Anda di halaman 1dari 15

Sumber data : BPS

Pertumbuhan Kendaraan
sekitar 6% per tahun

Share Angkutan umum


rata-rata 14 %
KONDISI EKSISTING

1. Tingginya tingkat penggunaan kendaraan pribadi mengakibatkan


penggunaan ruang jalan tidak efektif & efisien sehingga
mengakibatkan kemacetan lalu lintas (traffic congestion).

2. Belum memadainya kualitas pelayanan angkutan umum (public


transport).

3. Peningkatan pencemaran udara sebagai akibat meluasnya


kemacetan lalu lintas di kawasan Jabodetabek (environment).

4. Rendahnya disiplin berlalu lintas, antara lain : Persimpangan,


Terminal, Halte, Parkir (Low Enforcement).

5. Tingginya kecelakaan lalu lintas terutama kecelakaan sepeda


motor sebagai akibat dari penggunaan sepeda motor yang
meningkat dari tahun ke tahun (traffic accident).
2
2
ARAH PENGEMBANGAN TRANSPORTASI
PERKOTAAN DAN PROGRAM RUEN
BIDANG TRANSPORTASI DARAT
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

SASARAN KEBIJAKAN

1. Pembenahan regulasi dan pemantapan


kapasitas institusi
2. Pemantapan rencana dan pembangunan
prasarana transportasi
3. Peningkatan kelancaran lalu lintas
4. Keberpihakan pada penggunaan dan
pengembangan angkutan umum
5. Mengurangi dampak negatif dari transportasi
SASARAN ARAH PENGEMBANGAN
TRANSPORTASI PERKOTAAN

 Meningkatkan Modal Share Angkutan Umum

 Mengurangi Waktu Tempuh

 Mengurangi Tingkat Kemacetan

 Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca


FOKUS: 3 PILAR KEBIJAKAN (Push – Pull Policies)
1 2 3

Peningkatan
Peningkatan Peningkatan
Kinerja Lalu
Peran Angkutan Kualitas Lingkungan
Lintas
Umum

Penyediaan Sarana Angkutan


Umum Perkotan Berbasis Bus Peningkatan Kinerja Ruas Jalan di Penyediaan Alat Monitoring Kualitas
Wilayah Perkotaan Udara di Wilayah Perkotaan
Penyediaan Prasarana Fasilitas
Pendukung Angkutan Umum Penerrapan Teknologi Informasi Penerapan Teknologi APILL dan PJU
Perkotaan Untuk Kepentingan Lalu Lintas Berbasis Tenaga Surya

Penyedian Fasilitas Integrasi Penerapan Manajemen Kebutuhan Pemanfaatan Bahan Bakar Alternatif
Moda Lalu Lintas (Traffic Demand
Managemnet) Penyediaan Fasilitas Pejalan Kaki
Penyedian Sistem Informasi
Angkutan Umum (Public
Transport Information System) Pelaksanaan ANDALALIN Penyediaan Jalur Sepeda di Wilayah
Perkotaan
Sosialisasi Penataan Angkutan Sosialisasi Kebijkan MRLL
Umum Sosialisasi Transportasi Ramah
Lingkungan

3 Pilar kebijakan dilaksanakan secara paralel (dalam satu paket kebijakan)


untuk menuju keberhasilan transportasi perkotaan yang berkelanjutan
PROGRAM-PROGRAM UNGGULAN
TRANSPORTASI PERKOTAAN
1. Pembangunan dan Pengembangan BRT (Bus Rapid Transit) 
Sarana & Prasarana
2. Pembangunan Fasilitas Integrasi Angkutan Umum (Integrasi Fisik,
Pelayanan dan Tiketing)
3. Pembangunan dan Pengembangan Sistem APILL Terkoordinasi
(Area Traffic Control System/ATCS)
4. Pengembangan Kawasan Tertib Lalu Lintas dan Angkutan
5. Pembangunan dan Pengembangan Fasilitas Pejalan Kaki dan
Kendaraan Tidak Bermotor (Pesepeda)
6. Pembangunan Angkutan Pemadu Moda
7. Pengembangan Angkutan Perkotaan Perintis/Pelajar/Mahasiswa
PROGRAM RUEN BIDANG TRANSPORTASI DARAT

1. Mengembangkan sistem angkutan umum massal (KA dan bus) sehingga


share angkutan umum meningkat menjadi 30% pada 2025
2. Memperbaiki manajemen transportasi dengan membangun Intelligent
Transport System (ITS) di 24 kota dan Area Traffic Control System (ATCS) di
50 lokasi
3. Akselerasi pengembangan transportasi massal dan kendaraan pribadi
pengguna gas dengan target mencapai 282 MMSCFD
4. Mengembangkan kebijakan pemanfaatan sumber energi matahari untuk
tranportasi dan membangun listrik tenaga surya pada fasilitas transportasi
(terminal, stasiun, pelabuhan, bandara, dll)
IMPLEMENTASI DAN LANGKAH-LANGKAH
YANG TELAH DILAKUKAN
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

MAMPU MEMBERI PELAYANAN YANG SETARA DENGAN ANGKUTAN PRIBADI DAN MEMILIKI DAYA TARIK
YANG TINGGI BAGI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI

Integrasi antar moda yang aksesibel

Sistem informasi penumpang yang jelas untuk semua


tingkatan perjalanan

Penerapan sistem tiket yang komprehensif

Angkutan umum yang memenuhi SPM (Standar Pelayanan


Minimal)
Manajemen operasi yang mampu meningkatkan keteraturan, waktu
perjalanan yang singkat, mekanisme transfer yang baik, biaya
operasi yang efisien 10
IMPLEMENTASI INTEGRASI SMART CARD PADA BRT
BIS TRANSJOGJA – KERETA API – BIS BATIK SOLO TRANS

MODA

TRANS JOGJA PRAMBANAN EXPRESS BATIK SOLO TRANS

READER

E MONEY INTEGRATION
Pengembangan Area Traffic Control Sistem /
Intelligent Transport System/ITS
• Intelligent Transport System/ITS adalah penerapan teknologi maju di
bidang elektronika, komputer dan telekomunikasi untuk membuat
prasarana dan sarana transportasi lebih informatif, lancar, aman dan
nyaman sekaligus ramah lingkungan.
• TUJUAN
a. membuat sistem transportasi yang mempunyai kecerdasan, sehingga
dapat membantu pemakai transportasi dan pengguna transportasi
untuk mendapatkan informasi,
b. mempermudah transaksi,
c. meningkatkan kapasitas prasarana dan sarana transportasi,
d. mengurangi kemacetan atau antrean,
e. meningkatkan keamanan dan kenyamanan,
f. mengurangi polusi lingkungan,
g. mengefisiensikan pengelolaan transportasi.
ITS MASTERPLAN DI INDONESIA

Traveler information services


ATCS Public transportation
services

ITS Master Plan


Electronic payment
system Commercial vehicle
operation services

Vehicle control and safety Emergency management


services services
PEMANFAATAN BAHAN BAKAR GAS
UNTUK ANGKUTAN UMUM
 2007-2008: 2.575 unit converter kit untuk Taxi di Jakarta.
 2009: 1.667 unit converter kit untuk angkot di Palembang (666
unit) dan Bogor (1.001 unit)
 2010: 450 unit converter kit untuk angkot di Kota Surabaya
 2011: 400 unit converter kit untuk angkot di Jakarta & Depok
 2012: Dilaksanakan oleh Kementerian ESDM
 2013: Dilaksanakan oleh Kementerian Perindustrian & ESDM
 s.d 2015 : 519 unit Bus Way dan 7000 bajaj di Jakarta
 Total : 12.611 kendaraan berbahan bakar gas

14
KENDALA PEMANFAATAN BAHAN BAKAR GAS UNTUK
ANGKUTAN UMUM

1. Tidak adanya jaminan pasokan gas


2. Tidak adanya jaminan harga untuk jangka waktu tertentu
3. Kualitas gas yang kurang bagus (Kadar air dalam gas cukup tingi)
4. Biaya investasi sangat mahal (prasarana, peralatan, convertion kit)
5. Kurangnya infrastruktur serta terbatasnya SPBG
6. Kurangnya bengkel
7. Tidak tercapainya keseimbangan antara Supply dan Demand dalam mekanisme pasar
8. BBM yang masih disubsidi
9. Rumit perijinan untuk mendirikan SPBG
10. Komitmen pemerintah yang belum konsisten
11. Lembaga yang menangani BBG terlalu banyak dan rumit mekanismenya
12. Opini publik: pengguna BBG memiliki resiko kecelakaan (meledak) yang lebih besar

15
15

Anda mungkin juga menyukai