• Materialism
“Conceiving, thinking, the mental intercourse of man, appear at
(the earliest) stage are nothing but their material behavior”
• Dialectical Materialism
The Marxist theory that maintains the material basis of a reality
constantly changing in a dialectical process and the priority of
matter over mind
• Infrastructure-Superstructures
The mode of production of material life determines the general
character of the social, political, and spiritual processes of life
• Alienation & Surplus Value
Hukum dan Ideologi
• Tahap Teologis manusia adalah ”produk” dari proses kosmos yang dikendalikan
oleh gagasan-gagasan keagamaan. Proses, yaitu; anismisme dan fetisisme ,
politeisme kemudian menuju pada pemikiran monoteisme.
• Tahap Positivis tahap dimana manusia mulai berpikir secara ilmiah (Dasar bagi
masyarakat Industri).
Ciri-Ciri Positivisme
• mengutamakan fakta yang dapat diamati;
• didasarkan pada data empiris;
• tidak mencari atau menerima statu realitas yang lebih tinggi
atau diatas dunia inderawi;
• tidak mengenal adanya spekulasi;
• cenderung sekuler
a. Latar belakang
b. Hubungan Hukum dan Masyarakat (Sosiologis)
c. Perbedaan Sociological Jurisprudence dan Sosiologi
Hukum
d. Tokoh-tokoh (Ehrlich, Durkheim, Weber dan Pound)
e. Diskusi
A. Latar Belakang Hukum yang Berdimensi
Sosiologis
• Perkembangan ilmu pengetahuan dan metode ilmiah pada
abad XIX
Asumsi :
• Masyarakat homogen, ada konsensus nilai dan norma
Argumentasi:
• Hukum (=undang-undang) adalah hasil positivisasi atau
formalisasi saja dari apa yang selama ini dianggap telah
berlaku sebagai norma-norma dan/atau moral kebiasaan
melalui badan-badan berwenang.
B. Pandangan terhadap hubungan Hukum dan
Masyarakat (Non Legisme)
2. Pandangan Non Legisme Hukum: Hukum tidak (selalu cermin)
masyarakat; hukum bisa juga konflik dengan masyarakat
Argumentasi :
• Hukum (=Peraturan perundang-undang) didoktrinkan agar
memberi kepastian; padahal:
• Masyarakat adalah realitas yang selalu berubah, lain dulu lain
sekarang; konflik selalu ada antara the conservative dan the
progressive
• Masyarakat adalah realitas yang berbeda dari tempat ke
tempat; masalah cultural dan legal gaps
C. Perbedaan antara Sociological Jurisprudence
dengan Sosiologi Hukum
• Pendekatan hukum yang berdimesi sosiologis diajarkan melalui dua ilmu
yang berbeda pijakan ilmunya.
• 1. Pendekatan Sosiologis Tentang hukum Praktek di negara-negara
Eropa Kontinental pendekatan ini diajarkan dalam Ilmu Sosiologi Hukum.
• 2. Pendekatan Hukum terhadap Sosiologi Praktek di Amerika Serikat
pendekatan ini diajarkan dalam Ilmu Sociological Jurisprudence.
• Topik pembahasannya identik, tetapi dari segi cabang ilmu pengetahuan
berbeda
• Sociological Jurisprudence merupakan cabang dari Ilmu Hukum Normatif
yang ruang lingkupnya berkaitan dengan pembentukan hukum dan
pelaksanaan hukum agar lebih efektif.
• Sosiologi Hukum adalah cabang Ilmu Sosiologi yang pada dasarnya
merupakan salah satu ilmu deskriptif dan bersifat empiris.
D. Tokoh – Tokoh Sociological Jurisprudence
• Suatu tatanan dapat disebut sebagai hukum, apabila secara eksternal ada
jaminan bahwa hukum tersebut dapat dipaksakan (fisik dan psikologi)
yang diterapkan oleh badan khusus
• Adanya pengaruh politik, agama dan ekonomi terhadap perkembangan
hukum dan ilmu hukum
• Tipe Otoritas
• Otoritas Tradisional Kepercayaan akan nilai-nilai yang sudah mapan dan
selalu ada
• Otoritas Kharismatis Dikendalikan oleh orang-orang yang mempunyai
kepribadian yang luar biasa
• Otoritas Legal-Rasional Otoritas yang bersumber pada sistem hukum
D. Tokoh – Tokoh Sociological Jurisprudence
-Bottom up
-Concerned about the poor
-Centrality of the legal system (to some extent)