Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK 5

AFRILINA PRABAWASTI (01)


ANANDA DIAN FIRDAUS (03)
ANDREA SAFITRI PRASETYO (04)
HERTINA RAHMANINGTYAS (13)
LEBBY WILAYATI (17)
PRATIWI DWI LIBRIANA (28)
SELINDA PUSPITASARI (34)
Perlawanan Aceh Terhadap
Portugis
A. Latar Belakang

Sebelum kedatangan bangsa Eropa, masyarakat di


wilayah Nusantara hidup dengan tenteram di bawah
kekuasaan raja-raja.
Kedatangan bangsa-bangsa Eropa di Indonesia mula-
mula disambut baik oleh bangsa Indonesia, tetapi lama-
kelamaan rakyat Indonesia mengadakan perlawanan karena
sifat-sifat dan niat-niat jahat bangsa Eropa mulai terkuak
dan diketahui oleh bangsa Indonesia.Perlawanan-
perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia disebabkan
orang-orang Barat ingin memaksakan monopoli
perdagangan dan berusaha mencampuri urusan kerajaan-
kerajaan di Indonesia.
Setelah Malaka dapat dikuasai oleh Portugis 1511, maka
terjadilah persaingan dagang antara pedagang-pedagang Portugis
dengan pedagang di Nusantara. Portugis ingin selalu menguasai
perdagangan, maka terjadilah perlawanan-perlawanan terhadap
Portugis.
Sejak Portugis dapat menguasai Malaka, Kerajaan Aceh
merupakan saingan terberat dalam dunia perdagangan. Para pedagang
muslim segera mengalihkan kegiatan perdagangannya ke Aceh
Darussalam.
Keadaan ini tentu saja sangat merugikan Portugis secara
ekonomis, karena Aceh kemudian tumbuh menjadi kerajaan dagang
yang sangat maju. Melihat kemajuan Aceh ini, Portugis selalu berusaha
menghancurkannya, tetapi selalu menemui kegagalan.
B. Proses perlawanan Aceh
terhadap Portugis
Pada Tahun 1523 melancarkan serangan dibawah pimpinan
Henrigues dan diteruskan oleh de Sauza pada tahun berikutnya. Namun
perlawanan yang dilakukan selalu menemui kegagalan. Maka, untuk
melemahkan Aceh, Portugis melancarkan serangan dengan
mengganggu kapal-kapal dagang Aceh. Selain mengganggu pedagangan
rakyat Aceh, Portugis juga ingin merampas kedaulatan Aceh. Hal itu
membuat rakyat Aceh marah dan akhirnya melakukan perlawanan.
Usaha-usaha Aceh Darussalam untuk mempertahankan diri dari
ancaman Portugis, antara lain:
• Aceh berhasil menjalin hubungan baik dengan Turki, Persia, dan
Gujarat (India),
• Aceh memperoleh bantuan berupa kapal, prajurit, dan makanan dari
beberapa pedagang muslim di Jawa,
• Kapal-kapal dagang Aceh dilengkapi dengan persenjataan yang
cukup baik dan prajurit yang tangguh,
• Meningkatkan kerja sama dengan Kerajaan Demak dan Makassar.
Semangat rakyat Aceh untuk mengusir Portugis dari Aceh sangatlah
besar. Puncaknya adalah pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda
(1607-1636). Sultan Iskandar Muda mencoba menambah kekuatan dengan
melipatgadakan kekuatan pasukannya, angkatan laut diperkuat dengan kapal-
kapal besar yang berisi 600-800 prajurit, pasukan kavaleri dilengkapi dengan
kuda Persia, menyiapkan pasukan gajah dan milisi infanteri.

Perlawanan terus dilakukan. Permusuhan antara Aceh dan Portugis


berlangsung terus tetapi sama-sama tidak berhasil mengalahkan, sampai
akhirnya Malaka jatuh ke tangan VOC tahun 1641.
VOC bermaksud membuat Malaka menjadi pelabuhan yang ramai
dan ingin menghidupkan kembali kegiatan perdagangan seperti yang pernah
dialami Malaka sebelum kedatangan Portugis dan VOC.
Kemunduran Aceh mulai terlihat setelah Iskandar Muda wafat dan
penggantinya adalah Sultan Iskandar Thani (1636–1841).
Pada saat Iskandar Thani memimpin Aceh masih dapat
mempertahankan kebesarannya. Tetapi setelah Aceh dipimpin oleh Sultan
Safiatuddin 91641–1675) Aceh tidak dapat berbuat banyak mempertahankan
kebesarannya
C. Akibat

Setelah Aceh mengalami kekalahan perang yang berkali-


kali membuat Aceh tidak mempunyai pengaruh lagi
diperdagangan dan pengaruh di kerajaan di tanah Melayu dan
membuat Portugis semakin besar, walaupun Aceh kalah perang
dengan Portugis tapi Aceh tidak bisa dikuasai oleh Portugis.

Anda mungkin juga menyukai