Anda di halaman 1dari 59

TRAUMA AND CRITICAL

CARE IN PREGNANCY
Program Studi Ilmu Keperawatan UNSRI
Perubahan
fisiologis wanita
hamil :

- Cardiovascular
- Pulmonary
- Gastrointestinal
- Hematologic

2
Pulmonary

Pada kehamilan terjadi perubahan pada paru paru dengan peningkatan TIDAL VOLUME dan penurunan
FRC ( Functional residual capacity)

Tidal volume menurun sekitar 40%

Penurunan FRC menyebabkan kecenderungan terjadinya atelektasis

Kebutuhan O2 meningkat sekitar 30-40 ml/men

Pa CO2 menurun sekitar 30 Torr, pH tidak berubah dgn kompensasi penurunan serum bicarbonate
Cardiovascular

Volume darah meningkat pada tiap trimester kehamilan

Cardiac output meningkat 30-50% terutama pada trimester pertama yg


berarti peningkatan stroke volume dan heart rate

Penurunan cardiac output 25-30% pada trimester ketiga saat berbaring


terlentang, karena adanya gangguan venous return.

CVP normal,peningkatan Cardiac output dan tekanan darah menurun pd


trimester kedua , ds menyebabkan penurunan SVR (Systemic vascular
resistance)
GASTROINTESTINAL

Perubahan hormonal dan anatomi mempengaruhi


perubahan traktus digestivus

Penurunan tekanan sfingter esophagus bag bawah,


menyebabkan peningkatan reflux gastoesophageal dan
menyebabkan peningkatan kemungkinan terjadinya
aspirasi

Memburuknya fungsi motorik lambung menyebabkan


adanya mual dan muntah
HEMATOLOGI

Peningkatan plasma 40-60% pd trimester ketiga diikuti peningkata


sel darah merah hanya 25%, sehingga terjadi anemia karena
dilusi sehingga kadar Hb lebih rendah, leukosit meningkat sampai
10.000 sel/ mm3 dan terjadi penurunan sedikit thrombosit.

Terjadi peningkatan semua faktor pembekuan kecuali faktor XI


dan XIII,fibrinogen meningkat (600 mg/dl) pd kehamilan aterm,
disebut abnormal bila < 400 mg/dl. Waktu perdarahan dan waktu
pembekuan dalam batas normal. Pada keadaan hiperkoagulasi
akan meningkatnya risiko thromboembolisme.
Trauma In Pregnancy

Trauma Mayor
Meliputi lecet, laserasi dan kontusio, biasanya
disebabkan oleh benturan terhadap abdomen dan
sering karena kecelakaan lalulintas. Insiden
meningkat setelah 32 minggu kehamilan (kurang
keseimbangan, lelah, hipotensi, hiperventilasi)

Trauma Minor
Wanita yg mengalami trauma mayor sering dalam
kondisi kritis

KGD II PSIK FK UNSRI 7


Trauma Pelvis
Cedera vulvovagina
d/ : pemeriksaan panggul untuk menilai luasnya cedera
Terapi :
Pengangkatan benda-benda asing
Debridement atau penutupan luka
Insisi dan drainase hematoma dgn ligasi pd tempat
perdarahan
Tampon k/p
Profilaksis tetanus

KGD II PSIK FK UNSRI 8


Antibiotik untuk luka terkontaminasi


Persalinan : pada hampir setiap kasus akan cepat


sembuh dan tidak mengganggu persalinan
pervaginam. Bila tidak seksio sesaria diindikasikan
pd kasus2 ini

KGD II PSIK FK UNSRI 9


Fraktur pelvis
Banyaknya darah yg hilang dan penatalaksanaannya akan
dipengaruhi o/ :
Kekuatan yg menyebabkan terjadinya fraktur
Banyaknya garis fraktur pd gelang panggul
Derajat dislokasi fraktur
Diagnosis :
Pemeriksaan ortopedi
Foto rontgen
Pem, uretra atau kandung kemih

KGD II PSIK FK UNSRI 10


Terapi :

Kehamilan 30 mggu atau lebih, dpt diobati dan


direncanakan persalinan pervaginam kecuali fraktur
pelvis dimana fiksasi ortopedi dan imobilisasi akan
terganggu oleh persalinan pervaginam yg
diindikasikan SC segera

Kehamilan <30mggu, bila tidak ada indiikasi u/


laparotomi :
Obati fraktur, obati kelainan prematur, lahirkan
pervaginam pd dekat kehamilan aterm

KGD II PSIK FK UNSRI 11


Cedera abdomen

Diagnosis : pemeriksaan, foto rontgrn, pem. Luka, pem.


Lab (hitung darah lengap, penentuan golongan darah &
uji silang, elektrolit serum, BUN, glukosa, amilase dan
lipase
Penatalaksanaan :
laparotomi mutlak bila ada tanda : Perdarahan
intraabdominal, Perforasi atau iritasi peritonium, Ruptur
alat dalam, Solusio plasenta, Hematoma peritoneal yg
luas
Observasi : bila tak satupun kelainan di atas ditemukan
(TTV, DJJ,, pem.pelvis & abdomen, pem lab)

KGD II PSIK FK UNSRI 12


TRAUMA IN PREGNANCY

Treatment priorities for the pregnant patient with


trauma are the same as those for nonpregnant
patients.

The unique changes during clinical assessment,


The height of uterus is roughfly at the symphysis pubis

at 12 weeks, the umbilicus at 20 weeks, then the


height increases by 1 cm/week thereafter up to 36-40
weeks
Late in pregnancy there can be widened symphysis

pubis and widened sacroilliac joints


TRAUMA IN PREGNANCY

The neurologic symptoms of eclampsia may mimic head injury

The initial abdominal assessment of the pregnant patient is


complicated by the gravid uterus. Venocaval compression can
contribute to hypotension by restricting the return of blood to the
heart. Usually the patient placed in the left lateral decubitus
position

The spinal injury elevation of the right hip should be done


manually to displace the uterus to the left
TRAUMA IN PREGNANCY

The pregnant patient can lose up to 35% of blood volume


before tachycardia, hypotension and other sign of
hypovolemia.

The fetus may actually be in a state of hypoperfusion


while the mother’s condition seems stable. An
assessmentof the fetal heart rate is essential to the initial
survey, use fetoscope or doppler fetoscope. A
conventional stetoscope can be use auscultate the fetal
heart rate in the 3rd trimester (normal 120-130
beats/min). A minimum 4 hours of fetal monitoring is
necessary after trauma.
TRAUMA IN PREGNANCY

Secondary assessment should evaluate uterine


irritability (spasm of the uterus), fetal heart rate,
fetal movement, and pelvic examination.

If there is blood from vagina a qualified experienced


person should do a speculum exam. It is
contraindicated to do a vaginal manual exam with
the possibility of placenta previa.
TRAUMA IN PREGNANCY

Definitive care of the pregnant trauma patient


includes adequate hemodynamic and respiratory
resuscitation, stabilization of the mother, continued
fetal monitoring and radiographic studies as
necessary, in addition to obstetric, critical care and
surgical consultation.
Asuhan Keperawatan

Pengkajian :

Jalan napas yg adekuat, pola napas


Status kardiovaskuler

Tingkat perlukaan/keadaan perlukaan


Area yg terkena injury


Potnsial fraktur

Status fetal

Status uteroplasenta

R/ kes. Prenatal

Reaksi ibu& keluarga, emosional, orientasi, intelektual

KGD II PSIK FK UNSRI 18


Diagnosa Keperawatan

Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d


kehilangan cairan secara abnormal sekunder thdp
perdarahan

Nyeri akut b.d…


Ansietas b.d….

Kerusakan integritas kulit b.d….


Resiko injury b.d…..

KGD II PSIK FK UNSRI 19


Tujuan Akhir

Ibu sesegera mungkin menerima life support &


perawatan darurat

Pasien menerima oksigen yg adekuat, perdarahan


terkontrol

Nyeri pasien berkurang secara adekuat


Komplikasi yg mungkin terjadi dpt dideteksi seawal


mungkin

Pasien & keluarga mengerti, menerima &


mengekspresikan perasaan mereka

KGD II PSIK FK UNSRI 20


Intervensi Keperawatan

Pemeliharaan jalan napas dan sirkulais optimal


Kontrol perdarahan (kaji perdarahan eks & internal)
Immobilisasi pd fraktur ekstermitas
Berikan terapi cairan iv & transfusi k/p
Monitor VS, DJJ
Inspeksi perineum (perdarahan, cairan amnion)
Monitor status neurologik
Berikan terapi oksigen

KGD II PSIK FK UNSRI 21


Observasi AGD

Observasi warna kulit


Kaji adanya taruma fetal, kelainan prematur


Hindari posisi uterus lateral & ibu tidak dlm posisi


supinasi

Pelihara intake output


Monitor hasil lab


Berikan posisi nyaman, identifikasi personal support

KGD II PSIK FK UNSRI 22


HYPERTENSIVE DISORDERS

HELLP SYNDROME

• SEVERE ASTHMA

PERIPARTUM CARDIOMYOPATHY • SEPTIC PELVIC


THROMBOPHLEBITIS

THROMBOEMBOLIC DISEASE • ADVANCED LIFE SUPPORT


IN PREGNANCY
HYPERTENSIVE
DISORDERS
Preeclampsia

Diagnosis didasarkan pada hipertensi yg ditandai dengan adanya


proteinuria, edema atau keduanya paa kehamilan diatas 20 minggu.

Dikelompokkan dalam katagori berat bila;


Pada saat istirahat sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg

Proteiuria > 5 g/24 jam, oliguria < 400 ml/24 jam


Gangguan cerebaral dan visual


Edema paru atau sianosis


Nyeri epigastrik atau kuadran atas kanan


Memburuknya fungsi hepar


Thrombositopenia atau DIC


ECLAMPSIA

Adalah preeclamsia yang disertai dengan kejang, keadaan


ini sering diketemukan pada kehamilan dgn hipertensi

Thrombositopenia, DIC, perdarahan intraserebral, gagal


ginjal, HELLP syndrome adalah keadaan yg sering
menyertai preeclampsi atau eclampsia

Eclampsia sering muncul pada saat sebelum persalinan


atau 2 hari pasca persalinan
PENANGANAN

Pasien eclampsia dan preeclampsia berat memerlukan perawatan di RS

Pemberian magnesium sulfat, monitoring keadaan ibu dan janin, rujuk kepada dokter
kebidanan

Kemungkinan memerlukan rawat ICU atau dilakukan pengakhiran kehamilan


(pertimbangkan usia kehamilan)

Hal penting yg harus dilakukan adalah pemberian oksigen dan meminimalkan


kemungkinan terjadinnya aspirasi
PENANGANAN

Pencegahan kejang; Mg SO4 (29% sol) im atau iv diberikan pd


preeclampsia. Terutama bila diastolik sdh> 100 mmHg atau terjadi visual
bluring, atau hyperefleksia.

Pemberian Mg SO4 iv dengan loading dose 4 gr kemudian diikuti dgn infus


1-2 gr perhari. Pengecekan dalam 2-4 jam apakah terjadi peningkatan
refleks. Kadar diharapkan 4-7 meq/l dan monitor frek nafas, urine output
dan refleks. Kadar > 7 meq/l akan menyebabkan keracunan/ toksik yg
menganggu respirasi dan kardiovaskular. Bila urine output atau refleks
menurun maka kurangi kecepatan infus dan untuk mengatasi keracunan
Mg SO4 berikan Ca glukonas 1 gr i.v.
Penanganan

Terapi thd tekanan darah adalah dgn menurunkan


tek darah dan pasien stabil tdk perlu menjadi normal
.

Pemberian anti hipertensi menyebabkan tekanan


darah menurun dgn cepat yg menyebabkan stree pd
janin.dapat diberikan hydralazine atau labetolol.
Jarang diberikan beta bloker atau diuretika
pemberian cakcium channel bloker diberikan
dengan pengawasan . ACE inhibitor kontraindikasi,
nitroprusid tdk diberikan
Penanganan

Edema paru baik kardiak atau nonkardiak dpt terjadi pd preeclampsia berat. Pemberian
terapi O2 untuk mempertahankan PaO2 > 70 torr agar O2 utk janin cukup. Bila
diperlukan intubasi dan moda ventilasi dgn positif pressure.

Intubasi dilakukan hati2 karena adanya risiko aspirasi, penigkatan hypoksemia, edema
pharynx. Ukuran ETT yg lebih kecil biasa dipilih (6 atau 6,5)

Pada edema paru maka restriksi cairan harus dilakukan segera dan pemberian diuretik.

Oliguria sering pd eclampsi atau preeclampsia berat, maka perlu pemberian cairan , bila
tdk ada response maka monitoring hemodinamik secara invasive diperlukan. Vasodilator
mungkin diperlukan bila intravaskular cukup adekuat.
HELLP
SYNDROME
Hellp

H – hemolysis ( Apus darah tepi abnormal, total


bilirubin >1,2 mg/dl, serum lactat
dehydrogenase/LDH > 600 U/l

E - elevated , L – Liver enzymes : Aspartate


aminotransferase (AST) > 70 U/l atau LDH > 600U/l

L-low, P –platelet count < 100.000/ mm3


HELLP

Syndroma ini manifestasi klinisnya tdk spesifik misalnya nyeri epigastrik,


nyeri quadrant atas kanan abdomen, malaise, nausea dan muntah

Biasanya pd usia kehamilan 27-36 minggu, munkin juga postpartum.


Preeclampsi sering terjadi sebelum HELLP syndrome. Tetapi sepertga kasus
HELLP terjadi tanpa adanya hipertensi

HELLP syndrome adalah bagian dari fibrinolysis atau hemolysisi pd


preeclampsia. Thrombocytopenia, DIC, perdarahan intracerebral , gagal
ginjal dan HELLP berbeda manifestasi , kadang@ spt Fatty liver shg pem
laboratorium penting
PERIPARTUM
CARDIOMYOPATHY
Manifestasi klinik

Biasanya 1 bulan setelah melahirkan, beberapa


kasus didapatkan 6 bulan setelah melahirkan

Severe dyspne, progrssive orthopnea, paroxysmal


nocturnal dyspnea

Cardiomegaly (pd X ray), pulmanary hypertension,


murmur, Jugular vein distention, cyanosis, clubbing,
arrhytmmia
MANAGEMENT

X ray, EKG

Echocardiogram

Bedrest

Restriksi sodium

Diuretic atau vasodilator bl perlu


Anticoagulant mungkin diperlukan


THROMBOEMBOLIC
DISEASE
MANIFESTASI KLINIK &
MANAGEMENT

Faktor signifikan penyebab kematian ibu.

Pada periode post partum x dari angka kejadi ibu tdk hamil

Pada pasien wanita African American yg hamil terdapat peningkatan


risiko pd kasus kelahiran melalui sectio cesaria atau pada opersi
pervaginam

Suspek terjadinya emboli paru diperlukan pemberian heparin


SEVERE ASTHMA

Diberikan O2 suplement

Pada serangan athma dpt diberikan inhaled beta agonist dan systemic steroids
(pemberian parenteral cukup aman

Septic pelvic thrombophlebitis

Dikarenakan bekuan di vena pelvis pada periode peripartum .

Pemberian heparin dan antibiotik dalam penanganan


Prinsip Dasar

Empat penyebab utama kematian ibu :


Perdarahan

Infeksi dan sepsis


Hipertensi dan preeklamsi/eklamsia


Persalina macet (distosia)

KGD II PSIK FK UNSRI 41


Manifestasi klinik kasus gawat darurat teb berbeda2 dlm
rentang yg cukup luas :

Kasus perdarahan, dapat bermanifestasi mulai dari


perdarahan berwujud bercak, merembes, profus, sampai
syok

Kasus infeksi dan sepsis, dapat bermanifestasi mulai dari


pengeluaran cairan pervaginam yang berbau, air
ketuban hijau, demam, sampai syok

Kasus hipertensi dan pre eklamsia/eklamsia dapat


bermanifestasi mulai dari keluhan sakit/pusing, bengkak,
penglihatan kabur, kejang, sampai koma

Kasus persalinan macet dapat merupakan manifestasi


ruptur uteri

KGD II PSIK FK UNSRI 42


Prinsip Umum Penanganan
Perdarahan

Tujuan utama pengobatan syok :


Menstabilkan kondisi pasien


Meperbaiki volume cairan sirkulasi darah


Mengefisienkan sistem sirkulasi darah

KGD II PSIK FK UNSRI 43


Tanda syok awal :

Pasien sadar, nampak ketakutan


nadi cepat 110x/mnt atau lebih


Pernapasan cepat 30x/mnt atau lebih


Pucat, kulit basah


TD menurun, sistolik ,90mmHg


Paru-paru bersih

Ht 26% atau lebih


Hemoglobin 8 g% atau lebih


Produksi urin <30cc/jam

KGD II PSIK FK UNSRI 44


Tanda syok lanjut :

Pasien nampak kebingungan atau tidak sadar


Nadi sangat cepat dan lemah


Pernapasan cepat dan dangkal


Pucat

TD sangat rendah

Gagal jantung, edema paru


Ht <26%

Hb <8g%

Produksi urin tidak ada

KGD II PSIK FK UNSRI 45


Penanganan Awal

Tindakan umum
Bebaskan jalan napas
Vital sign
Tinggikan ekstremitas bawah
Hindari pemberian minum
Oksigen 6-8 L
Cairan : larutan isotonik iv 1L/20 menit, ukur pdroduksi urin
Transfusi darah : bila Hb<7 g%
Laboratorium, gol darah, hb, ht, ureum, kreatinin, pH,
elektrolit

KGD II PSIK FK UNSRI 46


Menilai Respon Infus Cairan
Setelah 20-30 Menit

Tanda2 stabilisasi :

Kesadaran membaik

TD sistolik meningkat

Produksi urin > 100ml/4 jam


Hematokrit membaik

KGD II PSIK FK UNSRI 47


Penanganan Syok Perdarahan
Selanjutnya

Setelah 20-30 menir, kondisi pasien dinilai sudah


stabil atau belum. Tanda2 jika pasien sudah stabil :

TD mulai naik, sistolik mencapai 100mmHg


Denyut jantung stabil


Kondisi mental membaik


Produksi urin bertambah

KGD II PSIK FK UNSRI 48


Prinsip Umum Penanganan
Infeksi Akut Kasus Obstetri,
Sepsis dan Syok Septik

Penyebab utama (70%) syok septik : organisme gram


negatif (e coli,lebsiella pneumonia, serratia, enterobacter
dan pseudomonas.

Sering terjadi pd orang dgn ggn imunitas dan usia tua

KGD II PSIK FK UNSRI 49


Penilaian Infeksi akut, Sepsis,
dan Syok Septik

Tentukan kasus dalam kondisi demam atau tidak


Tentukan kasus dlmm kondisi syok atau tidak


Cari faktor predisposisi


Tentukan sumber infeksi

KGD II PSIK FK UNSRI 50


Penanganan Awal

Tindakan umum :
Monitor vital sign
Pastikan jalan napas tidak tersumbat
Posisikan kepala miring
Hindari hipotermi
Pemberian oksigen:
Oksigen diberikan jika kondisi pasien tidak stabil (6-8L/mnt)
Pemberian cairan iv :
Diberikan pada psien yg tidak stabil
Diuretik diberikan pada edema paru

KGD II PSIK FK UNSRI 51


Pemberian antibiotik
Berikan antibiotik berspektrum luas
Antibiotik diberikan dlm bentuk kombinasi agar diperoleh
cakupan luas
Antibiotik yg dipilih pd kasus kehamilan/persalinan dgn janin
hidup ialah penisilin dan derivatnya termasuk ampisilin,
kemudian sefalosporin dan eritromisin
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah
Hb,Ht, gol darah & cross match
Darah lengkap
Kemungkinan DIC
Serum lactat dehidrogenase meningkat pd asidosis metabolik
Kultur darah
AGD
Pemeriksaan urin
KGD II PSIK FK UNSRI 52
Penanganan selanjutnya

Kondisi pasien bisa menjadi buruk dalam waktu yang


singkat. Pemantauan kondisi menjadi sangat pentin
melalui vital sign, kondisi mental dan hasil
laboratorium guna memperoleh gambaran
pertukaran gas, perfusi jaringan otak,
kardiopulmonar dan ginjal adekuat.

KGD II PSIK FK UNSRI 53


KGD II PSIK FK UNSRI 54
Perfusi jaringan berkurang

Ggn pertukaran gas dlm jaringan


Beri O2

Pantau : pernapasan, gas darah arteri dan SaO2,


kondisi mental

Pertukaran gas adekuat : teruskan O2


Pertukaran gas tidak adekuat : intubasi, ventilasi


mekanik

KGD II PSIK FK UNSRI 55


Hipovolemia fungsional

Penurunan perfusi jaringan otak, kardiopulmoner


dan ginjal

Infus cairan NaCl 0,9% atau RL


Pantau : pernapasan, ECG untuk aritmia dan


iskemia, kondisi mental

Perfusi jaringa adekuat :teruskan infus cairan, beri


diuretik

Perfusi jaringan tidak adekuat : infus koloid atau


kristaloid, beri vasopressor

KGD II PSIK FK UNSRI 56


Kerusakan sel dan jaringan

Beri antibiotik, obat imunosupresi dihentikan


Pantau : vital sign, darah lengkap, kultur darah


Terapi adekuat : teruskan antibiotik


Terapi tidak adekuat : ganti antibiotik


Anemia berat : transfusi darah


Neutropenia berat : transfusi granulosit

KGD II PSIK FK UNSRI 57


Prinsip Umum dalam Merujuk
Kasus Gawat Darurat Obstetri

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :


Stabilisasi pasien
Pemberian oksigen
Pemberian cairan infus IV dan transfusi darah
Pemberian obat-obatan
Unsur pokok dlm resusitasi/persiapan merujuk :
Penanganan pernapasan dan pembebasan jalan napas
Kontrol perdarahan
Pemberian cairan iv
Kontrol nyeri

KGD II PSIK FK UNSRI 58


Prinsip umum dlm merujuk adalah pasien harus


didampingi oleh tenaga terlatih, jaga kondisi tetap
hangat, posisi kaki lebih tinggi. Ringkasan kasus harus
disertakan : riwayat penyakit, penilaian kondisi pasien,
tindakan atau pengobatan yg telah diberikan dan
waktunya, keterangan lain yg perlu dan yg ditemukan
berkaitan dgn kondisi pasien

KGD II PSIK FK UNSRI 59

Anda mungkin juga menyukai