meskipun demikian, tetapi masih banyak anak dengan asma tak terkontrol. • Menurut pedoman Global Initiative for Asthma, asma dikatakan tak terkontrol jika memiliki 3 gejala berikut ini di 4 minggu terakhir: - Gejala asma > 2 kali dalam seminggu - Terganggu saat malam hari - Membutuhkan pelega gejala > 2x dalam seminggu - Keterbatasan aktivitas • Kepatuhan pengobatan dinilai faktor penting untuk penyakit asma. • Flutikason furoat adalah obat once-daily use untuk pasien asma dewasa dan remaja. • Tujuan studi ini adalah untuk mengevaluasi respon terhadap dosis obat, kemanjuran, dan keamanan flutikason furoat dalam 3 dosis (25 ug, 50 ug, 100 ug) pada pasien anak 5-11 tahun dengan asma tidak terkontrol baik selama 12 minggu. METODE • Studi ini dilakukan secara phase IIb, multicenter, stratified, randomized, double-blind, double-dummy, parallel-group, placebo- dan active-controlled. • Penelitian ini dilakukan selama: - 4 minggu run-in: anak melanjutkan pengobatan sebelumnya - 12 minggu pengobatan - 1 minggu follow up • Semua anak menerima albuterol/salbutamol sebagai pelega gejala. METODE (2) • Inklusi anak berumur 5-11 tahun, terdapat gejala asma ± 6 bulan sebelum screening, dan sudah menerima SABA tunggal, SABA dengan leukotriene modifying agent, atau SABA dengan dosis rendah ICS (≤250µg FP) selama ≥4 minggu sebelum screening. • Anak juga menerima prebronchodilator PEF 60%-90% dari nilai prebonchodilator terbaik mereka. • Dan bagi mereka yang dapat menampilkan manuver, mendemonstrasikan a≥12% FEV1 selama 10-40 menit dengan 2-4 inhalasi albuterol/salbutamol. METODE (3) • Eksklusi anak yang memiliki riwayat asma yang mengancam nyawa; yang merubah pengobatan asma selama 4 minggu screening; seorang yang mengalami asma eksaserbasi (penggunaan kortikosteroid sistemik selama ≥3 hari, atau injeksi kortikoseroid ≤3 bulan sebelum screening atau dirawat di RS dengan asma ≤6 bulan sebelum screening); penyakit respirasi; atau kondisi klinik signifikan yang lain. METODE (4) • Pada akhir periode run-in, anak yg termasuk pada randomisasi menerima prebronkodilator PEF 60-90% dari nilai prebronkodilator terbaik mereka; gejala asma (score ≥1 pada waktu aktifitas atau malam hari); dan/atau penggunaan albuterol/salbutamol ≥3 dari 7 hari terakhir dari periode run-in dan melengkapi semua pertanyaan pada eDiary dari ≥4 dari 7 hari selama periode screening. • Anak yang dieksklusi dari randomisasi adalah yang mengalami perubahan pengobatan asma sejak screening; yang mengalami eksaserbasi asma diantara screening dan randomisasi; atau penyakit respirasi atau kondisi klinik medik signifikan lainnya. TREATMENT AND ASSESMENT • Anak-anak ditugaskan secara acak 1:1:1:1 untuk menerima plasebo lewat ELLIPTA inhaler, FP 100 µg 2 kali sehari lewat DISKUS inhaler (GlaxoSmithKline), atau FF 25 µg, FF 50 µg, atau FF 100 µg setiap 1 kali sehari di malam hari melalui ELLIPTA inhaler. • Masing-masing menerima plasebo 2 kali sehari melalui DISKUS inhaller, kecuali kelompok anak dengan FP 100 µg, yang menerima plasebo sekali sehari lewati ELLIPTA inhaler. • Pengacakan dikelompokkan berdasarkan terapi ICS sebelumnya. • Setiap pagi dan malam hari PEF diukur dengan peak flow meter di eDiary • FEV1 diukur saat kunjungan klinik pada subset anak-anak di malam hari melalui spirometer elektronik, saat skrining, pengacakan, dan minggu ke-2, 4, 8, 12 ENDPOINTS • Endpoint primer adalah perubahan rata-rata dari awal PEF harian rata-rata predose setiap pagi selama minggu 1-12. • Efikasi sekunder endpoints diubah dari awal pada : 1. Kunjungan penelitian malam nelaui FEV1 pada akhir masa pengobatan (menggunakan LOCF untuk penghentian nilai-nilai FEV1 postbaseline yang hilang) 2. Persentase hari bebas rescue dan bebas gejala selama rata-rata masa pengobatan 3. Rata-rata harian PEF selama masa pengobatan 4. PEF pagi dan sore selama 7 hari terakhirmasa pengobatan 5. Jumlah penarikan karena kurang efikasi selama masa pengobatan. Penarikan karena kurangnya khasiat didefinisikan sebagai mencapai batas stabilitas PEF, penggunaan albuterol/ salbutamol, mengalami eksaserbasi asma klinis, atau memburuknya asma • Endpoints lainnya termasuk perubahan dari skor dasar childhood Asma Control Test (cACT) pada minggu ke-12 dan berubah dari baseline pada Kuesioner Mutu Anak Usia Dini, atau skor PAQLQ (S) pada miggu ke 12 ENDPOINTS • Sampel darah farmakokinetik (PK) dikumpulkan saat predose dan 20 – 40 menit post dose pada minggu ke-12 • Sampel plasma dianalisis untuk FF dengan spektrometri massa • Batas bawah kuantifikasi adalah 10 pg/mL • Variabel PK, konsentrasi maksimum, dan area di bawah kurva konsentrasi plasma selama 0 – 24 jam (AUC0-24) dinilai dengan analisis PK dari data waktu-konsentrasi plasma ENDPOINTS • Keamanan dan tolerabilitas endpoint meliputi : 1. Insiden efek samping selama minggu 1-12 2. Ekskresi kortisol urin 24 jam pada awal dan minggu ke-12 3. Pemeriksaan laboratorium pada skrining dan minggu ke-12 atau penarikan dini 4. Insiden eksaserbasi asma parah selama masa pengobatan 5. Tanda vital pada pengacakan dan pada minggu ke-2, 4, 8, dan 12, atau penarikan dini ANALISIS STATISTIK • Untuk memperhitungkan keragaman perbandingan pengobatan pada primary endpoint, perbandingan tiap dosis FF dengan plasebo diikuti dengan prosedur tes penurunan tertutup. • Untuk semua keberhasilan dan keselamatan endpoints, grup FP 100µg dibandingkan dengan plasebo untuk memberikan kontrol positif atau keberhasilan relatif. • Populasi PK terdiri dari anak pada populasi ITT yang PK sampelnya sudah dianalisa untuk FF. • Populasi PK analisis termasuk waktu konsentrasi data dari penelitian terbaru yang dikombinasikan dengan data dari 2 penelitian sebelumnya. ANALISIS STATISTIK • Primary efficacy endpoint kovarian, memperbolehkan untuk efek yang disebabkan oleh baseline morning PEF, wilayah, jenis kelamin, penggunaan prescreening ICS sebenarnya, usia, dan grup pengobatan pada ITT dan populasi PP. • Karena data hilang tidak diperhitungkan pada analisa ini, 5 analisis sensitif memeriksa efek dari data yang hilang : 1 analisis MMRM dan 4 multiple imputation sensitivity analysis. ANALISIS STATISTIK • Analisa statistik untuk endpoints kedua dengan ANCOVA dengan efek yang disebabkan oleh baseline, wilayah, jenis kelamin, usia, dan grup pengobatan. Untuk endpoints kedua juga menggunakan FEV1, MMRM, dan analisis Bayesian. • Analisis MMRM sebagai endpoints pertama. • Analisis Bayesian memeriksa kemungkinan distribusi dari perbedaan pengobatan setiap pengobatan aktif lawan plasebo. • Melalui FEV1 dan pagi dan malam PEF pada endpoint, data yang hilang diperhitungkan dengan menggunakan LOCF. • Pemograman dilakukan dengan SAS, versi 9.1.3 Disscusion • Pada penelitian ini terapi yang dihasilkan terhadap peningkatan signifikan secara klinis dan statistik dlm rata2 perubahan dasar PF pada pagi hari dibandingkan plasebo namun, tidak ada efek dosis permintaan yang dimunculkan pada grup terapi FF. • PEV menjadi pilihan dalam primari end point karena lebih mudah dilakukan pada anak- anak dibandingkan FFV1. • Dibandingkan dengan penelitian lainnya terhadap in health corticosteroid pada anak- anak perbedaan terapi membedakan perubahan rata-rata dari data dasar pada PEF pagi hari (12,5 - 19,5 liter /menit ) menunjukkan level yang sama pada peningkatan yang ada. • Hasil dari PEV dari penelitian kami mendesmonstrasikan efek terapi positif pada terapi paru namun, efek dari FFV1 masi belum jelas. • Hasil secondary end points mendukung primary end points namun, hubungan dengan kontrol asma dan gejala pada anak-anak itu sulit karena kontrol yang baik mengakibatkan aktivitas fisik yang meningkat. • Peluang yang besar pada anak-anak yang keluar dari penilitian ini karena kurangnya efikasi pada grup plasebo (35%) dibandingkan grup FF (14-19%) dan grup FP (14%). Hal ini menunjukkan disamping dari efek fungsi paru, FF adalah terapi yang berguna pada penelitian ini. • Terapi 1x sehari dengan FF dapat mudah ditoleransi dengan berbagai dosis. • Beberapa hal penting dalam penelitian ini termasuk didalamnya adalah: 1. Jumlah anak-anak yang besar 2. kesempatan untuk menilai 3 dosis FF 3. Inklusi positif ( FP ) dan negatif kontrol (plasebo) • Kelemahan penelitian : - Kecilnya peningkatan PEV dan FFV1 diakibatkan oleh sulitnya merekrut anak-anak dengan asma yang terkontrol,teknik spirometri dengan kualitas yang baik pada anak-anak, kombinasi angka yang besar pada pengeluaran. - Tidak mungkin untuk menentukan baik FF 1 kali sehari sama dengan FP 2 kali sehari. Hal ini ditentukan oleh penelitian non inferior yang harus dilakukan. Saran : Hasil dari penelitian ini menyarankan FF sebagai terapi efektif untuk anak-anak dengan ICA.